Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

WHO: Covid Bunuh Antara 80.000 dan 180.000 Tenaga Kesehatan di Dunia

WHO: Covid Bunuh Antara 80.000 dan 180.000 Tenaga Kesehatan di Dunia Petugas kesehatan di Prancis usai membantu pasien melakukan tes usap nasal.. ©Reuters

Merdeka.com - Para tenaga kesehatan di dunia sangat terdampak Covid dan virus ini diperkirakan telah membunuh antara 80.000 dan 180.000 tenaga kesehatan, menurut WHO. Data kematian ini terjadi antara Januari 2020 dan Mei 2021.

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, tenaga kesehatan harus diprioritaskan untuk vaksin. Tedros juga mengkritik ketidakadilan distribusi vaksin.

Sebelumnya, pejabat senior WHO memperingatkan kurangnya vaksinasi bisa membuat pandemi akan tetap ada tahun depan.

Diperkirakan ada 135 juta tenaga kesehatan di seluruh dunia.

“Data dari 119 negara memperkirakan rata-rata dua dari lima tenaga kesehatan secara global divaksinasi penuh,” jelas Dr Tedros, dikutip dari BBC, Jumat (22/10).

“Tapi tentu, rata-rata itu menandai perbedaan besar di seluruh wilayah dan kelompok ekonomi,” ujarnya.

Kurang dari satu dari 10 tenaga kesehatan telah divaksinasi penuh di Afrika, dibandingkan delapan dari 10 tenaga kesehatan yang telah divaksinasi penuh di negara-negara kaya.

Kegagalan untuk menyiapkan cukup vaksin untuk negara-negara yang lebih miskin disoroti sebelumnya oleh pemimpin senior di WHO, Dr Bruce Aylward. Dia mengatakan krisis Covid dengan mudah bisa berlanjut sampai 2022.

Kurang dari 5 persen populasi Afrika telah divaksinasi, dibandingkan 40 persen di benua lainnya.

Mayoritas besar vaksin Covid digunakan di negara kaya atau negara berpendapatan menengah ke atas. Penyaluran vaksin di Afrika hanya 2,6 persen dari dosis yang disalurkan secara global.

Dr Aylward memohon kepada negara-negara kaya yang sedang menunggu vaksin dari perusahaan-perusahaan farmasi untuk memprioritaskan negara-negara miskin.

“Kita benar-benar perlu mempercepatnya (vaksinasi) atau Anda tahu? Pandemi ini akan terus berlangsung setahun lebih lama dari yang seharusnya.”

Kritik Inggris dan Kanada

The People's Vaccine – aliansi amal – merilis angka baru menyebutkan hanya satu dari tujuh dosis vaksin yang dijanjikan perusahaan farmasi dan negara kaya benar-benar sampai ke negara miskin. Aliansi yang terdiri dari Oxfam dan UNAids ini juga mengkritik Kanada dan Inggris karena mengamankan vaksin untuk populasinya melalui Covax, program PBB untuk memastikan distribusi vaksin yang adil.

Angka resmi menunjukkan, awal tahun ini Inggris menerima 539.370 dosis vaksin Pfizer dari Covax sementara Kanada menerima kurang dari 1 juta dosis vaksin AstraZeneca.

Penasihat Kesehatan Global Oxfam, Rohit Malpani, mengakui Kanada dan Inggris secara teknis berhak mendapatkan vaksin melalui Covax setelah membayar ke dalam mekanisme Covax, tetapi dia mengatakan itu tidak dapat diterima secara moral mengingat kedua negara telah memperoleh jutaan dosis melalui perjanjian bilateral mereka sendiri.

Pemerintah Inggris menunjukkan pihaknya merupakan salah satu negara yang telah "memulai" Covax tahun lalu dengan sumbangan sebesar 548 juta poundsterling. Inggris juga telah mengirimkan lebih dari 10 juta vaksin ke negara-negara yang membutuhkan, dan telah menjanjikan total 100 juta dosis.

Pemerintah Kanada menyampaikan saat ini mereka berhenti menggunakan vaksin Covax.

“Segera setelah jelas bahwa pasokan yang kami dapatkan melalui kesepakatan bilateral kami akan cukup untuk penduduk Kanada, kami mengembalikan dosis yang telah kami dapatkan dari Covax kembali ke Covax, sehingga mereka dapat didistribusikan kembali ke negara-negara berkembang,” jelas Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Karina Gould.

