WHO Serukan Negara Kaya Sumbang Rp 325 Triliun untuk Akhiri Pandemi
Merdeka.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah organisasi bantuan kemanusiaan kemarin menyerukan 20 negara ekonomi kaya menyumbangkan dana SUD 23,4 miliar atau Rp 325 triliun untuk mengirimkan vaksin Covid-19, obat, dan pengujian ke negara miskin dalam 12 bulan ke depan.
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyeus mengatakan negara G20 yang para pemimpinnya mengadakan pertemuan di Roma, Italia, pekan ini, memiliki kekuatan politik dan finansial untuk mengakhiri pandemi dengan rencana pendanaan. Tindakan itu, kata dia, bisa menyelamatkan lima juta jiwa penduduk.
Pemberian pil Covid-19 buatan Merck & Co untuk mengobati gejala sedang dan ringan juga kini tengah dipertimbangkan.
-
Siapa yang meminta anggaran Rp20 triliun? Jelang rapat, Menteri HAM Natalius Pigai sempat dicecar terkait permintaan anggaran Rp20 triliun.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Apa yang didonasikan? Seorang pria tiba-tiba menghampiri panggung dan berkata, ‘saya ingin membantu Palestina dengan motor kesayangan saya ini’,' sebutnya.
-
Siapa yang terlibat dalam penyaluran bantuan? Dalam penyaluran bantuan, Insan BRILian (pekerja BRI) saling bahu membahu untuk turun langsung memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak
-
Bagaimana bantuan disalurkan? 'Hari ini saya sudah berikan santunan kepada ahli waris dan kami juga memberikan kepada korban yang suaminya meningal dunia untuk dimasukkan ke dalam daftar nama penerima bantuan sosial,' tuturnya saat meninjau langsung lokasi kejadian pada Kamis, (14/3) malam.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
Jika pil ini sudah disetujui oleh lembaga berwenang maka biaya yang diperlukan mencapai USD 10 per kiriman.
"Permintaannya USD 23,4 miliar. Itu uang yang cukup banyak, tapi jika dibandingkan dengan kerusakan yang sudah terjadi terhadap ekonomi global karena pandemi maka angka itu tidak banyak," kata Utusan Khusus WHO Carl Bildt, kepada wartawan, seperti dilansir laman France24, Jumat (29/10).
"Saya berharap dan mendesak G20 untuk mengikat komitmen untuk mengakhiri pandemi," kata Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Stoere yang menjadi salah satu penggagas penggalangan dana dalam jumpa pers.
Dana sebesar USD 7 miliar bisa dialokasikan untuk vaksin dan tes diagnosa. Kemudian USD 5,9 miliar bisa untuk meningkatkan sistem kesehatan dan USD 3,5 miliar untuk perawatan, termasuk obat antivirus, oksigen, dan corticosteroid.
Tedros juga mengakui kasus Covid-19 global mengalami peningkatan untuk pertama kalinya sejak dua bulan terakhir, terutama di Eropa.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Program pendanaan ini akan berlangsung dalam durasi tiga tahun.
Baca SelengkapnyaAdapun yang terbaru telah disalurkan pada Senin 20 November 2023 sebanyak Rp31,9 Miliar atau setara dengan USD 2 Juta yang berupa obat-obatan dan alat medis.
Baca SelengkapnyaOECD berencana mengeluarkan kebijakan pengenaan pajak kepada orang terkaya atau miliarder yang tarifnya 2 persen.
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaAdapun beberapa atlet terkenal telah dinyatakan positif COVID-19 di Olimpiade Paris 2024.
Baca SelengkapnyaBerikut rincian penyaluran anggaran kesehatan di 2023.
Baca SelengkapnyaDalam RAPBN 2025, terdapat struktur penerimaan perpajakan Rp2.490,9 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp505,4 triliun.
Baca SelengkapnyaPinjaman itu untuk memperbaiki fasilitas perawatan kesehatan primer dan laboratorium kesehatan.
Baca SelengkapnyaBantuan ini akan diantar langsung ke Mesir dan sudah didelegasikan kepada Kepala BNPB, seluruh unsur kementerian, lembaga maupun mitra pemerintah.
Baca SelengkapnyaAnggaran tersebut akan digunakan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan yang dilakukan dengan lebih tepat sasaran, efektif dan efisien.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/8) menyatakan situasi penyakit Mpox terkini sebagai “kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia".
Baca Selengkapnya