Tes Covid di China Hasilkan 5,4 Juta Ton Gas Rumah Kaca
Merdeka.com - Sekelompok peneliti menemukan, tes Covid-19 di China dari sejak awal pandemi sampai tahun ini bisa menghasilkan 0,6 kilogram karbon dioksida (CO2), sekitar setengah dari emisi korban dari pemakaian alat elektronik satu orang dalam sehari.
Dalam sebuah riset baru yang diterbitkan jurnal Environmental Science & Technology pekan lalu, para peneliti menyimpulkan, produksi alat tes, transportasi, pelaksanaan tes dan sampah dari Covid-19 bisa menyebabkan emisi rumah kaca serta polusi air dan udara.
"Walaupun diagnosa (tes) Covid-19 sangat penting untuk mengakhiri pandemi, dampak lingkungannya seharusnya tidak diabaikan," jelas para peneliti yang berasal dari Universitas Teknologi Guangdong, Universitas Teknologi Kimia Beijing (BUCT), dan Universitas Michigan dalam jurnal tersebut, dikutip dari South China Morning Post, Senin (12/9).
-
Apa penyakit yang sedang meningkat di China? Menurut para ahli, saat ini terjadi peningkatan kasus Human Metapneumovirus (HMPV), terutama di kalangan anak-anak di bawah usia 14 tahun, khususnya di provinsi-provinsi utara China. Selain HMPV, mereka juga mencurigai bahwa infeksi virus Influenza A menjadi penyebab utama dari situasi ini.
-
Apa yang dicapai oleh ilmuwan China? Dilaporkan seorang ilmuwan Cina telah berhasil menciptakan magnet resistif terkuat di dunia, yang menghasilkan medan magnet stabil sebesar 42,02 Tesla.
-
Apa yang didominasi China dalam perlombaan global? China mendominasi perlombaan global dalam paten kecerdasan buatan generative atau AI Generative.
-
Apa yang dibuat ilmuwan China? Albert Einstein pernah berbicara tentang penggunaan mesin udara untuk menciptakan kendaraan yang lebih besar dan lebih cepat. Hal itu ternyata menjadi pemicu ilmuwan China untuk membuatnya. Namun dimodifikasi sedemikian rupa. Malah secara tidak langsung negara itu 'berani' mematahkan pendapat Einstein.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
"Ketika kita melihat alat (tes) kecil, kita seringnya cenderung mengabaikan dampak lingkungannya. Tapi ketika itu dilakukan jutaan kali di seluruh dunia setiap hari, tentunya akan ada dampaknya," lanjut Su Xin, profesor teknik biomedis dari BUCT dan salah satu penulis penelitian lainnya kepada South China Morning Post pekan lalu.
Para peneliti menguji dampak lingkungan termasuk emisi gas rumah kaca, logam berat, dan polusi air dari setiap tes Covid di China. Tes usap menggunakan alat sekali pakai dan setelah orang dites, alat tersebut akan dibawa ke laboratorium klinik dan disusul dengan serangkaian tahap pengujian untuk menentukan hasilnya.
Para peneliti menemukan, total gas emisi yang dihasilkan per satu kali tes adalah 612,9 gram CO2 dan sedikit metana.
China belum merilis data terkait jumlah tes Covid yang dilakukan sejak 2020. Namun, menurut penyedia data Our World In Data, China telah melakukan lebih dari 9 miliar tes Covid dari awal 2020 sampai 11 April 2022, 10 kali lebih tinggi dari Amerika Serikat (AS). Hasilnya sekitar 9 miliar tes itu adalah 5,4 juta ton emisi gas rumah kaca.
Pengolahan limbah tes Covid juga menyumbang sebagian besar emisi – 71,3 persen dari total tersebut. Sedangkan produksi alat tes dan transportasi masing-masing menghasilkan 14,5 persen dan 13,3 persen dari total.
Menurut para peneliti, dampak lingkungan tes Covid bisa jauh lebih besar karena dampak dari pengangkutan sampah medis dari pusat tes ke tempat pembuangan terakhir dikecualikan karena datanya tidak tersedia.
Menurut mereka, strategi mitigasi untuk mengurangi dampak lingkungan dari tes Covid di antaranya menggunakan material yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang serta menggunakan kendaraan listrik untuk transportasi.
"Saya harap perusahaan terkait dan pembuat kebijakan memperhatikan masalah ini," jelas Su.
"Tes Covid-19 masih penting karena situasi pandemi terkini, tapi harus ada cara untuk melakukan perbaikan untuk mengurangi dampak lingkungan," pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBarangkali ini adalah kecepatan internet paling cepat di dunia saat ini. Konon kecepatan internet China 10 kali lebih cepat dari negara lain.
Baca SelengkapnyaChina tingkatkan ekspor mobil ke pasar dunia, Indonesia pun gak mau ketinggalan!
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, China mampu menekan polusi udara dalam waktu relatif cepat.
Baca SelengkapnyaChina pemimpin paten teknologi AI di dunia. AS ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaEmpat negara dengan hasil tambang terbesar di dunia.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaKasus flu kembali marak di Tiongkok pada penghujung tahun 2024 ini. Banyak warga Tiongkok mengingat lagi awal terjadinya Covid-19 lalu.
Baca SelengkapnyaEkonomi AS tidak terlalu bergantung pada sektor manufaktur saat ini.
Baca SelengkapnyaTotal Insentif Kendaraan Listrik di China Gila-gilaan
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaData satelit menunjukan ada peristiwa aneh di daerah-daerah di China.
Baca Selengkapnya