Transkrip Lengkap Pidato Joe Biden Usai Pelantikan, Serukan Pemulihan dan Persatuan
Merdeka.com - Joe Biden telah resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-46 pada Rabu (20/1) siang waktu Washington, DC. Biden diambil sumpahnya dengan Alkitab warisan keluarganya selama ratusan tahun. Setelah pengambilan sumpah jabatan, tak lama kemudian Biden menyampaikan pidato pertamanya sebagai Presiden AS.
Berikut transkrip lengkap pidato Joe Biden:
Kepala Hakim Agung Roberst, Wakil Presiden Harris, Ketua DPR Pelosi, Ketua Schumer, Ketua McConnell, Wakil Presiden Pence, para hadirin, dan seluruh kawan Amerika saya.
-
Siapa yang dilantik menjadi Presiden? Pelantikan Mikhail Gorbachev Sebagai Presiden Uni Soviet pada 15 Maret 1990
-
Siapa yang dilantik sebagai Presiden? Pada tahun 2024, pelantikan ini akan menjadi penutup dari rangkaian Pemilihan Umum yang telah berlangsung, di mana Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
-
Siapa yang mendapatkan ucapan selamat dari Joe Biden? 'Pak presiden terpilih, saya ingin memanggil Anda Pak presiden terpilih,' kata Biden kepada Prabowo.
-
Siapa yang dilantik sebagai Presiden dan Wapres? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.
-
Kapan pelantikan Presiden dan Wapres? Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada 20 Oktober mendatang.
-
Siapa saja yang dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden? 'Selamat atas pelantikan Bapak Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia dan Bapak Gibran Rakabuming sebagai Wakil Presiden. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kebijaksanaan agar dapat menjalankan amanah ini dengan jujur, adil, dan penuh tanggung jawab untuk kebaikan seluruh rakyat.'
Ini adalah hari Amerika. Ini adalah hari demokrasi. Hari sejarah dan harapan. Pembaruan dan perubahan. Melewati masa-masa berat Amerika diuji lagi dan Amerika bangkit menghadapi tantangan.
Hari ini, kita merayakan kemenangan bukan dari seorang kandidat, tetapi karena sebuah perjuangan, perjuangan demokrasi. Kehendak rakyat telah didengar dan kehendak rakyat telah diperhatikan.
Kita telah belajar lagi bahwa demokrasi itu berharga. Demokrasi itu rapuh. Dan pada jam ini, kawan-kawanku, demokrasi telah menang.
Jadi sekarang di tanah yang keramat ini di mana beberapa hari lalu kekerasan berusaha menghancurkan fondasi Capitol, kita datang Bersama-sama sebagai satu bangsa, berkat Tuhan, tak terpecahkan, melakukan transisi kekuasaan dengan penuh damai sebagaimana yang kita lakukan lebih dari dua abad.Kita melihat ke depan dengan cara unik Amerika kita – resah, berani, optimis – dan mengarahkan pandangan kita pada bangsa yang kita tahu kita bisa dan kita harus menjadi apa.
Saya berterima kasih pada pendahulu saya dari kedua partai atas kehadiran mereka di sini. Saya berterima kasih dari hati saya yang paling dalam.
Kita tahu ketegasan Konstitussi kita dan kekuatan bangs akita.
Seperti halnya Presiden Carter, dengannya saya berbicara semalam tapi tak bisa hadir Bersama kita hari ini, tapi kita menghormatinya atas jasanya selama ini.
Saya baru saja disumpah sebagaimana para patriot ini dulu – sebuah sumpah jabatan yang pertama kali diucapkan George Washington.
Tapi kisah Amerika tak hanya bergantung pada satu orang dari kita, tidak beberapa dari kita, tapi semua kita.
Pada kalimat “Kitalah Rakyat” mencari Persatuan yang lebih sempurna. Ini adalah bangsa besar dan kita adalah rakyat yang baik.
Selama berabad-abad melalui badai dan perselisihan, dalam perdamaian dan dalam perang, kita telah sampai sejauh ini. Tapi kita masih harus terus melangkah.
Kita akan terus maju dengan kecepatan dan keterdesakan, karena banyak hal harus kita lakukan di musim dingin yang berisiko dan penuh kemungkinan ini.
