Tak Ada Musuh Abadi, Suriah Kini Bersekutu dengan Kurdi Hadapi Turki
Merdeka.com - Pasukan Kurdi yang sebelumnya bersekutu dengan Amerika Serikat di Suriah dua hari lalu mencapai kesepakatan dengan pemerintah Suriah di Damaskus setelah AS memutuskan menarik pasukannya dari utara Suriah.
Dilansir dari laman the New York Times, Senin (14/10), kesepakatan itu menjadi perubahan besar pada peta konflik Suriah yang sudah berlangsung selama delapan tahun sejak 2011.
Selama lima tahun sebelumnya AS mengandalkan pasukan Kurdi untuk memerangi kelompok militan ISIS dan mencegah pengaruh Rusia dan Iran yang mendukung rezim Suriah.
-
Apa yang dilakukan Mesir dan Suriah untuk melawan Israel? Mesir dan Suriah terpaksa melakukan gencatan senjata.
-
Bagaimana AS bantu Israel? Amerika Serikat sedang memainkan peran di kedua belah pihak. Mereka mendukung Bangsa Arab dengan senjata, menyuplai uang ke Israel, dan menggunakan negara-negara Eropa untuk mengurus barang-barang suplai pada Israel.
-
Bagaimana Mesir dan Suriah menyerang Israel? Mesir akan menyerbu melalui SInai, sementara Suriah akan menyerang Israel melalui Dataran Tinggi Golan.
-
Dimana tentara muslim AS bertugas? Pria 43 tahun ini bertugas di bagian pelayanan sipil Batalion ke-96 dan Brigadir urusan sipil ke-95 di Fort Bragg, California Utara.
-
Bagaimana CIA membantu militer anti-PKI? AS juga memberikan daftar nama 67 tokoh pimpinan PKI pada seorang pejabat Indonesia yang antikomunis.
-
Bagaimana Amerika Serikat mendukung Israel? Setiap tahun, AS memberikan bantuan militer sebesar USD 3,8 miliar kepada Israel berdasarkan perjanjian selama 10 tahun, yang bertujuan untuk menjaga 'keunggulan militer kualitatif' Israel dibandingkan negara-negara tetangga.
Minggu kemarin, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan mundur pasukan, pengaruh AS pada pasukan Kurdi pun sirna. Kondisi ini membuat Presiden Basyar al-Assad dan Rusia serta Iran yang mendukungnya menjadi lebih leluasa. Situasi ini juga di sisi lain membahayakan kemenangan terhadap ISIS dan memberi peluang kelompok militan itu bangkit lagi.
Kesepakatan antara Kurdi dan Damaskus membuka jalan bagi pasukan pemerintah Suriah untuk kembali ke wilayah timur laut Suriah buat pertama kalinya selama delapan tahun terakhir dengan tujuan menghadapi invasi Turki di perbatasan. Penarikan mundur pasukan AS ini membuat situasi konflik Suriah memasuki babak baru yang tidak kalah akan menimbulkan pertumpahan darah.
Tahanan ISIS kabur
Kesepakatan Kurdi dan Damaskus ini juga terjadi seiring kaburnya ratusan tahanan keluarga ISIS yang terdiri dari kaum perempuan dan anak-anak dari kam penahanan. Selepas pasukan AS ditarik, dua pejabat AS mengatakan mereka gagal memindahkan sekitar 50 tahanan ini yang dianggap penting keluar dari Suriah.
Pasukan milisi yang didukung Turki terlalu cepat mengambil alih jalur utama sehingga mempersulit penarikan mundur pasukan AS, kata si pejabat.
Invasi yang diperintahkan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan ini muncul setelah mendapat lampu hijau dari Presiden Trump. Turki bertujuan menghabisi milisi Kurdi yang tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang selama ini menjadi sekutu AS menghadapi ISIS. Turki menganggap SDF sebagai ancaman keamanan karena punya kaitan dengan gerakan separatis Kurdi di dalam negeri uang merongrong selama beberapa dekade.
Serangan Turki di wilayah Suriah sudah merenggut sejumlah nyawa dan membuat Kurdi menuding AS berkhianat karena meninggalkan mereka untuk menghadapi Turki sendirian. Hal itulah yang membuat mereka akhirnya bersepakat dengan Damaskus. Pasukan Suriah pun sejak Minggu mulai menuju utara untuk kembali mengambil alih dua kota dan menghadapi agresi Turki.
Invasi Turki di timur laut Suriah menimbulkan risiko ISIS kembali bangkit. Meski tidak lagi menguasai sejumlah wilayah Suriah, tapi sel-sel tidur ISIS masih ada.
Sejak invasi Turki yang dimulai Rabu pekan lalu, ISIS mengklaim sudah melancarkan dua serangan di Suriah: satu bom mobil di kota sebelah utara Qamishlo dan satu lagi di pangkalan militer internasional di luar Hasaka. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketika Iran menyerang Israel pada April lalu, negara Zionis itu dibantu dan didukung negara Arab seperti Yordania.
Baca SelengkapnyaAS Akhirnya Akui Hamas Tak Bisa Dihancurkan, Ini Alasannya
Baca SelengkapnyaIsrael sampai saat ini masih memborbardir Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaIran Nyatakan Serangan Balasan ke Israel Sudah Berakhir, Ancam Serangan Berikutnya Akan Lebih Dahsyat
Baca SelengkapnyaKonvensi Anglo-Russian adalah perjanjian yang ditandatangani oleh Inggris dan Rusia pada tanggal 31 Agustus 1907 untuk mengakhiri persaingan di Asia Tengah.
Baca SelengkapnyaAS menyatakan siap pasang badan untuk Israel jika Iran membalas.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat membantu negara-negara Arab dengan senjata. Tapi diam-diam membantu Israel dengan kucuran uang.
Baca SelengkapnyaSiapa pun yang menjadi presiden AS, baik Donald Trump atau Kamala Harris, dukungan AS untuk Israel tetap sama.
Baca SelengkapnyaHouthi melancarkan serangan menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel, AS, dan Inggris.
Baca SelengkapnyaPentagon meminta 2.000 pasukan bersiap untuk dikerahkan ke Timur Tengah untuk mendukung Israel.
Baca SelengkapnyaPasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan sistem pertahanan udara Arrow miliknya berhasil jatuhkan ‘ancaman udara’
Baca SelengkapnyaSerangan itu telah menewaskan delapan orang penjaga, termasuk komandan senior Korps Garda Revolusi Iran.
Baca Selengkapnya