Teror tiga saudara dan kucuran duit narkoba
Merdeka.com - Mulanya mereka mungkin cuma dikenal sebagai sekumpulan bandit. Namun kini sanggup merepotkan pemerintah dipimpin Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dengan perlawanan bersenjata.
Nama kelompok Maute kini sedang naik daun di selatan Filipina. Itu setelah mereka mengacak-acak Kota Marawi dengan serangan mendadak. Sebenarnya, perkiraan tentang aksi mereka sudah tercium sejak setahun lalu. Pada Februari 2016, mereka menyerbu markas tentara Filipina dan berhasil memancung seorang tentara. Mereka berhasil mengambil alih markas itu selama sepuluh hari.
Sebulan kemudian, mereka melanjutkan aksinya dengan memancung dua orang buruh pemotong kayu usai diculik di daerah bernama Butig. Mereka dituding menjadi mata-mata. Gaya eksekusinya mirip dengan ISIS, yakni para korban diharuskan mengenakan baju oranye.
-
Siapa saja yang perlu diwaspadai dari Filipina? Dalam pertandingan ini, dua pemain muda Filipina, Bjorn Martin Kristensen dan Sandro Reyes, menjadi ancaman serius bagi Indonesia.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Dimana ISPA menyerang? ISPA adalah infeksi yang memengaruhi bagian atas saluran pernapasan, seperti hidung, tenggorokan, faring, dan bronkus.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Siapa sasaran sindiran? Berikut ini adalah kumpulan kata-kata sindiran kena mental yang bisa digunakan untuk menyindir orang sasimo atau orang yang menyebalkan.
Lantas empat bulan berselang, yakni pada Agustus, anggota kelompok itu menyerbu penjara di Lanao del Sur dan membebaskan 28 rekannya ditahan. Kemudian selisih tiga bulan, mereka menduduki Balai Kota Butig dan mengibarkan bendera Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Militer Filipina butuh beberapa pekan buat merebut kembali tempat itu.
Kelompok Maute juga tidak luput dari menggelar aksi teror. Insiden bisa dibilang 'sukses' buat mereka adalah pemboman di sebuah pasar di Kota Davao, tempat kelahiran Duterte. 14 Orang meregang nyawa dalam kejadian itu. Mereka juga yang meletakkan bom di dekat Kedutaan Besar Amerika Serikat di Ibu Kota Manila. Namun menurut penyelidikan, hal itu buat mengalihkan perhatian pemerintah yang terus menekan mereka di daerah operasinya di Butig, Lanao del Sur, seperti dilansir dari laman Rappler.
Sejarah panjang wilayah selatan Filipina hingga hari ini diwarnai dengan konflik berdarah. Baik perlawanan dari pejuang muslim, komunis, hingga aktivitas para bandit hingga perompak yang tersebar menjadi kelompok-kelompok kecil. Meski sudah meneken perjanjian damai, nyatanya hampir saban hari terjadi baku tembak. Di sana juga menjadi 'madrasah' para pejuang Asia Tenggara menempa diri, seperti jaringan Jamaah Islamiyah di Malaysia dan Indonesia sejak 1980-an hingga kini, sebelum dikirim ke medan jihad seperti Afghanistan, Irak, atau Suriah.
Militan Maute didirikan oleh kakak beradik Abdullah Maute, Omarkhayam Romato Maute, dan Hashim Maute lima tahun lalu. Saat itu mereka mendeklarasikan diri sebagai Daulah Islamiyah. Ketika ISIS sedang tenar, Maute juga mendapuk diri menjadi bagian mereka, engan menyatakan sebagai IS-Ranao.
Benih-benih buat mengangkat senjata nampaknya diturunkan dari sang ayah, Cayamora Maute. Dia dikenal sebagai tetua Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Dia dulu juga berjuang menuntut kemerdekaan buat Bangsa Moro di Kepulauan Sulu, selatan Filipina. Bertempur berdampingan dengan petinggi MNLF, Nur Misuari. Namun seiring waktu, Misuari dan MNLF memilih jalan damai dengan menurunkan tuntutan supaya pemerintah Filipina memberikan otonomi khusus. Cayamora juga terlibat dalam perundingan damai. Namun, kabarnya sang anak berbeda pendapat dan memilih tunduk kepada ISIS.
Mereka juga merupakan kerabat dari Azisa Romato. Azisa merupakan istri kedua dari mendiang Wakil Kepala Urusan Militer Front Pembebasan Islam Moro, Alim Abdul Aziz Mimbantas.
Abdullah dikabarkan pernah belajar di Yordania dan berkenalan dengan kaum radikal di Arab Saudi. Sedangkan Omarkhayam menimba ilmu di Mesir. Di sana dia bertemu jodohnya, yakni seorang anak ustaz berasal dari Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Hasyim mengikuti jejak kedua kakaknya berkenalan dengan ideologi garis keras. Dia sempat ditangkap, tetapi berhasil kabur dari penjara di Marawi tahun lalu.
Maute mulai muncul ke permukaan setahun setelah berdiri. Mereka menyatakan bertanggung jawab atas pengeboman sebuah kelab malam di Cagayan de Oro, sebuah kota mayoritas dihuni penduduk Kristen. Dalam kejadian itu enam orang tewas.
