Warga Filipina Sepakat Cara Duterte Habisi Pengedar Narkoba
Merdeka.com - Sebuah jajak pendapat di Filipina menyimpulkan rakyat cukup puas dengan cara Presiden Rodrigo Duterte memerangi narkoba.
Sejak menjabat presiden Duterte memerintahkan aparat keamanan menghabisi para pelaku yang dianggap terlibat dengan narkoba, baik pemakai, pengedar, dan penjual.
Survei yang dilakukan oleh Social Weather Stations itu melibatkan sekitar 1.200 responden dan mereka mengaku puas dengan tiga tahun kampanye Duterte memerangi narkoba. Sebanyak 82 persen dari responden menyatakan puas atas tindakan Duterte dengan alasan peredaran narkoba dan kejahatan sudah berkurang.
-
Siapa yang menang survei Poltracking? Survei Poltracking Indonesia mencatat, masyarakat dengan penghasilan berkisar Rp1 juta - Rp2 juta cenderung condong pada pasangan capres-cawapres nomor urut 2, yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang memperoleh suara 42,9 persen.
-
Bagaimana survei ini dilakukan? Survei dilakukan di seluruh Indonesia melibatkan 1.262 responden secara nasional, dan 4.000 responden di Jawa.
-
Bagaimana cara memerangi narkoba? Peringatan ini juga menjadi ajang bagi berbagai negara untuk menunjukkan komitmen mereka dalam memerangi narkoba melalui kebijakan yang efektif, penegakan hukum yang ketat, dan kampanye pendidikan yang luas.
-
Siapa saja yang terlibat dalam memerangi narkoba? Selain itu, Hari Anti Narkotika Internasional mengajak seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, lembaga non-pemerintah, hingga individu, untuk berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari narkoba.
-
Apa yang diukur dalam survei indikator? Lembaga Survei Indikator Politik merilisi hasil survei elektabilitas pasangan calon (paslon) pada Pilpres 2024.
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
Dikutip dari laman Arab News, Senin (23/9), tapi ada 12 persen responden menyatakan tidak puas karena mereka meyakini pengedar narkoba masih banyak dan terlalu banyak pelanggaran dan pembunuhan dilakukan oleh polisi. Survei ini dilakukan sejak akhir Juni lalu.
Laporan survei ini dirilis hanya dua hari sejak bocornya informasi memo presiden yang memerintahkan lembaga pemerintah dan perusahaan negara untuk menolak pinjaman atau bantuan dari 18 negara yang termasuk Dewan Hak Asasi PBB, di antaranya Spanyol, Inggris, dan Australia. Negara-negara itu selama ini mendukung resolusi PBB untuk menyelidiki cara Duterte menghabisi pelaku narkoba.
Polisi mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 6.700 tersangka pengedar narkoba yang semuanya menolak ditangkap serta menyangkal keterlibatan mereka dalam tewasnya ribuan pengedar narkoba lain yang masih penuh misteri.
Polisi menyangkal tuduhan kelompok pembela HAM yang menyebut mereka mengeksekusi target, merekayasa laporan, dan merusak barang bukti dan lokasi kejadian.
Juru bicara kepresidenan, Salvador Panelo mengatakan survei ini memperlihatkan komunitas internasional salah paham dalam menyikapi apa yang terjadi selama ini.
"Jika benar ada pelanggaran hak asasi maka rakyat negeri ini akan bangkit melawan pemerintah," kata Panelo.
"Tidak benar polisi membunuh seenaknya, mereka tidak boleh melakukan itu."
Sebanyak 47 negara Dewan HAM PBB Juli lalu setuju meminta laporan lengkap tentang pembunuhan yang terjadi. Namun menteri luar negeri Filipina mengatakan tindakan itu tidak akan diizinkan di Filipina.
©Reuters/Romeo RanocoPanelo menuturkan penyelidikan di dalam negeri sudah dilakukan dan resolusi PBB itu tidak adil dan sebuah penghinaan.
Mahkamah Kriminal Internasional sejak tahun lalu menggelar penyelidikan awal untuk menentukan apakah ada alasan untuk menyelidiki Duterte. Sebagai respons atas tindakan itu Duterte menarik keanggotaan Filipna dari Mahkamah Kriminal Internasional.
Phil Robertson perwakilan Human Rights Watch Asia menuturkan survei di dalam negeri yang memperlihatkan dukungan terhadap Duterte dan tindakan kerasnya ini justru memperlihatkan di situlah perlunya penyelidikan internasional.
"Sungguh konyol mengatakan sudah ada penyelidikan nasional atas kejahatan ini. Itu menggelikan," kata Robertson kepada stasiun televisi ANC.
"Mereka-mereka yang terlibat dalam kejadian ini selama ini kebal hukum," kata dia.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Selama periode mulai 21 September 2023 sampai dengan 9 Juli 2024 telah menangkap 38.194 tersangka," kata Kasatgas P3GN Polri Irjen Asep Edi Suheri.
Baca SelengkapnyaNama baik Polri sempat tercoreng akibat sejumlah kasus yang menyeret polisi dalam berbagai kasus hukum.
Baca SelengkapnyaSurvei ini dilakukan sejak 20 Desember 2023 hingga 5 Januari 2024 dengan melibatkan 2.000 responden di Kota Parepare.
Baca SelengkapnyaLebih dari 89 persen responden sepakat menyatakan puas dengan upaya Polri dalam menjaga kamtibmas
Baca SelengkapnyaLebih dari 80 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja polantas mengamankan dan melancarkan arus mudik.
Baca Selengkapnya31.880 tersangka menjalani proses penyidikan dan 6.314 tersangka lain menjalani proses rehabilitasi.
Baca SelengkapnyaPenangkapan dilakukan dalam operasi sejak 21 September 2023 sampai Mei 2024.
Baca SelengkapnyaDalam kasus ini, Bareskrim Polri berhasil mengungkap 3 jaringan narkoba internasional dan menangkap 136 orang tersangka melalui joint operation.
Baca SelengkapnyaPenilaian kinerja presiden berdasarkan sosio-demografi tingkat kepuasannya merata di berbagai kategori. Hasilnya, cenderung di atas 70 persen menyatakan puas.
Baca SelengkapnyaPengawasan melekat (Waskat) untuk mencegah penyimpangan di lingkungan Polri ini membuat kepuasan publik terhadap institusi ini sudah mencapai 87,8 persen.
Baca SelengkapnyaDalam kurun 2020 sampai 2024, ada 264.188 orang tersangka yang ditangkap Polri terkait kasus narkoba.
Baca SelengkapnyaNamun, layanan pengaduan pelanggaran anggota memang masih perlu diperbaiki.
Baca Selengkapnya