Thailand akan Kembali Terima Wisatawan Yang Sudah Divaksin, Karantina Dihapus
Merdeka.com - Thailand berencana mengakhiri persyaratan karantina Covid-19 untuk wisatawan yang sudah divaksinasi penuh dari setidaknya 10 negara berisiko rendah mulai 1 November.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengakui "keputusan ini diambil dengan beberapa risiko" - tetapi hal itu dianggap sebagai langkah penting untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata di Thailand.
Sepuluh negara yang dianggap berisiko rendah termasuk Inggris, Cina, Jerman, dan AS.
-
Bagaimana K-ETA mempengaruhi wisatawan Thailand? Meskipun pengecualian K-ETA untuk sementara diberikan kepada 22 negara, termasuk Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura, Thailand tidak termasuk.
-
Apa yang ditawarkan wisata Thailand? Wisata Thailand menyajikan beragam hal-hal unik dan seru sekaligus panorama cantik.
-
Apa yang dilakukan Okin di Thailand? Dalam suasana liburannya yang begitu romantis di Thailand, Niko Al Hakim memberikan kejutan istimewa dengan melamar kekasihnya, Regina Phoenix.
-
Kenapa Pelabuhan Ratu jadi destinasi wisata? Pelabuhan Ratu dikenal karena pantainya yang indah dan merupakan salah satu tujuan wisata populer yang banyak dikunjungi masyarakat.
-
Kenapa Thailand cocok untuk pensiun? Thailand dikenal karena keramahan penduduknya, budaya yang kaya, biaya hidup yang terjangkau, pantai yang indah, kuil bersejarah, serta taman nasional yang menakjubkan.
-
Kenapa Darma berlibur ke Phuket? Darma tidak ingin melewatkan kesempatan istimewa untuk berlibur bersama kekasihnya.
Prayuth mengatakan Thailand juga akan mengizinkan tempat hiburan dibuka kembali pada 1 Desember dan mengizinkan penjualan alkohol.
Dia menambahkan, pihak berwenang berencana menerima kunjungan wisatawan dari lebih banyak negara pada tanggal tersebut.
"Ketika mereka tiba, mereka harus menunjukkan tes Covid [negatif] ... dan dites sekali lagi pada saat kedatangan," kata Prayuth dalam pidato di televisi tadi malam, seperti dilansir laman BBC, Selasa (12/10).
Jika tes kedua juga negatif, setiap pengunjung dari negara-negara itu "dapat bepergian dengan bebas layaknya orang Thailand", jelas perdana menteri.
Namun dia mengingatkan pemerintah akan bertindak tegas jika terjadi lonjakan penularan atau munculnya varian Covid-19 yang sangat menular.
Thailand yang terkenal dengan wisata pantai berpasir dan kehidupan malamnya yang tiada henti diperkirakan kehilangan sekitar USD 50 miliar (Rp 710 triliun) pada 2020 karena pandemi.
Delapan bulan pertama tahun ini ada lebih dari 70.000 pengunjung datang ke Negeri Gajah Putih. Sementara pada 2019 ada 40 juta wisatawan berlibur ke Thailand.
Thailand melaporkan lebih dari 1,7 juta kasus Covid sejak pandemi dimulai, dengan hampir 18.000 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins Amerika.
Reporter magang: Ramel Maulynda Rachma
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tren wisatawan mancanegara mulai kembali seperti pra pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaMereka khawatir, sejumlah pelancong luar negeri membatalkan perjalanan.
Baca SelengkapnyaImigrasi Korea Selatan dinilai diskriminatif terhadap warga Thailand yang hendak berlibur.
Baca SelengkapnyaJumlah wisatawan Indonesia di Korea Lebih banyak dibandingkan wisatawan Thailand.
Baca SelengkapnyaVisa ini untuk mengambil ceruk bagi warga negara asing yang ingin tinggal di Thailand lebih lama.
Baca SelengkapnyaLuhut mengaku tak akan rugi jika kehilangan 5.000 turis bermasalah di Bali.
Baca SelengkapnyaSektor pariwisata Indonesia diharapkan bisa mengejar ketertinggalan dari Thailand dan negara-negara lainnya.
Baca SelengkapnyaGeliat pariwisata di Sumut kembali meningkat pasca Pandemi COVID-19. Kebanyakan wisman berasal dari kawasan ASEAN
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia di China tengah meningkat saat ini, khususnya menyerang anak-anak.
Baca SelengkapnyaEkonomi Thailand tumbuh 1,9 persen tahun lalu, tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Indonesia.
Baca SelengkapnyaBuntut panasnya boikot wisata, Pemerintah Korea sementara waktu membebaskan Thailand dari K-ETA.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kewaspadaan tersebut, di antaranya mewajibkan kembali pengisian deklarasi kesehatan secara elektronik atau e-HAC.
Baca Selengkapnya