Tradisi adu kuda menyambut musim panen di China
Merdeka.com - Sebuah lapangan di wilayah Rongshui, Provinsi Guangxi, China, dibanjiri penduduk lokal hendak menyaksikan adu kuda. Negeri Tirai Bambu ini sudah menjalankan tradisi itu selama 500 tahun.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Rabu (10/10), adu kuda biasa digelar menyambut datangnya musim panen. Tak hanya di China, kegiatan ini juga sering dilakukan negara lain di Asia seperti Indonesia, Filipina, dan Korea Selatan.
Para kuda ditaruh di tengah lapangan dan dikelilingi warga setempat. Biasanya acara ini malah sengaja diadakan bandar judi untuk untuk mengajak penduduk memasang taruhan mana yang menjadi pemenang. Bila hewan itu menolak bertarung, mereka memaksa dengan pecutan atau menembakkan pistol ke udara. Kedua kuda bakal kaget dan menyerang satu sama lain. Orang bertindak wasit biasanya mengakhiri pertarungan setelah ada kuda ambruk dengan kondisi nahas.
-
Kapan tradisi ini dilakukan? Tradisi ini diketahui sudah berkembang sejak tahun 1950-an, dan jadi salah satu hajat desa yang selalu ramai didatangi oleh warga.
-
Kapan tradisi ini dimulai? Tradisi undangan berhadiah kopi saset hingga bumbu masak telah lama digunakan masyarakat Majalengka sebelum melangsungkan hajatan.
-
Siapa yang memulai tradisi ini? Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
-
Kapan tradisi ini pertama kali muncul? Menurut sejarah, tradisi itu muncul pertama kali saat Ki Ageng Gribig baru pulang dari Makkah usai melaksanakan ibadah haji.
-
Siapa yang terlibat dalam tradisi ini? Setelah itu, tuan rumah akan mengundang tetangga untuk mengikuti acara kepungan dengan menyantap tumpeng tawon.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
Pegiat Dana Internasional untuk Kuda Vivian Farrell mengatakan, itu budaya keji dan biadab. Dia tidak mengerti mengapa masih ada orang melakukan hal itu. "Sama saja dengan tradisi mengorbankan anak, kami membenci itu," ujarnya.
Juru bicara Aliansi Penyayang Binatang (PETA) mengatakan mengadu dua kuda untuk kesenangan manusia adalah hal buruk. Tradisi demikian tidak perlu dijaga dan harus dienyahkan dari kehidupan. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pacu Kude, tradisi balap kuda dalam menyambut hari kemerdekaan yang dilakukan masyarakat Aceh Tengah.
Baca SelengkapnyaPertarungan Toqto adalah bagian dari perayaan dan ritual penting yang berlangsung di distrik Livitaca, di provinsi Chumbivilcas, Cusco.
Baca SelengkapnyaTradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaSelain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca SelengkapnyaRitual yang biasa dilakukan petani di Bengkulu Selatan ini merupakan agenda wajib sebelum proses melakuan penanaman padi.
Baca SelengkapnyaBiasanya tradisi ini dilaksanakan ketika hari raya Idulfitri. Namun di Aceh, Meugang juga berlaku untuk merayakan hari raya Iduladha.
Baca SelengkapnyaPara peserta yang terlibat di acara tersebut akan berlomba untuk menyusun telur secara vertikal di atas sebuah bidang.
Baca SelengkapnyaPermainan rakyat yang bersifat menghibur ini sudah dilaksanakan ratusan tahun lalu yang sampai sekarang masih terus dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaRitual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.
Baca SelengkapnyaAcara Damar Sewu tak bisa dipisahkan dari kearifan lokal masyarakat Kuningan yang sarat makna
Baca SelengkapnyaTradisi Cembengan merupakan tradisi yang diadopsi dari etnis Tionghoa, yaitu Cing Bing.
Baca SelengkapnyaDalam budaya China, diyakini bahwa kemalangan dapat dicegah melalui pelaksanaan tradisi atau ritual tertentu.
Baca Selengkapnya