Covax awalnya bertujuan untuk mendistribusikan 2 miliar dosis vaksin sampai akhir tahun ini, tapi sejauh ini baru mendistribusikan 371 juta dosis.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Hati-Hati, Bekerja 55 Jam dalam Sepekan Dapat Picu Kematian Dini
Hati-Hati, Bekerja 55 Jam dalam Sepekan Dapat Picu Kematian Dini

Dari tahun 2000 hingga 2016, kematian akibat penyakit jantung meningkat sebesar 42 persen dan stroke sebesar 19 persen akibat jam kerja yang berlebihan.

Baca Selengkapnya
Menkes Beberkan 400.000 Petugas Pemilu Berisiko Tinggi Meninggal Dunia Tapi Lolos Screening
Menkes Beberkan 400.000 Petugas Pemilu Berisiko Tinggi Meninggal Dunia Tapi Lolos Screening

Dari data terbarunya, ada 84 petugas pemilu yang meninggal dunia dengan rincian 71 dari unsur KPU dan 13 dari Bawaslu

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut 94 Petugas Pemilu Meninggal Dunia, Mayoritas karena Penyakit Jantung
Kemenkes Sebut 94 Petugas Pemilu Meninggal Dunia, Mayoritas karena Penyakit Jantung

Kementerian Kesehatan juga menyatakan bahwa ada 13.675 petugas pemilu yang tengah dirawat.

Baca Selengkapnya
Hingga 22 Februari Total 90 Petugas TPS Meninggal Dunia, Ini Rinciannya
Hingga 22 Februari Total 90 Petugas TPS Meninggal Dunia, Ini Rinciannya

Jumlah ini berasal dari data yang terhitung sejak 14 Februari hingga 22 Februari 2024.

Baca Selengkapnya
Menkes soal Jam Kerja Petugas Pemilu Sampai 15 Jam: Kayak Kopassus
Menkes soal Jam Kerja Petugas Pemilu Sampai 15 Jam: Kayak Kopassus

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyoroti jam kerja para petugas Pemilu 2024 yang sangat berat.

Baca Selengkapnya
Dalam 200 Tahun Terakhir, Menkes Sebut TBC Telah Bunuh Satu Miliar Manusia di Dunia
Dalam 200 Tahun Terakhir, Menkes Sebut TBC Telah Bunuh Satu Miliar Manusia di Dunia

"Tiap tahun di dunia sekitar 1,3 juta orang meninggal atau dua setengah orang per menit meninggal di dunia," kata Budi

Baca Selengkapnya
Perlu SDM Unggul, Wamenkes: Rasio Dokter Indonesia di Bawah Standar WHO
Perlu SDM Unggul, Wamenkes: Rasio Dokter Indonesia di Bawah Standar WHO

Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.

Baca Selengkapnya
Menkes Beberkan Data Jumlah Petugas Pemilu 2024 Meninggal Turun Dibanding 2019
Menkes Beberkan Data Jumlah Petugas Pemilu 2024 Meninggal Turun Dibanding 2019

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, data petugas pemilu 2024 yang meninggal tahun ini turun jauh ketimbang tahun 2019.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
57 Petugas Pemilu 2024 Meninggal Dunia, Paling Banyak Anggota KPPS
57 Petugas Pemilu 2024 Meninggal Dunia, Paling Banyak Anggota KPPS

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi merinci data petugas pemilu yang meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
FOTO: Bangladesh Dilanda Wabah DBD Paling Parah, 1.000 Orang Tewas dan Pasien di RS Membeludak
FOTO: Bangladesh Dilanda Wabah DBD Paling Parah, 1.000 Orang Tewas dan Pasien di RS Membeludak

Wabah DBD yang melanda Bangladesh pada 2023 ini telah menyebabkan 1.017 orang meninggal dunia dan hampir 209.000 orang terinfeksi.

Baca Selengkapnya
40 Atlet Dinyatakan Positif Covid-19 di Olimpiade Paris 2024
40 Atlet Dinyatakan Positif Covid-19 di Olimpiade Paris 2024

Adapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya