Temuan Tinja di Situs Stonehange Ungkap Makanan yang Dikonsumsi Manusia Purba
Merdeka.com - Fosil tinja ditemukan di dekat desa prasejarah Stonehange dan temuan ini mengungkap makanan yang dikonsumsi penduduk setempat saat itu, penduduk yang juga kemungkinan besar membangun Stonehenge.
Tinja yang ditemukan tersebut mengandung organ dalam hewan ternak.
Dikutip dari CNN, Senin (23/5), beberapa biji fosil tinja yang disebut kaprolit oleh para ilmuwan, digali dari sebuah timbunan sampah di permukiman yang dikenal dengan Durrington Walls, hanya 2,8 kilometer dari Stonehenge. Desa tersebut berasal dari sekitar 2.500 tahun Sebelum Masehi, ketika banyak monumen megah di Inggris barat daya dibangun.
-
Bagaimana ilmuwan mengidentifikasi makanan yang disajikan di desa Zaman Perunggu? Dengan menganalisis residu makanan tersebut, para ilmuwan bisa mengidentifikasi bukti makanan yang disajikan di antaranya bubur, semur, pembuatan bir tumbuk, adonan, dan bahkan cairan manis atau berminyak.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di situs pemukiman kuno? Para arkeolog menemukan sekitar seratus biji-bijian sereal yang bertunas di Archondiko, rumah seorang Archon atau penguasa di zaman kuno.
-
Bagaimana arkeolog meneliti makanan manusia purba? Dengan meneliti bentuk-bentuk berbeda dari berbagai elemen seperti karbon, nitrogen, zinc, sulfur, dan strontium pada gigi dan tulang tersebut, para peneliti bisa mengenali jenis tumbuhan dan daging yang mereka konsumsi.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di pemukiman kuno? Selama pekerjaan konstruksi untuk jalan lingkar Praha di Wilayah Bohemia Tengah, Republik Ceko, arkeolog menemukan pemukiman kuno dari Zaman Neolitikum Akhir hingga Zaman Kalkolitikum Awal. Arkeolog menemukan delapan bangunan berbentuk kolom panjang yang berasal dari 7.000 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog? Para arkeolog bersama 6.500 relawan menemukan sekitar 1.000 gundukan kuburan kuno di Belanda hanya dalam waktu empat bulan.
Lima biji tinja; satu tinja manusia dan empat biji tinja anjing, ditemukan mengandung telur ular parasit. Tinja manusia dan tiga biji tinja anjing mengandung telur cacing kapiler, dikenali melalui bentuknya yang seperti lemon. Menurut penelitian baru terkait fosil, ulat jenis ini mengindikasikan orang tersebut memakan paru atau hati mentah atau yang tidak dimasak dengan matang sempurna, yang menyebabkan telur parasit masuk ke sistem pencernaan.
Para peneliti menulis, ulat kapiler yang menginfeksi sapi dan domba serta hewan pemamah biak lainnya menunjukkan bahwa mengonsumsi daging hewan ternak adalah sumber parasit yang paling memungkinkan. Sedangkan anjing tersebut kemungkinan diberi makanan sisa.
Namun demikian, tulang yang juga ditemukan dalam tumpukan sampah itu menunjukkan sapi dan domba bukan hewan yang paling umum dikonsumsi. Sebanyak 90 persen dari 38.000 tulang yang digali adalah tulang babi dan 10 persen tulang sapi maupun domba.
Satu biji tinja anjing berisi telur cacing pita ikan, mengindikasikan anjing itu terinfeksi karena memakan ikan air tawar mentah. Namun demikian, tidak ada bukti lain terkait konsumsim ikan, seperti tulang ikan yang ditemukan di lokasi temuan. Bukti yang kurang ini mungkin karena lokasi itu tidak digunakan sepanjang tahun, dan ikan dengan cacing pita dikonsumsi di permukiman berbeda.
"Durrington Wall ditempati secara musiman, utamanya saat periode musim dingin. Anjing itu kemungkinan datang ke sana telah terinfeksi dengan parasit," jelas salah satu peneliti, Dr Piers Mitchell, dari Laboratorium Parasit Purba Departemen Arkeologi Universitas Cambridge, dalam rilisnya.
"Penelitian isotopik tilang sapi di situs itu menunjukkan mereka datang dari daerah di seluruh Inggris selatan, yang mungkin juga berlaku untuk orang-orang yang tinggal dan bekerja di sana," jelasnya.
Penelitian ini diterbitkan di jurnal Parasitology pada Kamis pekan lalu.
Stonehenge dibuat dari dua jenis batu: batu sarsen yang lebih besar dan monolit batu biru yang lebih kecil dari Wales, yang didirikan lebih dulu. Para ahli arkeologi meyakini Durrington Walls dihuni orang yang mendirikan tahap kedua monumen, ketika trilithon (dua batu vertikal di atasnya dengan batu horizontal ketiga) didirikan.
Desa itu juga disebut tempat menggelar banyak pesta yang dibuktikan dengan fragmen tembirak dan sejumlah besar tulang hewan yang ditemukan. Namun, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan orang hidup atau makan di Stonehange.
"Bukti baru ini menyampaikan pada kita sesuatu yang baru tentang orang yang datang ke sini untuk pesta musim dingin selama pembangunan Stonehenge," jelas salah satu peneliti, Mike Parker Pearson, profesor di Institut Arkeologi Universitas College London dan ketua proyek penelitian The Stones of Stonehenge.
"Daging babi dan daging sapi dipanggang atau direbus dalam kuali tanah liat tapi sepertinya jeroan tidak selalu dimasak dengan baik."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Feses ini diduga kotoran manusia purba yang bekerja membangun Stonehenge.
Baca SelengkapnyaToko roti itu berasal dari Zaman Perunggu Akhir dan Awal Zaman Besi sekitar 2.800 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru yang menganalisis residu protein dari sebuah panci kuno mengungkap apa yang dimakan oleh orang-orang di Zaman Perunggu
Baca SelengkapnyaPara arkeolog juga menemukan berbagai artefak serta sisa makanan.
Baca SelengkapnyaRatusan artefak dari kayu dan tekstil juga ditemukan.
Baca SelengkapnyaTunggu ini diduga digunakan pengrajin logam sejak Zaman Perunggu.
Baca SelengkapnyaKerang yang menumpuk di situs ini sudah mulai berkurang, karena masyarakat sekitar banyak yang mengambilnya untuk keperluan bahan baku kapur.
Baca SelengkapnyaIlmuwan menemukan bangunan kuno itu di kawasan Serbia.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Roti Tertua di Dunia, Usianya 8600 Tahun, Lebih Tua dari Roti Mesir Kuno
Baca SelengkapnyaPemukiman itu berasal dari Zaman Neolitikum Akhir hingga Zaman Kalkolitikum Awal.
Baca SelengkapnyaPermukiman kuno yang ditemukan berasal dari berbagai periode, tertua berusia 6.000 tahun.
Baca SelengkapnyaMeja dan peralatan makan ini ditemukan di situs Zaman Perunggu Akhir.
Baca Selengkapnya