Tiga Negara Barat Jatuhkan Sanksi untuk Pejabat Penegak Hukum Myanmar
Merdeka.com - Tiga negara Barat yaitu AS, Inggris, dan Kanada menjatuhkan sanksi untuk pejabat senior Myanmar, dalam peringatan satu tahun kudeta militer di negara Asia Tenggara tersebut.
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanski pada Jaksa Agung Thida Oo, Ketua Mahkamah Agung Tun Tun Oo, dan Ketua Komisi Anti Korupsi U Tin Oo, yang disebut terlibat dekat dalam dakwaan bermotif politik terhadap pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.
Sanksi tersebut diumumkan Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS bertepatan dengan satu tahun kudeta 1 Februari, ketika militer menangkap Suu Kyi dan pejabat terpilih lainnya dan menjatuhkan kekuasaan mereka.
-
Siapa yang dituduh melakukan kudeta? Istri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Sarah Netanyahu menuduh para panglima militer Israel berusaha melakukan kudeta terhadap suaminya, berdasarkan bocoran rekaman audio yang diperoleh media Israel, Haaretz.
-
Kapan Presiden Yoon mencabut Deklarasi Darurat Militer? Laporan ini muncul setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan deklarasi darurat militer yang kemudian ditarik kembali setelah 190 dari 300 anggota parlemen menolaknya dan menuntut Presiden Yoon untuk mencabutnya.
-
Siapa yang memimpin penculikan para jenderal? Doel Arif mendapat tugas menculik para Jenderal Angkatan Darat di malam kelam itu. Doel Arif menjadi Komandan Pasukan Pasopati dalam Gerakan 30 September.
-
Apa yang terjadi setelah Deklarasi Darurat Militer Korea Selatan? Deklarasi yang dikeluarkan Presiden Yoon menimbulkan kekacauan politik di negara tersebut. Ini adalah kali pertama sejak terakhir kali diumumkannya darurat militer pada 1980.
-
Kapan Menteri Pertahanan dirangkap oleh Perdana Menteri? Ketika Mr. Amir Sjarifoeddin menjadi Perdana Menteri, jabatan sementera Menteri Pertahanan dirangkap oleh Perdana Menteri.
-
Siapa yang melancarkan kudeta untuk mengubah sistem pemerintahan Thailand? Pada 24 Juni 1932, sekelompok perwira militer dan sipil, yang dikenal sebagai Khana Ratsadon atau Kelompok Pemberontak, melancarkan kudeta terhadap pemerintahan monarki absolut.
Inggris menyampaikan pihaknya menjatuhkan sanksi terhadap Thida Oo, Tin OO, dan U Thein Soe, seorang mantan militer yang ditunjuk sebagai ketua komisi pemilihan umum setelah kudeta.
"Kami mengkoordinasikan tindakan ini dengan Inggris dan Kanada untuk menunjukkan dukungan kuat komunitas internasional untuk rakyat Burma dan lebih jauh untuk menuntut pertanggungjawaban kudeta dan kekerasan yang dilakukan rezim," jelas Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (1/2).
"Amerika Serikat akan terus bekerja dengan rekan internasional kami untuk mengatasi pelanggaran hak asasi manusia dan menekan rezim untuk menghentikan kekerasan, membebaskan semua orang yang ditangkap secara sewenang-wenang, mengizinkan akses kemanusiaan, dan mengembalikan jalan Burma menuju demokrasi," lanjut Blinken.
Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss menyampaikan rezim militer Myanmar "telah berusaha meneror rakyat Myanmar agar tunduk."
"Melalui ketakutan dan kekerasan, mereka telah menciptakan perpecahan dan konflik," jelas Truss dalam sebuah pernyataan.
"Inggris akan selalu membela hak kebebasan, demokrasi, dan supremasi hukum. Bersama negara-negara yang berpikiran sama, kami akan meminta pertanggungjawaban rezim yang menindas dan brutal."
Sementara itu, pemerintah Kanada dalam pernyataannya menyampaikan militer tidak menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan tindakannya.
Untuk tiga orang pejabat penegak hukum Myanmar yang disanksi tersebut, Washington mengatakan mereka memanfaatkan jabatannya untuk melanggar supremasi hukum dan menyingkirkan oposisi politik yang berkontribusi pada terganggungnya perdamaian internasional dan memburuknya situasi keamanan.
AS juga secara terpisah menjatuhkan sanksi terhadap beberapa pengusaha Myanmar, menuduh mereka memberikan dukungan finansial terhadap rezim militer.
Pengusaha yang disanksi tersebut yaitu CEO KT Group dan Direktur KTSL (anak perusahaan KT Group), Jonathan Myo Kyaw Thaung dan Tay Za, pemilik sejumlah perusahaan yang memberikan dukungan peralatan termasuk senjata kepada militer Burma.
Sanksi juga dijatuhkan kepada dua anak Tay Za, Htoo Htet Tay Za dan Pye Phyo Tay Za.
Aset mereka yang ada di wilayah yurisdiksi Amerika dibekukan dan melarang warga Amerika melakukan bisnis dengan mereka. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berakhirnya pemberontakan 8888 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga meninggalkan jejak kelam dalam sejarah Myanmar.
Baca SelengkapnyaDalam sejarah kepresidenan Korea Selatan, pemakzulan, kudeta, dan pemenjaraan merupakan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSelain Presiden Yoon Suk Yeol, berikut sejarah 12 Presiden Korea Selatan selama menjabat dan akhir kekuasannya.
Baca SelengkapnyaPartai Liga Nasional untuk Demokrasi (LND) dibentuk setelah Pemberontakan 8888.
Baca SelengkapnyaSiapa yang akan mengambil alih kepemimpinan pemerintahan Korea Selatan setelah Yoon Suk Yeol dimakzulkan?
Baca SelengkapnyaKetua Komisi Yudisial, Amzulian Rifai mengatakan, karir 3 hakim tersebut bisa dikatakan berakhir.
Baca SelengkapnyaPresiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol kemarin mengumumkan darurat militer hingga memicu krisis politik terburuk dalam beberapa dasawarsa.
Baca SelengkapnyaGedung Parlemen Korea Selatan mendapatkan penjagaan ketat dari ribuan tentara sesaat setelah Presiden Yoon mengumumkan darurat militer. Simak penampakannya!
Baca SelengkapnyaProses pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dimulai setelah kontroversi darurat militer. Jika terbukti bersalah, Yoon berpotensi dapat hukuman mati.
Baca SelengkapnyaDPR RI mengusulkan Asean Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) membentuk satuan tugas untuk membantu demokratisasi di Myanmar
Baca SelengkapnyaKepala Tim Penyelidikan Khusus, Park Se Hyun mengatakan penetapan tersangka diawali dari banyaknya pengaduan dari masyarakat.
Baca SelengkapnyaDalam laporan Freedom of Net, kebebasan berinternet skala global mengalami penurunan selama 14 tahun berturut-turut.
Baca Selengkapnya