Siswa India diskors karena kelamaan peluk teman sekelas perempuan
Merdeka.com - Seorang siswa di India diskors dari sekolah lantaran terlalu lama memeluk teman sekelas perempuan. Hukuman tersebut diberikan langsung oleh kepala sekolah St Thomas Central, Sebastian T Joseph, sebagai refleksi pertanggungjawaban atas perbuatan siswa tersebut.
Joseph menilai kontak fisik seperti berpelukan antara lawan jenis tidak sesuai dengan norma kesopanan berlaku di sekolah. Joseph pun tidak gentar ketika orangtua murid membawa masalah ini ke pengadilan.
"Perilaku keduanya sudah berada di 'puncak gunung es'. Mereka bukan hanya berpelukan, tetapi juga mengunggah fotonya ke media sosial Instagram di mana ada sekitar 800 sampai 900 pengikut dari siswa sekolah ini," ujar Joseph, dikutip dari laman the Star, Kamis (21/12).
-
Siapa yang dipeluk oleh para siswa? Saat dikelilingi para siswa, sang ibu kantin nampak berbusana sederhana. Sosoknya tampil dengan setelan berwarna merah lengkap berkacamata. Saking dekatnya, para siswa tak segan untuk memeluk ibu kantin sebagai tanda perpisahan.
-
Kenapa siswa membacok guru? Terkait kejadian ini, Kasatreskrim Polres Demak AKP Winardi mengatakan, pelaku tega membacok gurunya sendiri diduga karena tidak terima mendapat nilai jelek.
-
Apa yang dilakukan siswa terhadap gurunya? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Mengapa siswa-siswa itu memeluk ibu kantin? Setiap pelukan yang mendarat pun senantiasa diwarnai dengan canda tawa dari kedua belah pihak.
-
Bagaimana siswa membacok gurunya? Peristiwa itu terjadi pada Senin (25/9) pukul 09.30 WIB. Saat itu sang guru sedang mengawasi PTS (Penilaian tengah semester). Akibat insiden itu, guru mengalami luka serius dan mendapat perawatan di RS Wongsonegoro, Semarang.
-
Apa yang dilakukan guru terhadap murid? Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
"Mereka harus mengikuti aturan kesopanan. Kami tidak menghargai kontak fisik atau pelukan dalam waktu lama yang jelas-jelas berbeda dengan pelukan apresiasi," tambahnya.
Meski remaja tersebut sudah mengajukan permintaan maaf kepada pihak sekolah, namun hukumannya terhadapnya tetap tidak dicabut. Hal itu yang membuat remaja tersebut mengajukan banding terhadap keputusan tersebut.
Pejabat negara memerintahkan agar siswa tersebut diizinkan untuk menyelesaikan tahun terakhirnya di sekolah. Namun pihak sekolah tetap berkeras kepada aturan mereka.
Hal itu membuat sang murid menuding bahwa pihak sekolah terlalu mencampuri masalah pribadinya dan mengabaikan haknya atas pendidikan dan privasi.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perkelahian itu tidak menyebabkan luka pada dua pelajar tersebut. Usai berkelahi, mereka kembali masuk kelas seperti biasa.
Baca SelengkapnyaSebanyak 11 siswi SMKN 56 Jakarta mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan guru seni budaya di sekolah kejuruan tersebut.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui apa motif guru menyiksa siswanya dengan sadis.
Baca SelengkapnyaDinas Pendidikan Pemprov Jakarta memastikan telah mengambil tindakan atas kejadian itu.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di dalam kelas saat jam istirahat
Baca SelengkapnyaSanksi tersebut berupa dikeluarkan dengan tidak hormat dari Pendidikan, bagi taruna yang kedapatan melakukan kekerasan
Baca SelengkapnyaVideo aksi bullying ini sempat viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaSelain mengalami tindak pelecehan seksual, korban juga mendapatkan kata-kata kasar dan merendahkan.
Baca SelengkapnyaSekolah akan tegas terhadap siswa yang terlibat perundungan dan hukum.
Baca SelengkapnyaOrangtua korban yang mengetahui kejadian tersebut langsung melaporkan ke pihak kepolisian.
Baca SelengkapnyaPihak sekolah berkomitmen secepatnya akan menyelesaikan persoalan ini secara profesional.
Baca SelengkapnyaGuru tersebut mengakui telah memotong rambut JS dengan bentuk tidak wajar dengan dalih mendisiplinkan siswa.
Baca Selengkapnya