Tim Investigasi Sebut China & WHO Seharusnya Bisa Lebih Cepat Cegah Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Panel ahli independen menyimpulkan, China dan WHO seharusnya bisa bertindak lebih cepat untuk mencegah bencana selama tahap awal wabah virus corona.
Panel Independen Kesiapsiagaan dan Tanggap Pandemi menyampaikan, evaluasi awal krisis Covid-19 di China "menunjukkan ada potensi tanda-tanda awal untuk ditindaklanjuti lebih cepat".
Dalam laporan keduanya yang akan dipresentasikan kepada dewan eksekutif WHO pada Selasa, panel ini menyampaikan tindakan pencegahan seharusnya dilaksanakan segera di semua negara di mana kemungkinan besar terjadi penularan.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa itu penyakit misterius di China? Dalam beberapa hari terakhir, China dihantui lonjakan penyakit pernapasan misterius di kalangan anak-anak di sepanjang wilayah utara, menciptakan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Covid-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, China tengah akhir 2019, sebelum menyebar melintasi perbatasan China, menimbulkan malapetaka di dunia, menghilangkan 2 juta nyawa dan menghancurkan perekonomian.
Panel mengatakan, jelas bahwa "langkah-langkah kesehatan masyarakat bisa diterapkan lebih tegas oleh otoritas kesehatan lokal dan nasional di China pada Januari".
Laporan itu juga mengkritik WHO karena menunda-nunda awal krisis, menunjukkan badan kesehatan PBB tidak mengadakan pertemuan komite darurat hingga 22 Januari 2020.
Komite tersebut gagal menyetujui untuk menetapkan wabah tersebut sebagai Perhatian Internasional untuk Darurat Kesehatan Masyarakat (PHEIC) - tingkat siaga tertinggi - sampai sepekan kemudian.
"Tak jelas mengapa komite tidak menggelar rapat sampai pekan ketiga Januari, juga tak jelas mengapa mereka tak bisa menyepakati pengumuman PHEIC saat pertama kali digelar rapat," jelas laporan itu, dikutip dari France 24, Selasa (19/1).
Boneka China
WHO sebelumnya dinilai terlalu lambat mengumumkan krisis internasional, untuk mengakui virus menyebar melalui udara, dan merekomendasikan pemakaian masker.
Presiden AS Donald Trump menuduh WHO ceroboh dalam penanganan pandemi dan menjadi "boneka China".
Panel yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Selandia Baru Helen Clark dan mantan presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, mulai bekerja pada Juli setelah negara-negara anggota WHO menyerukan “evaluasi yang tidak memihak, independen dan komprehensif” atas tanggapannya terhadap pandemi.
Epidemi Tersembunyi
Lebih setahun setelah kasus pertama Covid-19 terdeteksi di China, para pakar setuju angka resmi 2 juta lebih kasus kematian dan mendekati angka 100 juta kasus infeksi adalah perkiraan yang terlalu rendah.
Menurut laporan panel, jumlah kasus telah dikurangi sejak awal.
"Dalam retrospeksi, jelas bahwa volume infeksi pada periode awal epidemi di semua negara lebih tinggi dari yang dilaporkan," jelasnya.
Epidemi yang sebagian besar tersembunyi berkontribusi pada penyebaran global.
Panel mengatakan, WHO dan pemerintah nasional tak bertindak cukup cepat memperingati bahwa virus bisa menyebar antar orang, termasuk mereka tanpa gejala bisa menularkannya
Panel juga mempertanyakan apakah WHO seharusnya menggunakan kata 'pandemi' lebih awal dari sebelumnya.
WHO tidak menggunakan kata tersebut sampai 11 Maret 2020, berulang kali bersikeras sebelum tanggal tersebut bahwa mereka tidak perlu menggunakannya karena PHEIC telah diumumkan.
Kata "pandemi" tidak ditampilkan dalam sistem peringatan resmi WHO.
Tetapi panel mengisyaratkan negara-negara di dunia mungkin akan menanggapi situasi ini lebih serius jika kata itu digunakan, menekankan itu berfungsi "untuk memusatkan perhatian pada beratnya peristiwa kesehatan".
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaSejak pertengahan Oktober 2023, WHO telah memantau data dari sistem pengawasan Tiongkok, terkait pneumonia misterius yang melanda anak-anak di China utara.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia tengah melonjak di China sejak pertama kali dilaporkan pada 13 November 2023.
Baca SelengkapnyaPenyakit ini sudah merebak di Beijing dan Liaoning utara, China.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta masyarakat untuk tidak panik dengan adanya pneumonia misterius yang tengah merebak di China dan Eropa.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, China mampu menekan polusi udara dalam waktu relatif cepat.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaWHO menaikkan status Mpox menjadi darurat kesehatan pada 14 Agustus 2024.
Baca Selengkapnya