Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Vaksin Kurang Efektif Blokir Virus Omicron, Tapi Lebih Baik dalam Cegah Sakit Parah

Vaksin Kurang Efektif Blokir Virus Omicron, Tapi Lebih Baik dalam Cegah Sakit Parah Ilustrasi vaksin Covid-19. ©Unsplash/brano

Merdeka.com - Berikut ini adalah ringkasan dari beberapa penelitian terbaru tentang Covid-19. Termasuk penelitian yang memerlukan studi lebih lanjut untuk memperkuat temuan dan yang belum disertifikasi oleh peer review.

Vaksin tampak lemah dalam melawan infeksi Omicron, tapi lebih baik dalam mencegah penyakit parah.

Berdasarkan sebuah analisis baru, efektivitas vaksin melawan infeksi bergejala varia Omicron tampak jauh lebih kecil daripada melawan varian virus corona sebelumnya, tapi vaksin masih bisa memberikan perlindungan substansial melawan penyakit parah.

Orang lain juga bertanya?

Billy Gardner dan Marm Kilpatrick dari Universitas California, Santa Cruz mengembangkan model komputer yang menggabungkan data kemanjuran vaksin Covid-19 terhadap varian sebelumnya dan data awal pada vaksin Pfizer/BioNTech melawan Omicron. Model mereka menunjukkan, awal setelah dua dosis vaksin mRNA dari Pfizer/BioNTech atau Moderna, efektivitas melawan infeksi bergejala yang disebabkan Omicron hanya sekitar 30 persen, turun dari sekitar 87 persen dibandingkan varian Delta. Hasil ini dilaporkan pada Minggu di medRxiv sebelum peer review.

Perlindungan terhadap infeksi bergejala "pada dasarnya hilang" pada individu yang divaksinasi lebih dari empat bulan sebelumnya. Suntikan penguat atau booster mengembalikan perlindungan sampai sekitar 48 persen, "yang mirip dengan perlindungan individu dengan kekebalan yang berkurang terhadap varian Delta (43 persen)," kata Kilpatrick.

"Yang penting, perlindungan terhadap penyakit parah jauh lebih tinggi" untuk semua kategori: baru saja divaksinasi, perlindungan yang diberikan vaksin berkurang, atau telah diberikan suntikan booster.

"Kami memperkirakan perlindungan terhadap penyakit parah adalah 86 persen untuk vaksinasi mRNA baru-baru ini terhadap Omicron, 67 persen untuk kekebalan yang berkurang, dan 91 persen setelah booster dosis ketiga," jelas Kilpatrick, dikutip dari Reuters, Selasa (14/12).

"Masih belum ada perkiraan langsung efektivitas vaksin untuk penyakit parah dari negara mana pun, jadi perkiraan kami belum dapat dibandingkan dengan perkiraan langsung."

Temuan baru menunjukkan, vaksin Covid-19 dapat mengurangi beban Covid yang panjang. Vaksin juga dapat berkontribusi pada pengurangan beban kesehatan Covid jangka panjang.

Para peneliti menganalisis tanggapan survei dari 28.356 orang dewasa berusia 18 hingga 69 tahun dari seluruh Inggris yang sebelumnya menderita Covid-19, hampir seperempat di antaranya telah melaporkan gejala yang mengganggu. Kemungkinan peserta akan melaporkan gejala Covid yang lama setidaknya 12 minggu setelah infeksi turun 13 persen setelah dosis vaksin pertama, para peneliti melaporkan pada hari Kamis di medRxiv sebelum peer review.

Tidak jelas apakah perbaikan ini berlanjut antara dosis pertama dan kedua. Pengurangan 9 persen kemungkinan munculnya gejala setelah dosis vaksin kedua "tampaknya bertahan, setidaknya selama periode tindak lanjut rata-rata 67 hari," kata pemimpin penelitian dari Badan Statistik Nasional Inggris, Daniel Ayoubkhani.

Hal yang sama berlaku untuk gejala Covid jangka panjang dan cukup parah sampai menghambat aktivitas sehari-hari, dan polanya serupa terlepas dari apakah peserta menerima vaksin dari AstraZeneca, Pfizer/BioNTech, atau Moderna.

