Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

WHO Nyatakan Wabah Ebola Mematikan di Kongo Berakhir

WHO Nyatakan Wabah Ebola Mematikan di Kongo Berakhir Ilustrasi virus ebola. Shutterstock/Roland IJdema

Merdeka.com - Wabah Ebola kedua terburuk dalam sejarah telah berakhir, demikian dideklarasikan WHO pada Kamis, setelah hampir berlangsung dua tahun dan tercatat ada 2.280 kematian.

Upaya untuk memerangi wabah di Kongo timur terhambat ketidakpercayaan masyarakat, perselisihan antara pejabat pemerintah, serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan dan munculnya hotspot baru. Pengumuman itu disampaikan ketika negara itu bersaing dengan epidemi campak terbesar di dunia serta pandemi virus corona. Ini adalah wabah Ebola ke-10 yang diketahui di Kongo.

Direktur Regional WHO Afrika, Dr Matshidiso Moeti, mengatakan perang melawan virus ebola ini tak mudah. "Kadang nampak seperti misi yang mustahil. Akhir wabah Ebola ini sebagai pertanda harapan bagi wilayah ini dan dunia, bahwa dengan solidaritas dan ilmu pengetahuan serta komitmen, bahkan epidemi yang paling menantang sekalipun bisa dikendalikan," jelasnya, dilansir dari The New York Times, Jumat (26/6).

Serangan Pemberontak

Wabah Ebola ke-10 dideklarasikan pada 1 Agustus 2018, dan telah menginfeksi sedikitnya 3.463 orang di Provinsi Kivu Utara, Kivu Selatan, dan Ituri.

Pada Juli 2019, wabah ini ditetapkan sebagai darurat kesehatan dunia dan menjadi wabah Ebola terburuk sejak wabah muncul di Afrika Barat antara 2014 dan 2016 menginfeksi 28.616 orang dan menewaskan lebih dari 11.000 orang di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.

Namun di saat para tugas kesehatan berupaya menghentikan virus, kelompok pemberontak menyerang pusat pengobatan Ebola, membakar kendaraan dan bangunan. Badan kemanusiaan seperti UNICEF dan Doctors Without Borders mengevakusi tim mereka dan menghentikan pengobatan.

WHO mencatat 420 serangan fasilitas kesehatan, menewaskan 11 orang dan 86 terluka.

Meluasnya Hoaks

Penyebaran informasi palsu tentang Ebola juga menghambat upaya untuk memerangi epidemi. Anggota masyarakat mencurigai para pejabat dan lembaga kemanusiaan yang mereka yakini memanfaatkan penyakit ini untuk membunuh mereka atau meraup untung. Banyak yang tinggal jauh dari pusat-pusat kesehatan percaya bahwa penyakit itu tidak ada - mempersulit upaya untuk melacak atau mengobatinya.

Tetapi para ahli mengatakan belajar untuk bekerja dengan anggota masyarakat dan memahami kebutuhan mereka sangat penting dalam mengatasi penyakit ini.

"Salah satu pelajaran paling penting yang diambil adalah perlunya untuk terlibat, bekerja dengan dan mendukung masyarakat agar berpengetahuan luas dan diberdayakan untuk melibatkan peran mereka," kata Dr Moeti.

Penanganan Pasien Ebola

Eksperimen teknologi, seperti pembangunan kamar darurat "CUBE" yang aman, berperan penting dalam mengendalikan wabah. Dinding transparan kamar dan plastik eksternal dan sarung tangan memungkinkan tim medis untuk merawat pasien Ebola tanpa harus mengenakan alat pelindung yang rumit, dan memungkinkan pasien untuk melihat anggota keluarga tanpa risiko kontaminasi.

Kamar-kamar ber-AC dapat digunakan dalam waktu 72 jam sejak peringatan awal wabah, didirikan dalam 90 menit dan digunakan kembali hingga 10 kali.

"Kami melewati masa-masa sangat sulit selama dua tahun ini," kata Program Manager Tanggap Darurat Alliance for International Medical Action, Nicolas Mouly, yang lembaganya merupakan lembaga non profit yang membantu mendirikan kamar darurat. Akhir wabah, lanjutnya, adalah kabar yang sangat luar biasa.

