Xi Jinping-Putin Makin Erat, Akankah China Bantu Rusia dalam Konflik dengan Ukraina?
Merdeka.com - Persahabatan China-Rusia yang dipertontonkan di Beijing cukup hangat untuk melelehkan sungai es di Siberia. Menjelang Upacara Pembukaan Olimpiade Musim Dingin - agenda yang diboikot Presiden AS Joe Biden dan 20-an kepala negara lainnya - Presiden Rusia Vladimir Putin dengan cepat melintasi karpet merah lalu merangkul pundak Presiden China Xi Jinping. Ada pembicaraan yang akrab selama pertemuan tatap muka itu.
Putin membahas keakraban "yang tidak pernah terjadi sebelumnya" antara dua kekuatan itu. Pernyataan bersama kemudian dirilis pada hari yang sama berisi risalah tentang bahaya keunggulan Amerika, termasuk membahas definisi "demokrasi" Washington hingga tata kelola Internet.
Pernyataan bersama itu tidak menyebut Ukraina. Tapi dengan pengerahan pasukan Rusia di perbatasan kedua negara, AS memperingatkan potensi serangan Rusia bisa terjadi kapan saja.
-
Siapa yang diandalkan Ukraina? Trio serangan Mudryk, Dovbyk dan Yarmolenko akan kembali diandalkan di laga ini.
-
Siapa yang didukung Putin? Putin mengatakan dia lebih suka Joe Biden ketimbang Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat November mendatang.
-
Apa yang didominasi China dalam perlombaan global? China mendominasi perlombaan global dalam paten kecerdasan buatan generative atau AI Generative.
-
Mengapa Rusia menjadi tantangan signifikan bagi Vietnam? Namun, Vietnam kini sangat berkomitmen untuk meningkatkan performa mereka, dan pertandingan melawan Rusia menjadi tantangan yang signifikan.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Mengapa Putin lebih suka Biden? Putin mengatakan Biden lebih berpengalaman, lebih mudah ditebak, kata dia.
Ini terjadi ketika Barat mengancam akan menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan terhadap Moskow jika menginvasi Ukraina. Putin disebut telah menimbun cadangan mata uang, memangkas anggarannya, dan mengalihkan perhatiannya dari impor AS dan Eropa untuk bersiap menghadapi hukuman Barat, seperti laporan New York Times. Tetapi bahkan Rusia pun membutuhkan kawan.
China adalah pertaruhan terbaik Putin. Dalam bayangan meningkatnya krisis Ukraina, dua negara itu telah menempa hubungan yang lebih erat dalam hal berbagi kepentingan strategis dan musuh bersama. Pernyataan bersama itu menyatakan peta jalan untuk poros otoritarian yang berfungsi sebagai penyeimbang yang lebih kuat bagi Barat yang demokratis, bahkan ketika mereka berusaha memutarbalikkan definisi demokrasi itu sendiri.
"Manifesto Beijing," seperti julukan yang dibuat David Ignatius dari The Washington Post, berusaha untuk menyajikan visi baru tentang dunia multipolar yang bertekad untuk “redistribusi kekuasaan.”
"Kedua pemimpin bahkan mencoba untuk menyesuaikan tema khas Amerika Serikat tentang demokrasi, dengan alasan bahwa itu adalah 'nilai kemanusiaan universal, bukan hak istimewa sejumlah negara tertentu.' Artinya: Demokrasi adalah apa pun yang kami katakan," tulis Ignatius, dikutip dari laman The Washington Post, Selasa (15/2).
Pejabat AS sejak lama resah terkait prospek kuatnya kerjasama China-Rusia. Keakraban Xi-Putin merupakan sebuah mimpi buruk bagi AS.
Salahkan Barat?
Di sebuah forum Dewan Atlantik pekan lalu, mantan penasihat keamanan nasional AS, Stephen Hadley berpendapat bahwa China - yang mengakui pemerintah Ukraina dan menjalin kerjasama perdagangan dengannya - "tidak akan secara formal mendukung" invasi, tapi bagaimanapun juga akan "menyalahkan AS dan menyalahkan Barat karena memprovokasinya dan karena gagal mempertimbangkan kepentingan keamanan sah Rusia.”
Beijing telah membantah laporan yang menyebut Xi Jinping mungkin telah meminta Putin agar jangan menginvasi Ukraina selama Olimpiade Musim Dingin.
"Pihak China menganjurkan penyelesaian perbedaan melalui dialog dan konsultasi," jelas perwakilan diplomatik China di Moskow seperti dilaporkan kantor berita Rusia Tass.
