Warga Rusia Ogah Diterjunkan ke Ukraina untuk Ikut Perang
Merdeka.com - Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memobilisasi parsial (sebagian) angkatan bersenjatanya ditolak masyarakat dengan menggelar demo. Sejumlah demonstran ditangkap pihak berwenang.
Mereka enggan diterjunkan ke medan perang dan berusaha menghindari panggilan militer meski ancaman tahanan mengintai.
“Itu (mobilisasi) seperti film fiksi ilmiah dari tahun 1980-an. Jujur saja agak menakutkan,” jelas Dmitry (28 tahun), seperti dilansir BBC, Kamis (22/9).
-
Siapa yang didukung Putin? Putin mengatakan dia lebih suka Joe Biden ketimbang Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat November mendatang.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
“Saya tidak yakin apa yang harus dilakukan selanjutnya: naik pesawat berikutnya ke luar negeri atau tinggal di Rusia sedikit lebih lama dan dikejar polisi di beberapa demonstrasi anti-perang,” kata dia.
Bukan hanya Dmitry, namun Sergei (26), bukan nama sebenarnya, mengaku dia juga dipanggil militer Rusia meski dia adalah seorang dosen dan mahasiswa S3 yang tidak memiliki pengalaman tempur.
Sergei mendapat surat panggilan mobilisasi dan diminta untuk segera menandatangani surat itu serta datang ke tempat rekrutmen tentara.
Sebelumnya Presiden Putin mengatakan bahwa yang akan dipanggil mobilisasi hanyalah orang-orang yang telah melakukan dinas aktif dan memiliki keterampilan khusus serta pengalaman tempur.
Sergei pun khawatir karena hukum Rusia menyatakan bahwa orang-orang yang menghindari panggilan negara dapat ditahan karena tindakan kriminal.
Nasib Sergei tidak beda jauh dari masyarakat Rusia lain, namun mereka punya cara untuk menghindarinya, seperti yang dilakukan Vyacheslav, seorang warga Moskow, yang mencari bantuan medis untuk menghindari perintah itu.
“Kesehatan mental atau pengobatan untuk kecanduan narkoba terlihat seperti pilihan yang baik (untuk menghindari panggilan), murah atau bahkan gratis,” katanya.
“Jika Anda mabuk (karena narkoba) dan ditangkap saat mengemudi, mudah-mudahan SIM Anda dicabut dan harus menjalani perawatan. Anda tidak bisa memastikan tapi mudah-mudahan ini cukup untuk menghindari dibawa menjadi tentara,” lanjutnya.
Kakak ipar Vyacheslav nyaris lolos panggilan karena dia tidak ada di rumah saat petugas menelepon.
“Dia sekarang mengunci dirinya di ruangan dan menolak untuk keluar,” kata Vyacheslav.
“Dia punya dua anak kecil berusia tiga dan satu tahun: apa yang harus dia lakukan?” lanjutnya.
Bahkan seseorang dari Kaliningrad mengatakan “saya akan mematahkan lengan saya, kaki saya, saya akan masuk penjara, apa pun untuk menghindari semua ini.”
Kabur ke luar negeri
Masih ada cara lain untuk menghindari panggilan, yaitu seperti yang dilakukan Mikhail (25) dengan pergi ke negara tetangga.
Mikhail pergi ke Georgia semenjak mulainya perang, namun beberapa waktu lalu dia sempat kembali ke kotanya di wilayah Ural. Mikhail ingin kembali lagi ke kotanya namun dia takut dengan panggilan itu.
“Kami dalam keadaan panik. Di kota saya banyak yang sudah menerima surat panggilan tetapi saya tidak terdaftar untuk tinggal di sini jadi tidak akan mendapatkannya,” jelasnya.
Mikhail sendiri sudah tidak lagi peduli dengan keadaan negaranya. Mikhail menjelaskan bahwa dia hanya hidup untuk saat ini tanpa memedulikan masa depan.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Reaksi polisi kabur diskak advokat karena debat keras soal halangi bantuan hukum untuk para demonstran yang ditangkap.
Baca SelengkapnyaMereka dibubarkan secara paksa hingga nyaris terinjak kaki kuda oleh pasukan polisi Israel.
Baca SelengkapnyaMantan aktivis 98 itu mengaku akan mengadvokasi para demonstran yang ditangkap polisi.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga Rempang mengusir petugas yang hendak menawarkan relokasi.
Baca SelengkapnyaBeberapa dari mereka juga melemparkan batu ke arah pasukan Israel dan membakar ban.
Baca SelengkapnyaVideo merekam adu tembak tentara Ukraina dan Rusia di dalam sebuah parit
Baca SelengkapnyaMassa pendemo yang murka nekat merobohkan tembok dan pagar Gedung DPR saat berunjuk rasa menolak revisi UU Pilkada.
Baca SelengkapnyaDemo ini menuntut DPR agar tidak mengesahkan RUU Pilkada.
Baca SelengkapnyaMassa juga sempat merusak pagar gedung DPR, dan akhirnya berhasil masuk ke halaman gedung DPR
Baca SelengkapnyaPengunjuk rasa dari berbagai kelompok elemen masyarakat mengepung Gedung DPR untuk menolak pengesahan revisi UU Pilkada.
Baca SelengkapnyaSituasi sempat panas karena pendemo merangsek maju berhadapan dengan polisi.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi menolak pengesahan RUU Pilkada menjadi undang-undang oleh DPR, Kamis (22/08/2024) kemarin, sukses menarik perhatian dunia internasional.
Baca Selengkapnya