WHO: Jangan Senang Dulu, Pandemi Covid-19 Secara Global Memburuk
Merdeka.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) kemarin memperingatkan pandemo Covid-19 di seluruh dunia secara global memburuk.
WHO menuturkan terjadi penambahan kasus penularan tertinggi dalam sehari di Amerika. Selain itu WHO mengimbau warga yang turun ke jalan menentang diskriminasi rasial di seantero Amerika Serikat untuk memperhatikan keselamatan dari penyebaran virus corona.
Dilansir dari NDTV, Selasa (9/6), pandemi Covid-19 kini sudah merenggut lebih dari 403.000 jiwa dan menulari sedikitnya 7 juta orang di muka bumi sejak kemunculannya di Wuhan, China Desember lalu.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Kapan virus muncul? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
-
Dimana virus ditemukan? Peneliti dari Universitas Northwestern telah mengidentifikasi lebih dari 600 jenis virus yang berbeda dalam 92 sampel pancuran dan 34 sampel sikat gigi, tanpa ada dua sampel yang sama.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Setelah mengamuk di Asia Timur, Eropa menjadi pusat penyebaran baru virus corona dan kini merebak di Amerika.
"Meski situasi di Eropa membaik, secara global tetap memburuk," ujar Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam jumpa pers virtual di Jenewa, Swiss, kemarin.
"Lebih dari 100.000 kasus dilaporkan terjadi dalam sembilan atau 10 hari terakhir. Kemarin lebih dari 136.000 kasus dilaporkan, angka terbanyak dalam satu hari.
Tedros mengatakan hampir 75 persen kasus positif kemarin berasal dari 10 negara, terutama di Amerika dan Asia Selatan.
Demonstrasi dengan aman
Tedros mengatakan di negara yang kondisi pandeminya sudah membaik, ancaman terbesar saat ini adalah "sudah merasa senang" padahal secara global orang-orang masih rentan tertular.
"Sudah lebih dari enam bulan pandemi, ini bukan saatnya negara-negara mengendorkan pencegahan penularan," kata dia.
Menanggapi serangkaian demo besar-besaran di berbagai negara sebagai bentuk protes atas kematian pria kulit hitam AS, George Floyd, Tedros menyerukan para demonstran untuk tetap mewaspadai virus corona dan memastikan tidak terjadi penularan akibat berkerumunnya massa.
"WHO mendukung keseteraan dan gerakan global menentang rasisme. Kami menentang segala bentuk diskriminasi," kata dia.
"Kami menyerukan massa yang berdemo untuk melakukan aksinya dengan aman. Sebisa mungkin jaga jarak setidaknya satu meter dari orang lain, cuci tangan, kalau batuk ditutup dan pakai masker kalau mau ikut demo."
"Tetap di rumah kalau Anda sakit dan hubungi petugas medis."
WHO juga masih menekankan pentingnya pelacakan kontak dari orang yang positif corona.
"Mungkin ada situasi dalam demonstrasi yang membuat petugas medis setempat menyarankan orang untuk dikarantina atau dites. Itu tergantung dari keputusan petugas medis dan penanganan risiko," kata Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaWHO menaikkan status Mpox menjadi darurat kesehatan pada 14 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnya