Vaksin Oxford-AstraZeneca Bisa Kurangi Penyebaran Covid-19 di Inggris
Merdeka.com - Hasil penelitian menunjukkan vaksin Oxford-AstraZeneca mungkin bisa mengurangi penyebaran virus corona. Hasil ini dipuji sebagai "sangat luar biasa" oleh Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock.
Hancock menyampaikan, penelitian menunjukkan vaksin adalah cara keluar dari pandemi. Ini adalah pertama kalinya vaksin menunjukkan bisa mengurangi penularan virus.
Inggris telah memberikan vaksinasi kepada lebih dari 10 juta warganya.
-
Siapa saja yang menerima vaksin cacar monyet? Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kriteria penerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.'Kementerian Kesehatan juga akan melakukan vaksinasi monkeypox terutama pada populasi yang berisiko,' kata Maxi dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/10).
-
Siapa yang butuh vaksin cacar api? Vaksin ini terbukti mengurangi risiko terkena cacar api dan mengurangi tingkat keparahan gejala jika infeksi tetap terjadi.
-
Mengapa vaksin kanker penting bagi masyarakat? Putin menggambarkan pencapaian ini sebagai langkah penting menuju terobosan medis yang bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
Hasil penelitian yang belum diterbitkan secara formal, menyatakan vaksin mungkin memiliki efek substansial dalam penularan virus.
Artinya, suntikan bisa berdampak lebih besar pada pandemi, karena setiap orang yang divaksinasi secara tidak langsung akan melindungi orang lain juga.
Di Twitter, Hancock menyebut penelitian itu "sangat menggembirakan", menambahkan bahwa hasilnya "sangat luar biasa".
Berbicara di BBC Breakfast, dia mengatakan analisis terbaru yang menunjukkan vaksin mengurangi penularan akan "membantu kita semua keluar dari pandemi ini".
Penelitian oleh Universitas Oxford, tempat vaksin itu dikembangkan, mengukur dampak pada penularan dengan menguji infeksi tanpa gejala. Selain menunjukkan efek pada penularan, penelitian menemukan vaksin memberikan 76 persen perlindungan efektif dari dosis tunggal selama tiga bulan.
Dengan tidak adanya penurunan perlindungan selama periode tiga bulan, para peneliti mengatakan hasil tersebut mendukung kesenjangan antara dosis pertama dan kedua antara empat dan 12 minggu.
Efektivitas vaksin meningkat dengan jeda yang lebih lama yaitu 12 minggu sebelum suntikan penguat (booster).
Ketika dosis kedua diberikan, penelitian menemukan tingkat perlindungan dari vaksin Oxford-AstraZeneca meningkat hingga 82 persen.
Inggris berbeda dengan negara lain, memprioritaskan pemberian dosis pertama kepada sebanyak mungkin orang, menunda suntikan kedua selama sekitar 12 minggu.
Tujuannya adalah untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dengan memberikan perlindungan kepada lebih banyak orang, tetapi Inggris telah menghadapi kritik dari British Medical Association karena metode ini tanpa dukungan internasional.
Prof Andrew Pollard, kepala penyelidik uji coba vaksin Oxford, mengatakan hasil itu mendukung pendekatan Inggris untuk menunda suntikan penguat.
"Ini meyakinkan kami bahwa orang terlindungi dari 22 hari setelah satu dosis vaksin," katanya, dikutip dari BBC, Kamis (4/2).
Di Prancis, penggunaan vaksin Oxford telah dibatasi oleh otoritas kesehatan yang mengatakan hanya boleh diberikan kepada orang di bawah 65 tahun.
Hancock mengatakan para ilmuwan telah melihat langsung pada orang-orang berusia di atas 65 tahun dan ada "tingkat kepercayaan yang tinggi" bahwa vaksin Oxford ampuh untuk segala usia.
Dia menambahkan, penelitian terbaru menunjukkan kepada dunia vaksin itu bekerja - "bekerja dengan baik" dan "secara tegas mendukung" strategi pemerintah.
Ditanya seberapa protektif vaksin Oxford terhadap mutasi baru, Dr Pollard mengatakan pihaknya mengantisipasi "perlindungan yang baik" terhadap varian Kent dan akan segera mempublikasikan rinciannya.
Pada varian lain, dia mengatakan kepada program Today Radio 4 BBC: "Ketika kita melihat mutasi baru yang telah muncul di negara lain dan sekarang juga di sini di Inggris - itu adalah virus yang mencoba melarikan diri dari kekebalan manusia, dan apakah itu dari vaksin atau dari infeksi."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKelompok orang yang rawan tertular cacar monyet diminta untuk sadar dalam mencegah penyakit ini.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaAdapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca Selengkapnya