WHO Bantah Donald Trump Soal Tudingan Bias China
Merdeka.com - Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu membantah lembaganya bias terhadap China atau China sentris seperti tudingan yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkaitan dengan wabah virus corona. Pejabat ini juga mengatakan fase akut pandemi bukanlah waktu yang tepat untuk memotong dana bagi WHO setelah Trump juga mengancam akan menahan dana untuk WHO.
AS adalah pendonor utama lembaga yang bermarkas di Jenewa ini yang disebut Trump mengeluarkan pernyataan tak layak selama wabah.
Kontribusi AS kepada WHO pada 2019 naik USD 400 juta, hampir dua kali lipat dan negara penyumbang terbesar kedua, menurut data Departemen Luar Negeri AS. Sementara China menyumbang sebesar USD 44 juta.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Siapa donatur utama Donald Trump di 2024? Salah satu tokoh yang menonjol adalah Miriam Adelson, seorang pengusaha yang dikenal karena dukungannya terhadap politikus konservatif, termasuk mantan Presiden Donald Trump.
-
Siapa yang dilarang AS? Amerika Serikat juga telah mengurangi pasokan chip high-end untuk perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Tiongkok. Diberitakan bahwa otoritas regulasi di AS telah melarang Samsung untuk memasok chipset Exynos dengan teknologi 7nm atau yang lebih rendah kepada perusahaan-perusahaan di Tiongkok.
-
Kenapa AS menuduh China dengan genosida? Laporan yang diterbitkan pada Rabu waktu setempat itu menggambarkan China sebagai 'rezim yang represif,' dengan mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu.
-
Siapa yang digugat Trump? Gugatan yang diajukan oleh Trump Media di 24 Maret ditujukan kepada Andy Litinsky dan Wes Moss, dua mantan kontestan reality show Trump yang kemudian menjadi salah satu pendiri calon dari Partai Republik untuk perusahaan teknologi Presiden.
-
Apa yang dilarang AS investasikan ke China? AS akan melarang investasi perusahaan Amerika Serikat (AS) di beberapa bidang sektor teknologi tinggi ke China, termasuk kecerdasan buatan.
"Kita masih dalam fase akut pandemi, jadi sekarang bukan waktunya memotong dana," kata Direktur Regional WHO Eropa, saat pemaparan online, dilansir dari Alarabiya, Kamis (9/4).
Tak begitu jelas bagaimana Trump bisa memblokir pendanaan untuk organisasi ini. Di bawah hukum AS, Kongres, bukan presiden, yang memutuskan penggunaan anggaran federal.
Penasihat Senior Dirjen WHO, Dr Bruce Aylward, juga membantah hubungan khusus lembaga PBB ini dengan China, mengatakan kerjasama dengan pemerintah China penting untuk memahami wabah yang muncul pertama kali di Wuhan pada Desember 2019.
"Sangat genting di awal wabah ini harus memiliki akses penuh untuk memudahkan semua hal, untuk terjun langsung ke lapangan dan bekerja sama dengan China untuk memahami ini," jelasnya kepada wartawan.
"Ini yang kami lakukan dengan setiap negara yang terdampak parah seperti Spanyol dan tak ada kaitannyan dengan China secara spesifik," lanjutnya.
Aylward, yang memimpin pakar WHO ke China pada Februari lalu, membela rekomendasi WHO terkait tetap membuka perbatasan, mengatakan China berupaya sangat keras untuk mengidentifikasi dan mendeteksi kasus-kasus awal dan kontak mereka dan meyakinkan mereka untuk tidak bepergian.
China bekerja sangat, sangat keras sejak awal, setelah mengerti apa yang sedang dihadapi, untuk mencoba dan mengidentifikasi dan mendeteksi semua kasus potensial untuk memastikan bahwa mereka dites untuk melacak semua kontak dekat dan memastikan mereka dikarantina sehingga mereka benar-benar tahu di mana virus itu berada, di mana risikonya, jelasnya.
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji China sejak awal wabah, memuji "kepemimpinan langka" Presiden Xi Jinping.
David Heymann, seorang profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine yang memimpin upaya WHO menangani wabah SARS 2003, mengatakan pemotongan dana AS akan menjadi pukulan besar.
Jika WHO kehilangan dana, ia tidak dapat terus melakukan tugasnya. Lembaga bekerja dengan anggaran terbatas, kata Heymann di London. "Tentu saja akan menjadi bencana bagi WHO kalau kehilangan dana."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Laporan AS mengklaim ada genosida di Xinjiang dan pembatasan kegiatan keagamaan tertentu serta menunjukkan peningkatan "anti-Semitisme" secara daring.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan bahwa China adalah pelaku serangan siber di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Baca SelengkapnyaBeredar tangkapan layar yang mengeklaim PM Singapura menyebut Indonesia sebagai negara yang tidak akan maju karena gila agama
Baca SelengkapnyaChina Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
Baca SelengkapnyaTrump berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.
Baca SelengkapnyaSelain karena akan merusak proses pemulihan ekonomi China, pengenaan tarif impor 60 persen juga berpotensi biaya hidup di Amerika Serikat bakal melonjak.
Baca SelengkapnyaPerusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKedua capres justru melenceng dan saling menyerang rivalnya dengan pernyataan yang berkelok-kelok.
Baca SelengkapnyaPidato Netanyahu mendapat riuh tepuk tangan dari anggota Kongres AS, namun menuai kecaman dari Hamas yang menyebutnya penuh klaim dan kebohongan.
Baca SelengkapnyaLaporan darurat ini, yang disusun 3.300 pengacara, diterbitkan setelah AS menggunakan hak veto-nya untuk menggagalkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Baca Selengkapnya