Uji Coba Kontroversial Vaksin di Inggris, 40 Relawan akan Ditulari Virus Corona
Merdeka.com - Sukarelawan Inggris akan sengaja ditulari virus corona sebagai bagian eksperimen uji coba yang bisa mengubah pemahaman para ilmuwan terkait virus itu.
London menjadi tuan rumah uji coba pertama dunia virus corona di mana 40 sukarelawan disuntik dengan vaksin potensial sebelum diberikan dosis semprotan nasal patogen mematikan tersebut.
Sebelum pengumuman oleh Open Orphan pada Selasa, ada kontroversi di kalangan ilmuwan terkait metode ini.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Siapa yang mengembangkan vaksin flu pertama? Para ilmuwan mulai mengisolasi virus flu pada tahun 1930-an, dan pada tahun 1940-an, Angkatan Darat AS membantu mensponsori pengembangan vaksin untuk melawan virus tersebut.AS menyetujui vaksin flu pertama untuk penggunaan militer pada tahun 1945 dan untuk penggunaan sipil pada tahun 1946.
-
Siapa yang menyuntikkan vaksin HIV ke dirinya sendiri? Ahli virologi asal India, Pradeep Seth, pernah melakukan eksperimen ekstrim terhadap dirinya sendiri di tahun 2003. Dia menyuntikkan vaksin HIV yang dikembangkannya pada dirinya sendiri. Untungnya, dia keluar dalam keadaan baik-baik saja.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
Para pendukung mengatakan, uji coba ini bisa jauh lebih cepat daripada tes vaksin biasa, berpotensi mempersingkat waktu tunggu sampai dunia memiliki akses ke inokulasi yang efektif.
Tetapi para kritikus berpendapat terlalu sedikit yang dipahami terkait Covid-19 untuk membuat uji coba tersebut aman. Walaupun anak muda jarang yang meninggal karena penyakit ini, ada banyak bukti mereka bisa menderita penyakit jangka panjang yang melemahkan.
Sue Tansey, seorang dokter farmasi yang merupakan anggota dari Nuffield Council on Bioethics, sebuah pengawas independen Inggris, mengatakan masih ada "ketidaksepakatan di antara para ahli" apakah pantas untuk melanjutkan uji coba ini.
"Orang-orang terbelah karena ini teka-teki etika," katanya, dikutip dari NBC News, Selasa (20/10).
"Pendanaan yang diumumkan hari ini untuk studi terobosan namun terkontrol dengan hati-hati menandai langkah penting berikutnya dalam membangun pemahaman kita tentang virus dan mempercepat pengembangan vaksin kita yang paling menjanjikan yang pada akhirnya akan membantu dimulainya kembali kehidupan normal," jelas Menteri Bisnis Inggris, Alok Sharma dalam sebuah pernyataan yang didistribusikan Open Orphan.
Ada lebih dari 150 vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia, beberapa di antaranya telah mencapai tes fase 3, di mana sejumlah besar orang - sebanyak puluhan ribu - diberi vaksin, sementara yang lain mendapatkan plasebo.
Dalam penelitian biasa, sukarelawan diuji secara teratur untuk Covid-19 dengan harapan akan ada perbedaan yang mencolok antara kelompok yang divaksinasi dan yang tidak. Namun ini bisa memakan waktu lama - banyak peserta akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk tertular jika mereka terinfeksi.
Uji coba ini dapat mempersingkat waktu tersebut: Semua sukarelawan mendapatkan vaksin, dan semuanya juga terkena virus. Para peneliti mengatakan kelompok yang hanya terdiri dari 40 sukarelawan kemungkinan akan bisa menjelaskan kandidat vaksin apa pun hanya dalam waktu singkat. Semua orang menerima ada risikonya.
Kepala penasihat ilmiah Inggris, Sir Patrick Vallance pada Juli lalu mengatakan dua hal diperlukan agar uji coba ini aman. Ilmuwan harus tahu dosis yang tepat yang diberikan dan menemukan obat anti virus yang bisa "menyelamatkan" pasien dari sakit parah.
Walaupun anak muda berusia 18 sampai 30 tahun - yang menjadi sukarelawan uji coba medis - jarang meninggal karena virus corona, ada peningkatan data dan bukti bahwa anak muda dan sehat mengalami kondisi jangka panjang lemah jantung, otak, dan paru-paru.
"Argumen yang menentang uji coba ini adalah bahwa kami tidak cukup tahu tentang kasus-kasus di mana beberapa orang yang lebih muda memiliki masalah jangka panjang setelahnya," jelas Tansey.
"Sisi negatif lainnya adalah meskipun kami memiliki beberapa pengobatan yang tampaknya meningkatkan hasil pada pasien yang sakit parah, itu bukanlah apa yang kami sebut terapi 'penyelamatan' seperti antibiotik yang dapat mengobati infeksi dan mengatasinya."
Bagi beberapa relawan, kekhawatiran ini nyata tetapi sepadan dengan tujuan akhirnya.
"Itu ide yang menakutkan," kata Alastair Fraser-Urquhart (18) yang menjadi sukarelawan sebagai bagian dari kelompok kampanye 1Day Sooner, yang mengadvokasi uji coba ini.
"Sangat mudah bagi saya untuk duduk di sini sekarang dan mengatakan menurut saya ini adalah ide yang bagus," katanya kepada NBC News.
"Tetapi jika saya akhirnya menggunakan ventilator maka saya pikir saya masih akan memikirkan hal yang sama karena itu memberikan begitu banyak kebaikan bagi begitu banyak umat manusia sehingga yang saya lakukan tidak ada yang akan sia-sia."
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaPenerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.
Baca SelengkapnyaBerikut ilmuwan yang nekat melakukan eksperimen membahayakan nyawanya.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBelum tersedia vaksin untuk manusia yang terjangkit virus ini.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dosis kelima atau booster ketiga.
Baca SelengkapnyaMunculnya kasus Mpox bukan disebabkan oleh adanya vaksinasi Covid-19 seperti sejumlah hoax yang beredar.
Baca SelengkapnyaPenemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca SelengkapnyaSelama enam bulan nanti nyamuk Aedes Aegypti yang sudah Berwolbachia itu akan menyebar ke masyarakat.
Baca Selengkapnya