Pecahnya konflik bersenjata di Kota Marawi dan keberadaan kelompok Maute bukan tanpa sebab. Reputasi mereka sebenarnya terletak pada para anggotanya. Mereka merekrut anak-anak hingga para pejuang MNLF atau MILF yang menyempal. Mereka juga berhubungan baik dengan kelompok Abu Sayyaf dan pentolannya, Isnilon Hapilon.
Masalah semakin rumit ketika banyak militan asing, seperti dari Indonesia dan Malaysia, bergabung dengan mereka.
Bahkan, mereka pernah meminta bantuan mendiang Ustaz Sanusi melatih para gerilyawan. Dia meninggal dalam baku tembak dengan tentara Filipina lima tahun lalu. Seorang pembuat bom andal asal Malaysia, mendiang Zulkifli bin Hir alias Marwan, juga pernah 'mengajar' di 'kelas' militan Maute.
Sebagai organisasi, kelompok Maute juga butuh duit buat menunjang kegiatannya. Apalagi ketika harus membeli persenjataan dan logistik. Kabarnya dalam urusan satu ini. Salah satunya berjejaring dengan para bandar narkoba.
Menurut Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Jenderal Ronald 'Bato' Dela Rosa, uang hasil penjualan narkoba diketahui mengalir ke kelompok Maute. Sebagai imbalannya, mereka siap mengawal para bandar supaya terhindar dari aparat keamanan. Ditambah lagi berkelindan dengan politikus pro narkoba.
"Kami mendapat kabar kalau bandar narkoba di Manila, Luzon, dan Visayas pergi ke Marawi buat mengadakan pertemuan. Mereka dilindungi oleh kelompok Maute dan beberapa politikus," kata Dela Rosa, seperti dilansir dari laman Inquirer.
Malah dikabarkan kalau penyerbuan militan Maute ke Kota Marawi adalah pembalasan karena aparat keamanan menggerebek pabrik narkoba diduga milik ayah Maute bersaudara. Namun, Dela Rosa mengaku tidak tahu soal itu.
Sepak terjang kelompok Maute tidak luput dari pengamatan ahli terorisme, Sydney Jones. Menurut dia, gerombolan ini adalah yang paling cerdas, terpelajar, dan rumit dibanding kelompok berbaiat kepada ISIS lain di Filipina.
"Mereka sangat lihai menggunakan media sosial dan mampu memikat mahasiswa hingga dosen di Universitas Negeri Mindanao di Marawi," kata Jones.
Insiden Marawi membikin pemerintah Filipina berpikir kembali. Sebab kelompok Maute yang mulanya tidak diperhitungkan dan dianggap tidak terhubung langsung dengan ISIS ternyata menjelma menjadi ancaman serius bukan cuma buat Filipina, tetapi juga negara tetangganya, termasuk Indonesia.
"Filipina menghadapi kelompok berbahaya dengan jejaring dunia yang lebih solid. Ini akan mengubah peta soal cara menghadapi Islam radikal. Kami belum melihat hal ini sebelumnya," kata pakar pertahanan Filipina, Rommel Banlaoi.
Jones juga menilai taktik militer Filipina bisa dipatahkan oleh kelompok Maute. Padahal tentara memiliki persenjataan lebih baik dan jumlah pasukan mumpuni. Namun, dia juga tidak tahu persis berapa sebenarnya kekuatan grup militan itu.
"Mereka bisa menerima kekalahan saat melawan polisi dan tentara Filipina, dan menjadikannya sebagai bahan propaganda buat membakar semangat para anggotanya," ujar Jones, seperti dilansir dari Reuters.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenderal Sigit mengatakan saat ini gerakan terorisme menjadi lebih berbahaya karena bergabung dengan jaringan narkoba atau narkotika.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaDensus 88 juga berhasil menangkap satu tersangka teroris lainnya inisial NK yang diduga terafiliasi kelompok Jaringan Anshor Daulah (JAD) di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSebagian besar dari mereka ditangkap di daerah Sumatera Barat (Sumbar).
Baca SelengkapnyaDari kasus ini, polisi berhasil menyita sejumlah barang bukti narkoba, seperti 117 kg sabi-sabu dan 90.000 butir pil ekstasi.
Baca SelengkapnyaPolisi menyita sejumlah barang bukti antara lain 1,12 ton ganja, lebih dari 1 ton sabu, 2,5 kg kokain, hingga ratusan ribu butir ekstasi dan obat terlarang.
Baca SelengkapnyaLuqman juga menduga terdapat penggunaan drone untuk menjatuhkan narkoba di titik koordinat yang sudah ditentukan oleh para pengedar.
Baca SelengkapnyaDua orang diantaranya yaitu RR dan AS ditangkap di Kabupaten Tojo Una-Una, dan satu orang lagi inisial MW diamankan di Penaraga, Nusa Tenggara Barat.
Baca SelengkapnyaEmpat pelaku mengedarkan narkoba jenis sabu ratusan kilogram dan puluhan butir ektasi ditangkap.
Baca SelengkapnyaNarkoba ini merupakan hasil penindakan kasus peredaran narkotika jaringan internasional Malaysia-Thailand-Aceh-Indonesia dalam kurun tiga bulan terakhir.
Baca SelengkapnyaBareskrim berkomitmen untuk memiskinkan jaringan narkotika demi memberikan efek jera.
Baca SelengkapnyaKetiga pelaku mengedarkan narkoba berasal dari jaringan peredaran sabu-sabu dari Malaysia.
Baca Selengkapnya