Uni Eropa Ingin Larang Pasar Hewan Liar untuk Cegah Pandemi Baru
Merdeka.com - Uni Eropa (EU) tengah mendorong kesepakatan global untuk mencegah pandemi baru, termasuk melarang pasar hewan liar dan memberi insentif pada negara-negara yang melaporkan kemunculan virus baru, demikian menurut seorang pejabat EU kepada Reuters.
Para perunding internasional akan bertemu pertama kali pada Rabu untuk mempersiapkan pembicaraan tentang perjanjian itu, kata pejabat tersebut, yang meminta agar namanya dirahasiakan.
Target pembicaraan itu adalah mencapai kesepakatan awal pada Agustus.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Kenapa sarjana Amerika sulit cari kerja? Salah satu penjelasan mengenai tren ini adalah bahwa dalam beberapa dekade terakhir, semakin sulit mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi tanpa gelar sarjana. Ini yang kemudian menyebabkan sebagian laki-laki meninggalkan dunia kerja.
-
Siapa yang menyatakan Demokrat tidak akan rujuk? Ketua BPOPKK DPP Partai Demokrat Herman Khaeron mengatakan tidak mungkin partainya memutuskan untuk rujuk kembali dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mendukung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai capres-cawapres di Pilpres 2024.
-
Siapa yang merasa ragu dengan hubungan ini? Dea Sadirah merasa ragu untuk menerima pinangan Chand Kelvin.
-
Kenapa Erna mengalami kesulitan di masa pandemi? 'Itu penjualan hampir nol. Padahal kita kebutuhan tetap ada,' kata Erna dikutip dari kanal YouTube Bantul TV.
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
Namun, EU sejauh ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat dan negara-negara besar lain, beberapa di antaranya menginginkan perjanjian itu bersifat tidak mengikat. Demikian dilansir laman Antara mengutip Reuters, Rabu (9/2).
Seorang juru bicara bagi Charles Michel, presiden Dewan Eropa yang pada November 2020 mengusulkan sebuah perjanjian baru terkait pandemi, mengatakan dia tidak punya komentar baru tentang hal tersebut.
Gedung Putih belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Menurut teori yang diterima secara luas, pandemi COVID-19 dimulai dengan penularan virus SARS-CoV-2 dari seekor hewan ke manusia di pasar hewan liar di China.
Meski Beijing awalnya dipuji oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena dengan cepat mengabarkan soal virus baru tersebut, AS telah menuduh China menahan informasi tentang kemungkinan asal muasal wabah.
Di antara hal-hal yang ingin dimasukkan oleh EU ke dalam perjanjian tersebut adalah penutupan secara bertahap pasar-pasar hewan liar, kata pejabat EU itu.
Insentif bagi negara-negara yang melaporkan virus baru juga dipandang penting untuk membantu mendeteksi secara cepat dan menghindari penutupan informasi.
Tahun lalu, negara-negara di selatan Afrika terdampak oleh pembatasan penerbangan setelah mereka menemukan varian Omicron. Pengalaman itu dikhawatirkan dapat menghalangi pelaporan wabah di masa depan jika insentifnya tidak cukup menarik.
Pejabat EU itu mengatakan insentif dapat mencakup jaminan akses ke obat-obatan dan vaksin yang dikembangkan untuk melawan virus-virus baru, yang sulit diperoleh negara-negara miskin selama pandemi COVID-19 ketika negara-negara kaya berebut mengamankan pasokannya.
Negara-negara yang mendeteksi dan melaporkan sebuah virus baru juga dapat memperoleh dukungan segera, seperti pengiriman peralatan medis dari pasokan global.
Pembicaraan tentang perjanjian itu akan menyertakan delegasi dari enam negara yang mewakili wilayah-wilayah utama, yaitu Jepang, Belanda, Brazil, Afrika Selatan, Mesir dan Thailand, kata pejabat.
Brazil, yang mewakili negara-negara Amerika utara dan selatan, lebih menginginkan perjanjian yang tidak mengikat.
EU, yang diwakili oleh Belanda, ingin mengusulkan kewajiban yang mengikat secara hukum untuk mencegah dan melaporkan wabah virus baru, menurut sebuah dokumen EU yang dilihat oleh Reuters.
Jika kesepakatan tercapai, perjanjian itu diharapkan dapat diteken pada Mei 2024.
Sebagai bagian dari perombakan aturan kesehatan global, negara-negara juga tengah merundingkan penyesuaian dalam Regulasi Kesehatan Internasional, sekumpulan aturan global untuk mencegah penyebaran penyakit menular.
AS ingin memperkuat aturan-aturan itu untuk meningkatkan transparansi dan memberikan akses cepat kepada WHO ke pusat-pusat wabah, kata dua orang sumber yang mengikuti diskusi tersebut.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diharapkan pembahasan ini bisa segera rampung sebelum beralih ke pemerintahan selanjutnya.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan UU tersebut sangatlah diskriminatif dan merugikan bagi perdagangan komoditas di Indonesia.
Baca SelengkapnyaEkspor komoditas sawit ke Uni Eropa menurun menjadi 4,9 ton di 2020. Kemudian penurunan ekspor sawit terus terjadi di tahun 2022 menjadi 4,1 juta ton.
Baca SelengkapnyaI-EU CEPA merupakan perjanjian dagang bilateral paling komprehensif.
Baca SelengkapnyaIndonesia mendorong Belanda dan Prancis dalam penyelesaian perjanjian IEU-CEPA
Baca SelengkapnyaAksi demonstrasi yang sudah berlangsung selama berminggu-minggu ini dilakukan serentak oleh para petani di seluruh Eropa.
Baca SelengkapnyaAplikasi Temu tidak hanya meresahkan Eropa, masyarakat Asia juga mengkritik produk-produk dan sistem kerja Temu.
Baca SelengkapnyaPetani sawit merupakan pilar penting dalam industri sawit di Indonesia karena kontribusinya sekitar 41 persen.
Baca SelengkapnyaHal itu disebabkan persyaratan dari Uni Eropa yang sangat ketat terkait pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan.
Baca SelengkapnyaIndonesia akan kehilangan pasar Uni Eropa, dan pada saat yang sama, Uni Eropa diperkirakan akan mengalihkan kebutuhan minyak sawit mereka ke Malaysia.
Baca SelengkapnyaJumlah Lynx di Swedia sekitar 1.450 ekor saja, tetapi masih tetap diburu di sana.
Baca SelengkapnyaProdusen Mobil Eropa Was-was Tiongkok Bakal Balas Dendam, Gara-gara Tarif Impor Naik
Baca Selengkapnya