Banyak yang harus diperbaiki. Banyak yang harus dipulihkan. Banyak yang harus dipulihkan. Banyak yang harus dibangun. Dan banyak yang harus dicapai.
Beberapa periode dalam sejarah bangsa kita lebih menantang dan sulit daripada di mana kita sekarang.
Sekali dalam satu abad virus diam-diam menjalari negara kita. Menghilangkan banyak nyawa dalam satu tahun seperti jumlah kehilangan Amerika dalam Perang Dunia II. Jutaan pekerjaan hilang. Ratusan ribu usaha ditutup.
Seruan keadilan rasial selama 400 tahun menggerakkan kita. Mimpi keadilan bagi semua tak akan lagi ditangguhkan. Seruan kelangsungan hidup datang dari planet itu sendiri. Seruan yang tak bisa lebih menyakitkan atau lebih jelas lagi.Dan sekarang, kebangkitan ekstemisme politik, supremasi kulit putih, terorisme domestic yang harus kita lawan dan kita akan kalahkan.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, untuk menyembuhkan jiwa dan menyelamatkan masa depan Amerika, membutuhkan lebih dari kata-kata. Membutuhkan hal yang paling sulit dipahami dalam demokrasi: persatuan. Persatuan.
Pada hari lain di bulan Januari di Washington, pada Tahun Baru 1863, Abraham Lincoln menandatangani Proklamasi Emansipasi.
Ketika dia menuliskan di kertas, Presiden mengatakan, “Jika nama saya tercatat dalam sejarah, itu karena keputusan ini, dan seluruh jiwaku ada di dalamnya.”
Seluruh jiwaku ada di dalamnya. Hari ini, di hari Januari ini, sepenuh jiwaku ada di dalamnya: Membawa Amerika bersama-sama, mempersatukan rakyat kita dan mempersatukan bangsa kita. Saya meminta setiap warga Amerika bergabung Bersama saya dalam hal ini, Bersatu untuk melawan musuh yang kita hadapi: kemarahan, dendam dan kebencian, ekstremisme, pelanggaran hukum, kekerasan, penyakit, pengangguran, dan keputusasaan. Dengan Bersatu, kita bisa melakukan hal hebat, hal-hal penting. Kita bisa membetulkan apa yang salah dan kita bisa membuat orang-orang Kembali memiliki pekerjaan. Kita bisa mengajarkan anak-anak kita di sekolah yang aman. Kita bisa mengatasi virus mematikan. Kita bisa membuka lapangan pekerjaan dan membangun Kembali kelas menengah dan menyediakan perawatan Kesehatan bagi semua. Kita bisa menciptakan keadilan rasial. Kita bisa membuat Amerika, sekali lagi, menjadi kekuataan utama untuk kebaikan dunia.
Saya tahu membicarakan persatuan bagi sebagian orang terdengar seperti fantasi bodoh. Saya tahu kekuatan yang memecah belah kita dalam dan nyata. Tapi saya juga tahu mereka bukan hal baru.
Sejarah kita telah menjadi perjuangan konstan antara Amerika yang ideal bahwa kita semua diciptakan sama dan realitas buruk dan kejam bahwa rasisme, nativisme, ketakutan, dan demonisasi telah lama menceraiberaikan kita.
Pertarungan ini abadi. Kemenangan tak pernah pasti.
Melalui Perang Sipil, Depresi Besar, Perang Dunia, 9/11, melalui perjuangan, pengorbanan, dan kemunduran, “malaikat baik” kita selalu menang.
Dalam setiap momen-momen ini, cukup bagi kita bersama-sama maju ke depan. Dan, kita bisa melakukannya sekarang.
Sejarah, keyakinan, dan akal menunjukkan jalannya, jalan persatuan.
Kita bisa memandang satu sama lain tidak sebagai musuh tapi sebagai tetangga. Kita bisa memperlakukan satu sama lain dengan bermartabat dan penghormatan.
Karena tanpa persatuan tak ada kedamaian, hanya kepahitan dan kemarahan dan murka; taka da kemajuan, hanya kemarahan yang melelahkan; tak ada bangsa, hanya sebuah negara yang kacau.
Ini adalah momen bersejarah kita untuk krisis dan tantangan, dan persatuan adalah jalan di depan.