"Namun, kami tidak dapat mengatakan dari penelitian ini jika, atau bagaimana, vaksinasi menyebabkan perubahan gejala yang diamati, dan diperlukan lebih banyak waktu lebih lanjut untuk menilai apakah perbaikan akan dipertahankan dalam jangka panjang dan dampak dosis booster dan varian baru."

Tingkat antibodi yang baik dari vaksin tidak menjamin bertahannya kekebalan bagi beberapa orang.

Para peneliti mengatakan, ada beberapa pasien yang menggunakan obat imunosupresif, vaksin Covid-19 dapat menginduksi antibodi pelindung tanpa menginduksi pertahanan kekebalan lini kedua yang baik, membuat mereka berisiko terkena penyakit parah jika terinfeksi.

Vaksin mengurangi keparahan penyakit dengan menginduksi sel T dalam sistem kekebalan untuk mengenali dan menghilangkan sel yang terinfeksi virus. Pada 303 pasien yang menjalani terapi penekan kekebalan untuk penyakit radang usus, para peneliti menggunakan alat pengukuran molekuler baru untuk menghitung jumlah sel T antivirus yang diinduksi oleh vaksin Covid.

"Secara keseluruhan, sejumlah besar pasien yang divaksinasi - sekitar 20 persen - memiliki tingkat sel T antivirus minimal, meskipun sebagian besar memiliki antibodi antivirus yang tinggi," jelas pemimpin penelitian, Jonathan Braun dari Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles.

Usia, jenis kelamin, dan imunoterapi spesifik mungkin terkait dengan respons sel T pasien terhadap vaksin, tetapi intinya tingkat antibodi setelah vaksinasi tidak selalu memprediksi respons sel T, kata timnya dalam sebuah laporan yang diunggah pada Rabu di medRxiv.

Braun mengatakan, tingkat sel T antivirus tidak sering diukur, meninggalkan pertanyaan penting, diantaranya: Seberapa sering individu yang divaksinasi dengan tingkat sel T antivirus yang rendah pada populasi umum? dan, Apakah booster membantu individu tersebut meningkatkan tingkat sel T antivirus mereka?

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang

Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Ketahui Perbedaan Antara Vaksin Polio Suntik dan Vaksin Tetes, Mana yang Lebih Baik untuk Anak?
Ketahui Perbedaan Antara Vaksin Polio Suntik dan Vaksin Tetes, Mana yang Lebih Baik untuk Anak?

Terdapat dua jenis vaksin polio yaitu berupa suntik dan tetes yang bisa diberikan pada anak. Apa perbedaannya?

Baca Selengkapnya
Jenis Vaksin Cacar Api dan Efek Sampingnya, Penting Diketahui
Jenis Vaksin Cacar Api dan Efek Sampingnya, Penting Diketahui

Vaksin cacar api dirancang untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat mengenali dan melawan virus varicella-zoster sebelum virus tersebut aktif kembali.

Baca Selengkapnya
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD

Dia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.

Baca Selengkapnya
Punya Efek Samping Berbahaya, AstraZeneca Tarik Peredaran Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia
Punya Efek Samping Berbahaya, AstraZeneca Tarik Peredaran Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia

Badan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.

Baca Selengkapnya
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM

Pemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.

Baca Selengkapnya
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM
Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Kasus TTS, Begini Hasil Kajian BPOM

Belakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.

Baca Selengkapnya
Manfaat Vaksin DBD, Lengkap Beserta Syarat Mendapatkannya
Manfaat Vaksin DBD, Lengkap Beserta Syarat Mendapatkannya

Vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah inovasi penting dalam upaya mengurangi beban penyakit dengue.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Minta Masyarakat Waspada Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2, Begini Gejalanya
Kemenkes Minta Masyarakat Waspada Covid-19 Varian KP.1 dan KP.2, Begini Gejalanya

Varian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.

Baca Selengkapnya
Bakteri vs Virus, Lebih Mematikan yang Mana?
Bakteri vs Virus, Lebih Mematikan yang Mana?

Meskipun hampir sama, namun bakteri dan virus ternyata memiliki beberapa perbedaan.

Baca Selengkapnya
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.

Baca Selengkapnya