Xi Jinping Kian Tak Tertandingi di China, Ini Sebabnya
Merdeka.com - Presiden China, Xi Jinping tengah bersiap mengamankan masa jabatan periode ketiganya yang bersejarah. Kendati sebelumnya hanya sedikit pihak yang meramalkan Xi akan berkuasa cukup lama.
Satu dekade yang lalu, hanya sedikit hal yang diketahui soal Xi. Ini terlepas dari fakta bahwa dia adalah seorang "pangeran" karena ayahnya adalah salah satu pemimpin revolusioner China.
Garis keturunannya membantunya memenangkan dukungan dari para tetua partai, yang sangat penting untuk naik kekuasaan di dalam Partai Komunis China (PKC) karena para pemimpin ini sering memegang pengaruh politik bahkan setelah pensiun.
-
Dimana mitos pemimpin hanya menjabat satu periode ada? Selain di Demak, mitos hampir serupa juga dijumpai di beberapa kabupaten, seperti Kendal dan Temanggung.
-
Siapa yang bisa jadi pemimpin? 'Pemimpin adalah penjual harapan.' – Napoleon Bonaparte
-
Apa yang aman menjelang pemilu? Kepolisian Resor Indragiri Hulu (Inhu), Polda Riau memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji aman menjelang Pemilu 2024.
-
Siapa yang akan mengamankan Capres-Cawapres? Maka mereka akan mendapatkan pengamanan sesuai dengan Undang-Undang Pemilu nomor 17.'Kendaraan, lokasi dan seterusnya, itu nanti yang akan melakukan pihak kepolisian.
-
Siapa yang bisa menjadi pemimpin? Pemimpin adalah individu yang memiliki otoritas formal atau informal untuk memimpin dan mengarahkan orang lain dalam mencapai tujuan tertentu.
"Sebelum diangkat, Xi Jinping dianggap sebagai seseorang yang bisa berkompromi dengan semua orang," kata Joseph Fewsmith, pakar politik elit China di Universitas Boston, dikutip dari BBC, Senin (17/10).
Tapi 10 tahun kemudian, otoritas Xi tampaknya tidak perlu dipertanyakan lagi, dan kekuatannya tak tertandingi.
Mengapa demikian?
Xi disebut lebih beruntung daripada pendahulunya Hu Jintao karena sebagai pemimpin Partai Komunis, Xi juga otomatis menjabat sebagai ketua Ketua Komisi Militer Pusat (CMC). Jabatan ini memperkuat posisinya dan dia tidak perlu menyingkirkan oposisi di dalam angkatan bersenjata.
Pada 2014 dan 2015, mantan Wakil Ketua CMC Xu Caihou dan mantan Jenderal PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) Guo Boxiong dituduh melakukan korupsi. Xi dituding sengaja menargetkan kedua mantan pejabat tersebut, tujuannya untuk mengurangi pengaruh lama mantan pemimpin China Jiang Zemin di PLA, menurut Joel Wuthnow dari Universitas Pertahanan Nasional yang didanai Pentagon.
"Itu juga mengirim sinyal kuat kepada perwira militer yang bertugas saat ini bahwa tidak ada orang yang melawan kendali Xi yang kebal dari bahaya," ujarnya.
Pada 2015, Xi merombak struktur militer. Dia menghapus empat markas militer - staf, politik, logistik dan persenjataan - dan menggantinya dengan 15 badan yang lebih kecil.
Menurut Wuthnow, struktur baru memungkinkan CMC untuk mengeluarkan perintah langsung ke berbagai cabang militer - bahkan sampai auditor keuangan, yang sekarang harus melapor langsung ke CMC.
Di luar semua itu, tujuan utamanya adalah menuntut loyalitas mutlak kepada Xi.
"Loyalitas kepada partai berarti PLA diharapkan melaksanakan setiap dan semua perintah untuk mempertahankan partai, dan Xi khususnya, tetap berkuasa," jelas Timothy Heath, peneliti pertahanan internasional senior di perusahaan think tank Amerika, RAND.
Singkirkan pesaing
Dua tahun setelah Xi berkuasa, pihak berwenang mengonfirmasi penangkapan mantan kepala keamanan domestik Zhou Yongkang, karena korupsi. Dia terkait erat dengan Bo Xilai, "pangeran" lain yang merupakan saingan Xi.
Pengamat mengatakan kampanye anti-korupsi Xi juga bertujuan untuk menyingkirkan saingan politiknya dan faksi lain di dalam partai. Dalam satu dekade terakhir, lebih dari 4,7 juta orang telah diselidiki oleh lembaga antikorupsi.
Xi juga menempatkan para loyalisnya di jabatan-jabatan penting regional seperti sekretaris partai di kota-kota utama seperti Beijing, Shanghai dan Chongqing.
Pada 2018 "Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme dengan Karakteristik China untuk Era Baru" diabadikan dalam konstitusi Tiongkok. Ini juga memperkuat warisan Xi.
"Pemikiran Xi ditujukan terutama untuk memperkuat legitimasi dan kekuasaan Xi sendiri di atas siapa pun dalam Partai Komunis dan negara. Ini adalah bagian dari kultus kepribadian baru yang menghubungkan Xi tidak hanya dengan Mao tetapi juga dengan kaisar Tiongkok yang paling jaya dan sukses di masa lalu," jelas Jean-Pierre Cabestan, profesor emeritus ilmu politik di Hong Kong Baptist University.
Sejumlah universitas seperti Universitas Peking yang bergengsi dan Universitas Tsinghua mendirikan pusat penelitian atas nama Xi.
Kementerian Pendidikan China juga meluncurkan rencana untuk mempromosikan Pemikiran Xi Jinping dalam kurikulum nasional.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengingat hampir 2 tahun belakangan para kepala negara tersebut makin sering bertemu dalam berbagai kesempatan.
Baca SelengkapnyaXi Jinping mengatakan dirinya siap mendukung kepemimpinan kuat Prabowo dan jajarannya.
Baca SelengkapnyaPresiden China, Xi Jinping mencopot menterinya gara-gara hal sepele. Sang menteri tidak nongol di publik beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaPrediksi tersebut berkaca terus membaiknya laju perekonomian China selama lima tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaChina Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
Baca SelengkapnyaDengan kemenangan ini Putin akan menjadi presiden terlama Rusia melampaui diktator Uni Soviet, Joseph Stalin.
Baca SelengkapnyaMomen pelantikan Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia periode ke-5 berlangsung mewah di Istana Kremlin, Moskow.
Baca SelengkapnyaSatu ruangan di kompleks yang sangat besar ini masih belum dibuka. Ada sejumlah alasannya.
Baca SelengkapnyaXi Jinping merasa senang Prabowo menjadikan China sebagai negara pertama yang dikunjungi usai dilantik jadi presiden.
Baca SelengkapnyaPutin Kembali Menang Telak dalam Pemilu Rusia, Jadi Pemimpin Terlama Lampaui Stalin
Baca SelengkapnyaPertemuan BRICS di kota Kazan, Rusia, adalah yang pertama sejak blok tersebut menambahkan lima anggota baru.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, Mendag Zulkifli mengaku tak meresnpons serius ungkapan tersebut. Dia hanya mengamini kalau Indonesia kelak akan menjadi negara besar.
Baca Selengkapnya