Dan, kita harus bertemu pada momen ini sebagai Amerika Serikat.
Jika kita lakukan itu, saya jamin, kita tak akan gagal. Kita tak akan pernah, tak akan pernah, tak akan pernah gagal di Amerika ketika kita beraksi bersama.
Dan hari ini, pada saat ini dan di tempat ini, mari memulai yang baru, semua kita. Mari mulai mendengarkan satu sama lain, melihat satu sama lain, saling menghormati satu sama lain. Politik tak harus jadi amukan api, menghancurkan segalanya. Setiap ketidaksepakatan tak berarti harus menjadi penyebab perang, dan kita harus menolak budaya yang mana fakta dimanipulasi, dan bahkan dipabrikasi.
Kawan Amerikaku, kita harus berbeda dari ini. Amerika harus jadi lebih baik dari ini. Dan saya yakin Amerika lebih baik dari ini. Lihatlah sekitar.
Di sini kita berdiri, dalam bayangan kubah Capitol yang dirampung dibangun di tengah Perang Sipil, ketika Persatuan sendiri masih meragukan.
Tapi kita bertahan dan kita berhasil. Di sini kita berdiri memandang Mall megah di mana Dr King membicarakan mimpinya. Di sini kita berdiri, di mana 108 tahun lalu pada sebuah pelantikan yang lain, ribuan pengunjuk rasa berusaha menghalangi para perempuan pemberani yang berpawai memperjuangkan hak mereka untuk memilih.
Dan hari ini kita menyaksikan pengambilan sumpah perempuan pertama dalam sejarah Amerika terpilih untuk jabatan nasional, Wakil Presiden Kamala Harris. Jangan katakan padaku hal itu tak bisa berubah.
Di sini kita berdiri menghadap Potomac dari Pemakaman Nasional Arlington, di mana para pahlawan yang memberikan kesetiaan penuh beristirahat dalam damai.
Dan di sini kita berdiri, hanya beberapa hari setelah gerombolan pengacau berpikir mereka bisa menggunakan kekerasan untuk membungkam kehendak rakyat, untuk menghentikan tugas demokrasi kita, dan untuk memukul mundur kita dari tanah keramat ini.
Itu tak terjadi. Tak akan pernah terjadi. Tidak hari ini. Tidak besok. Tak pernah.
Untuk semua yang mendukung kampanye kami, saya tersanjung oleh kepercayaan yang kalian berikan pada kami. Kepada mereka semua yang tak mendukung kami, izinkan saya menyampaikan ini: Dengarkan saya karena kita melangkah maju. Nilailah diri saya dan hati saya, dan jika kalian masih tak setuju, baiklah. Itulah demokrasi. Itulah Amerika.
Hak untuk berbeda pendapat secara damai, di dalam pagar pembatas Republik kita, mungkin adalah kekuatan terbesar bangsa kita.
Namun dengarkan saya dengan jelas: Ketidaksepakatan tidak harus mengarah pada perpecahan.
Dan saya berjanji ini pada kalian: Saya akan menjadi Presiden untuk semua rakyat Amerika. Semua rakyat Amerika. Dan saya berjanji pada kalian, saya akan berjuang kekeras-kerasanya untuk mereka yang tidak mendukungku sebagaimana berjuang untuk mereka yang mendukungku.
Berabad-abad lalu, Santo Agustinus, seorang santo gerejaku, menulis bahwa sebuah rakyat adalah sekelompok orang yang ditentukan oleh wujud umum cinta mereka.Apa wujud umum yang kita cintai yang menentukan kita sebagai orang Amerika?
Saya pikir saya tahu. Kesempatan. Keamanan. Kebebasan. Kemuliaan. Rasa Hormat. Kehormatan. Dan, ya, kebenaran.
Beberapa pekan dan bulan terakhir mengajarkan kita pelajaran pedih.
Ada kebenaran dan ada kebohongan.
Kebohongan disampaikan demi kekuasaan dan keuntungan.
Dan setiap kita punya tugas dan tanggung jawab, sebagai warga negara, sebagai warga Amerika, dan khususnya sebagai pemimpin, para pemimpin yang telah berjanji untuk menghormati Konstitusi kita dan melindungi bangsa kita, untuk membela kebenaran dan mengalahkan kebohongan.
