The Economist: Jumlah Kematian Covid di Seluruh Dunia Bukan 5 Juta, Tapi 16,8 Juta
Merdeka.com - Angka resmi kematian Covid-19 di dunia mencapai 5 juta, tapi laporan baru memperkirakan angka kematian karena pandemi virus corona yang sebenarnya bisa tiga kali lipat angka tersebut.
Menurut alat pelacak Covid-19 worldometer, sedikitnya 5.039.536 orang di seluruh dunia meninggal karena virus corona sejak awal pandemi. Namun angka terbaru pada Kamis menunjukkan 248. 938.575 orang didiagnosis dengan penyakit tersebut sampai hari ini.
AS menjadi negara dengan kasus kematian tertinggi di dunia, yaitu lebih dari 750.000 kasus sampai hari ini.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Siapa yang khawatir tentang kemungkinan pandemi berikutnya? Salah satu orang terkaya dunia, Bill Gates telah mengingatkan publik selama beberapa dekade terakhir mengenai sejumlah ancaman serius. Dia menyebutkan bahwa bencana iklim hingga kemungkinan serangan siber besar akan menjadi ancaman serius bagi umat manusia di bumi, tetapi itu bukan yang utama. Dia menyebut, ada dua ancaman terbesar yang mengkhawatirkan Bill Gates. Kedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya dalam 25 tahun ke depan.
-
Apa saja penyakit kritis yang meningkat? Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik (jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, dan lainnya) di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di tahun 2022.
Namun laporan The Economist memperkirakan angka kematian sebenarnya bisa 17 juta. Media berita tersebut mengatakan, ketika Covid pertama kali mencapai Italia pada Februari 2020, mereka memperhatikan “sesuatu yang aneh sedang terjadi.”
“Ada 1.140 kematian berkaitan dengan virus tersebut di bagian provinsi Bergamo pada Maret, sebagai contoh, tapi peningkatan kematian secara keseluruhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 2.420. Fenomema yang sama segera diketahui di Amerika, Inggris, Spanyol, dan negara-negara lainnya,” jelas The Economist dalam laporannya, dikutip dari Al Arabiya, Kamis (4/11).
Pada Juli, pemerintah India membantah penelitian yang memperkirakan jutaan orang di negara itu meninggal karena Covid, beberapa kali lebih besar dari angka resmi pemerintah yang hampir mencapai 420.000.
Disebutkan dalam sebuah pernyataan beberapa negara bagian India saat ini sedang “memperbaiki” data mereka setelah dihadapkan dengan lonjakan kasus pada April dan Mei.
Hal tersebut menyusul penelitian oleh kelompok penelitian AS, Center for Global Development, yang memperkirakan 3,4 juta sampai 4,7 juta orang telah meninggal di India, antara delapan dan 11 kali lebih besar dari angka resmi.
The Economist mengatakan angka kematian resmi Covid-19 tidak akurat.
“Mereka biasanya bergantung pada tes virus, yang bisa jadi tidak merata, dan menggunakan definisi yang mengecualikan konsekuensi tidak langsung dari pandemi, seperti kematian tambahan di rumah sakit yang terbebani,” jelas laporan tersebut.
“Untungnya, ada cara yang lebih baik untuk menghitung angka kematian. Untuk mengukur kejadian-kejadian seperti perang, para peneliti tidak mengecek berapa banyak orang mati dengan peluru bersarang di tubuhnya, tapi pada sesuatu hal yang lebih dapat dipercaya: berapa banyak mati selama kejadian-kejadian tersebut daripada yang diperkirakan di tahun-tahun normal. ”
Hal ini diketahui sebagai “kematian berlebihan.”
The Economist menghitung, perbedaan antara jumlah kematian resmi dan yang dapat dipercaya berarti bahwa sementara jumlah korban global secara resmi melampaui angka 5 juta pada 1 November, jumlah sebenarnya orang yang meninggal akibat virus corona mendekati 17 juta.
The Economist bukan satu-satunya organisasi yang memiliki penghitungan berbeda.
WHO, yang mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi pada Maret 2020, sebelumnya mengatakan pihaknya mempertimbangkan angka kematian aktual setidaknya 60 persen lebih tinggi dari angka yang dilaporkan secara resmi.
Menurut The Economist, kematian yang tidak terhitung itu jauh lebih besar di negara-negara miskin. Mereka mengacu ke Bulgaria. Di sana, kematian karena pandemi mungkin hampir dua kali lebih tinggi dari angka resmi.
“Di Rusia, statistik resmi tampaknya meremehkan jumlah kematian Covid-19 sebenarnya dengan faktor 3,5; di India angka pemerintah meremehkan angka kematian dengan faktor sepuluh,” kata laporan The Economist.
“Selain mengarah pada pemahaman yang buruk tentang penyebaran virus yang sebenarnya, fenomena ini berarti bahwa dampak pandemi sebagian besar diremehkan di negara-negara dengan sumber daya paling sedikit untuk memeranginya.”
Angka terbaru yang dirilis World in Data menunjukkan hampir setengah (49,9 persen) populasi dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19, dengan 7,15 miliar dosis telah diberikan secara global dan rata-rata 27,19 juta diberikan per hari.
Namun sebagian besar vaksinasi dilakukan di negara-negara maju. Hanya 3,9 persen orang di negara berpendapatan rendah telah menerima sedikitnya satu dosis vaksin Covid.
“Masih ada beberapa alasan untuk menggunakan jumlah kematian resmi,” jelas The Economist.
“Mereka dapat menunjukkan tren dari waktu ke waktu di dalam negara, misalnya.”
“Tetapi terlalu sering mereka digunakan untuk membandingkan negara kaya dan miskin atau untuk menilai jumlah kematian global—metrik yang tidak berguna. Namun, mereka masih digunakan, karena lebih mutakhir daripada jumlah kematian berlebih, dan, tidak seperti itu, tersedia untuk semua negara.”
The Economist mengatakan telah menemukan cara untuk memperbaiki situasi ini, dan mengatakan itu adalah satu-satunya sumber perkiraan harian tentang kelebihan kematian di seluruh dunia.
Untuk menemukan jumlah kematian sebenarnya dari pandemi ini, The Economist pertama-tama mengumpulkan data kematian untuk semua negara yang menyediakannya (dengan bantuan dari peneliti dan sukarelawan), lalu membangun model pembelajaran mesin untuk memprediksinya di tempat yang tidak diketahui.
Organisasi tersebut telah membuat perkiraan ini, serta data, kode dan modelnya, tersedia secara bebas, dan mempresentasikan hasilnya kepada WHO.
Perkiraan mereka menemukan jumlah kematian global yang paling mungkin menjadi 16,8 juta, dengan "interval kepercayaan antara 10,3 juta dan 19,5 juta."
The Economist mengatakan, tanggal paling mungkin ketika kematian akibat pandemi melewati lima juta jatuh pada minggu pertama Desember 2020.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaJasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaKelompok orang yang rawan tertular cacar monyet diminta untuk sadar dalam mencegah penyakit ini.
Baca SelengkapnyaJumlah penduduk kelas menengah tersebut menyumbang 21,45 persen dari proporsi penduduk.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca Selengkapnya