Ada beberapa alasan untuk percaya pada batasan kemitraan China-Rusia, terutama dalam hal sanksi Barat yang berdampak langsung pada perusahaan China yang melanggarnya. Orang China menunjukkan sedikit ketidaksukaan terhadap perilaku otoriter — melakukan bisnis yang mudah dengan rezim yang jahat. Namun secara umum, China tidak menyukai penemuan asing dan memprioritaskan kepentingan ekonomi.
Media China serta pernyataan pemerintah “cenderung menerima framing Rusia” atas masalah Ukraina, tulis pengamat pertahanan Daniel Shats dan penulis keamanan Peter W. Singer di Defense One.
Koran Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memuat artikel yang menampilkan AS dan NATO sebagai "provokator" dalam "perang hibrida" melawan Rusia, menggambarkan Ukraina sebagai pion mereka.
"Tapi sejauh ini, retorika ini belum diterjemahkan ke dalam dukungan substantif untuk tindakan Rusia," tulis mereka.
"Pernyataan pejabat dari pemerintah China telah berulang kali menekankan netralitas dan sikap non intervensi, sikap yang sama yang diambil dalam krisis Krimea pada 2014."
Sikap dalam krisis Krimea itu dinilai demi memprioritaskan akses orang China ke pasar-pasar Barat.
"China mengkritik sanksi Amerika dan Eropa yang dijatuhkan pada pejabat, bank, dan perusahaan Rusia setelah 2014," seperti dilaporkan The Economist bulan lalu.
Harga sepadan
Hangatnya hubungan China-Rusia telah memudahkan Moskow untuk mengerahkan kembali pasukannya dari perbatasan China yang lebih dekat ke Ukraina di Belarusia, menurut Direktur Program Asia German Marshall Fund, Bonnie Glaser. Glaser mengatakan dalam Foreign Policy, saat ini Beijing mungkin bersedia mengeluarkan biaya untuk menghentikan upaya apa pun oleh Barat untuk mengisolasi Rusia, termasuk secara finansial.
"Dalam konteks strategis yang lebih luas di mana Beijing memandang dirinya dalam permusuhan yang semakin alot dengan Amerika Serikat, memperkuat hubungan dengan Rusia saat ini sepadan harganya dengan beberapa pemimpin Eropa yang tidak bahagia dan biaya ekonomi potensial yang sederhana di Ukraina," tulisnya.
Dalam laporan Bloomberg pekan lalu yang mengutip tiga pejabat senior, pemerintah Biden semakin yakin China sedang melihat respons AS terhadap Ukraina untuk menguji sejauh mana AS akan bereaksi terhadap agresi China di Taiwan.
"Ini akan membantu Xi memutuskan apakah dan bagaimana dia harus melakukan reunifikasi militer dan kekuatan dengan Taiwan,” tulis Gunjan Singh, seorang profesor di Universitas Global OP Jindal India.
Akademisi China membantah karakterisasi itu. China pasti akan menyaksikan reaksi Barat terhadap agresi Rusia di Ukraina dengan cermat. Tetapi para ahli China mengatakan Beijing memahami bahwa pertikaian atas Taiwan akan jauh lebih parah. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putin dan Xi Jinping kompak mengutuk rival mereka Amerika Serikat sebagai penabur kekacauan di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaPutin dan Xi Jinping saling memberikan pujian satu sama lain dalam pertemuan tersebut.
Baca SelengkapnyaSaat pertemuan dengan Presiden China, Menhan Prabowo menyampaikan salam hangat dari Presiden RI Joko Widodo dan apresiasinya atas sambutan yang hangat.
Baca SelengkapnyaChina Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
Baca SelengkapnyaNamun demikian, Putin mengingatkan pentingnya belajar Bahasa Inggris.
Baca SelengkapnyaKunjungan Prabowo ke China bertemu timpalannya, Xi Jinping, disambut dengan upacara kenegaraan.
Baca SelengkapnyaHal tersebut diungkapkan Jokowi dalam pertemuan ASEAN-China Summit yang dihadiri Perdana Menteri China, PM Li Qiang.
Baca SelengkapnyaPertemuan BRICS di kota Kazan, Rusia, adalah yang pertama sejak blok tersebut menambahkan lima anggota baru.
Baca SelengkapnyaIni merupakan kunjungan pertama Putin ke Korut dalam 24 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaMenko Luhut sebut hubungan Indonesia dan China makin harmonis dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaPertemuan Kim-Putin terjadi pada saat kedua negara menghadapi isolasi internasional.
Baca SelengkapnyaPutin Sebut Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024, Alasannya Tak Terduga
Baca Selengkapnya