Saya mengerti banyak warga Amerika melihat masa depan dengan ketakutan dan kegentaran.
Saya mengerti mereka khawatir dengan pekerjaan mereka, menjaga keluarga mereka, dan apa yang terjadi kemudian.
Saya paham.
Tetapi jawabannya bukanlah berpaling ke dalam, mundur ke faksi-faksi yang bersaing, tidak mempercayai mereka yang tidak terlihat seperti Anda, atau beribadah seperti Anda, atau tidak mendapatkan berita mereka dari sumber yang sama dengan Anda.
Kita harus mengakhiri perang tidak beradab yang mempertemukan warna merah dengan biru, pinggiran versus perkotaan, konservatif versus liberal.
Kita bisa melakukan ini jika kita membuka jiwa kita alih-alih mengeraskan hati kita. Jika kita menunjukkan sedikit toleransi dan kerendahan hati. Jika kita bersedia berdiri di posisi orang lain hanya untuk sesaat.
Karena inilah hal tentang hidup: Tidak ada pertanggungjawaban tentang apa yang akan dihadapi takdir.
Ada kalanya kita membutuhkan bantuan. Ada hari-hari lain ketika kita diminta untuk meminjamkannya.
Begitulah cara kita harus bersama.
Dan, jika kita seperti ini, negara kita akan menjadi lebih kuat, lebih sejahtera, lebih siap untuk masa depan.
Kami akan membutuhkan semua kekuatan untuk bertahan melalui musim dingin yang gelap ini. Kita sedang memasuki periode virus yang paling sulit dan paling mematikan. Kita harus mengesampingkan politik dan akhirnya menghadapi pandemi ini sebagai satu bangsa.
Saya berjanji ini kepada Anda: seperti yang dikatakan Alkitab, tangisan mungkin bertahan selama satu malam tetapi kegembiraan datang di pagi hari.
Kita akan melalui ini, bersama-sama. Dunia sedang menyaksikan hari ini.
Jadi inilah pesan saya kepada mereka yang berada di luar wilayah kita: Amerika telah diuji dan kita telah menjadi lebih kuat karenanya.
Kita akan memperbaiki aliansi kita dan kembali terlibat dengan dunia. Bukan untuk menghadapi tantangan kemarin, tapi hari ini dan besok.
Kita akan memimpin tidak hanya dengan contoh kekuatan kita tetapi dengan kekuatan teladan kita.
Kita akan menjadi mitra yang kuat dan tepercaya untuk perdamaian, kemajuan, dan keamanan.
Kita telah melalui banyak hal di negara ini.
Dan, dalam aksi pertama saya sebagai Presiden, saya ingin meminta Anda untuk bergabung bersama saya mengheningkan cipta untuk mengenang semua orang meninggal tahun lalu akibat pandemi.
Kepada 400.000 orang Amerika itu - ibu dan ayah, suami dan istri, putra dan putri, teman, tetangga, dan rekan kerja.
Kami akan menghormati mereka dengan menjadi orang dan bangsa yang kami tahu kami bisa dan seharusnya.
Mari kita panjatkan doa hening bagi mereka yang kehilangan nyawa, untuk mereka yang ditinggalkan, dan untuk negara kita.
Amin.
Ini adalah masa penuh cobaan. Kita menghadapi serangan terhadap demokrasi dan kebenaran. Amukan virus. Ketidakadilan. Sengatan rasisme sistemik. Krisis iklim. Peran Amerika di dunia. Salah satu dari ini akan sangat menantang kita.
Tapi faktanya kita menghadapi mereka sekaligus, menghadirkan bangsa ini dengan tanggung jawab yang paling berat.
Sekarang kita harus melangkah. Kita semua.
Ini adalah waktunya untuk keberanian, karena banyak yang harus dilakukan.
Dan, ini pasti. Kita akan dihakimi, kalian dan saya, atas bagaimana kita mengatasi krisis ini pada masa kita.
Akankah kita membangun kesempatan itu?
Akankah kita menguasai saat yang langka dan sulit ini?
Akankah kita memenuhi kewajiban kita dan memberikan dunia baru dan lebih baik bagi anak-anak kita?
Saya yakin kita harus dan saya yakin kita bisa.
Dan saat kita melakukannya, kita akan menulis bab berikutnya dalam cerita Amerika.
Ini adalah cerita yang mungkin terdengar seperti lagu yang sangat berarti bagi saya.
Namanya “American Anthem” dan ada satu syair yang teringat bagi saya:
“Pekerjaan dan doaabad telah membawa kita ke hari iniApa yang akan menjadi warisan kita?Apa yang akan dikatakan anak-anak kita? ...Bisikkan pada hatikuSaat hari-hariku selesaiAmerikaAmerikaAku memberikan yang terbaik untukmu. ”
Mari kita tambahkan pekerjaan dan doa kita sendiri ke dalam kisah keberhasilan bangsa kita.
Jika kita melakukan ini maka ketika hari-hari kita melalui anak-anak kita dan anak-anak kita akan berkata tentang kita bahwa mereka memberikan yang terbaik.
Mereka melakukan tugas mereka. Mereka menyembuhkan tanah air yang rusak.
Kawan-kawan Amerikaku, saya menutup hari ini di mana saya memulai, dengan sumpah suci.
Di hadapan Tuhan dan kalian semua, saya mengucapkan kata-kata.
Saya akan selalu sejajar dengan Anda. Saya akan membela Konstitusi. Saya akan mempertahankan demokrasi kita. Saya akan membela Amerika.
Saya akan memberikan semua yang saya miliki dalam melayani Anda, bukan memikirkan kekuatan, tetapi kemungkinan.
Bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan umum.
Dan bersama-sama, kita akan menulis kisah harapan Amerika, bukan ketakutan.
Persatuan, bukan perpecahan.
Cahaya, bukan kegelapan.
Kisah Amerika tentang kesopanan dan martabat. Tentang cinta dan penyembuhan. Kebesaran dan kebaikan.
Semoga ini menjadi cerita yang membimbing kita. Kisah yang menginspirasi kami.
Kisah yang menceritakan masa-masa yang akan akan datang itu kami telah menjawab panggilan sejarah. Kami bertemu saat itu.
Demokrasi dan harapan, kebenaran dan keadilan, tidak mati dalam pengawasan kita tetapi berkembang.
Bahwa Amerika kita menjaga kebebasan di rumah kita dan berdiri sekali lagi sebagai mercusuar bagi dunia.
Itulah hutang kita kepada para pendahulu kita, satu sama lain, dan generasi berikutnya.
Jadi, dengan tujuan dan ketetapan hati kita beralih ke tugas waktu kita. Ditopang oleh iman. Didorong oleh keyakinan.
Dan, berbakti satu sama lain dan untuk negara yang kita cintai ini dengan segenap hati kita.
Semoga Tuhan memberkati Amerika dan semoga Tuhan melindungi pasukan kita.
Terima kasih, Amerika.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
President AS Joe Biden mengucapkan selamat kepada calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto yang unggul dalam pemilihan presiden 2024.
Baca SelengkapnyaPresiden Amerika Serikat Joe Biden melalui saluran telepon pada Jumat (22/3) mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto
Baca SelengkapnyaPrabowo akan dilantik sebagai presiden ke-8 Republik Indonesia pada 20 Oktober pekan depan.
Baca SelengkapnyaKedua capres justru melenceng dan saling menyerang rivalnya dengan pernyataan yang berkelok-kelok.
Baca SelengkapnyaDi bawah kitab suci Alquran, Prabowo Subianto bersumpah dan berjanji akan memenuhi kewajiban sebagai Presiden RI.
Baca SelengkapnyaKeputusan Presiden Joe Biden telah mengagetkan warga AS usai dirinya mundur dari pencalonan presiden AS.
Baca SelengkapnyaJokowi yang didampingi Ibu Negara Iriana tiba sekitar pukul 09.50 WIB.
Baca SelengkapnyaJokowi mengajak Biden untuk turut menghentikan konflik dan kekejaman yang terjadi di Gaza, Palestina.
Baca Selengkapnya"Kita memiliki tanggung jawab bersama, khususnya di kawasan Pasifik. Jadi, saya sangat, sangat ingin dekat dengan Anda," kata Biden pada Prabowo.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan dua pidato di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat 16 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan dua pidato di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat 16 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaPidato pertama disampaikan sekitar pukul 09.00 WIB, kedua pukul 13.00 WIB.
Baca Selengkapnya