Vaksin Ebola

Perawatan baru juga memainkan peran penting dalam menghentikan wabah. Vaksin suntik Ervebo, yang dikembangkan perusahaan farmasi Amerika, Merck, terbukti berhasil, dengan hampir 300.000 dosis diberikan di Kongo.

"Akhir Ebola adalah kemenangan bagi sains," kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis.

"Peluncuran cepat vaksin yang sangat efektif menyelamatkan nyawa dan memperlambat penyebaran Ebola. Untuk pertama kalinya, dunia sekarang memiliki vaksin Ebola berlisensi," lanjutnya.

Pada awal April, ketika para pejabat menghitung masa inkubasi 42 hari untuk mengumumkan wabah telah berakhir, sebuah kasus muncul. Dan pada awal Juni, wabah baru meluas hingga 750 mil di Mbandaka, sebuah kota dengan populasi 1,2 juta. Enam kasus awalnya dilaporkan, dengan sedikitnya lima orang tewas.

Kabar gembira ini diumumkan bahkan ketika Kongo tengah melawan wabah campak terbesar di dunia, yang sejak 2019 telah menginfeksi 369.520 orang dan menewaskan 6.779 orang. Kongo juga telah melaporkan 6.213 kasus virus korona, dengan 142 kematian dan 870 pasien sembuh.

"Hari ini adalah kesempatan yang menggembirakan," ungkap Tedros Ghebreyesus.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Wabah Mpox Melanda Afrika, Penyakit Menular Mematikan Ini Sudah Merenggut 1.456 Jiwa, Catat Gejalanya
Wabah Mpox Melanda Afrika, Penyakit Menular Mematikan Ini Sudah Merenggut 1.456 Jiwa, Catat Gejalanya

Penyakit ini sebelumnya disebut monkeypox dan hingga kini sudah ada 38.465 kasus di benua Afrika.

Baca Selengkapnya
143 Orang Meninggal Akibat Penyakit Misterius di Kongo, Gejalanya Mirip Covid
143 Orang Meninggal Akibat Penyakit Misterius di Kongo, Gejalanya Mirip Covid

Lebih dari 100 orang meninggal hanya dalam dua pekan.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19

Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.

Baca Selengkapnya
BNPB: Delapan Orang Meninggal Karena Malaria dan DBD di Nias Selatan
BNPB: Delapan Orang Meninggal Karena Malaria dan DBD di Nias Selatan

BNPB mengatakan bahwa jumlah penderita penyakit tersebut terdata pada Januari-Juli 2024 di Nias Selatan.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Alasan WHO Naikkan Status Mpox Jadi Darurat Kesehatan
Menkes Ungkap Alasan WHO Naikkan Status Mpox Jadi Darurat Kesehatan

WHO menaikkan status Mpox menjadi darurat kesehatan pada 14 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya
Teken Perpres, Jokowi Akhiri Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia
Teken Perpres, Jokowi Akhiri Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia

Presiden Jokowi meneken Perpres ini 4 Agustus 2023.

Baca Selengkapnya
FOTO: Bangladesh Dilanda Wabah DBD Paling Parah, 1.000 Orang Tewas dan Pasien di RS Membeludak
FOTO: Bangladesh Dilanda Wabah DBD Paling Parah, 1.000 Orang Tewas dan Pasien di RS Membeludak

Wabah DBD yang melanda Bangladesh pada 2023 ini telah menyebabkan 1.017 orang meninggal dunia dan hampir 209.000 orang terinfeksi.

Baca Selengkapnya
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus

Kemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.

Baca Selengkapnya
750 Kasus DBD terjadi Kota Bogor pada Awal 2024, 4 Orang Meninggal Dunia
750 Kasus DBD terjadi Kota Bogor pada Awal 2024, 4 Orang Meninggal Dunia

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat 750 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal 2024. Dari ratusan kasus itu, empat orang meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Ini Penyakit yang Buat WHO dan Dunia Resah
Ini Penyakit yang Buat WHO dan Dunia Resah

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/8) menyatakan situasi penyakit Mpox terkini sebagai “kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia".

Baca Selengkapnya
Kemenkes Ungkap Data Nasional: 475 Orang Meninggal Akibat DBD
Kemenkes Ungkap Data Nasional: 475 Orang Meninggal Akibat DBD

Kementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.

Baca Selengkapnya