Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Xi Jinping-Putin Makin Erat, Akankah China Bantu Rusia dalam Konflik dengan Ukraina?

Xi Jinping-Putin Makin Erat, Akankah China Bantu Rusia dalam Konflik dengan Ukraina? Vladimir Putin bertemu Xi Jinping di Beijing pada 4 Februari 2022. ©Sputnik/Aleksey Druzhinin/Kremlin/Reuters

Merdeka.com - Persahabatan China-Rusia yang dipertontonkan di Beijing cukup hangat untuk melelehkan sungai es di Siberia. Menjelang Upacara Pembukaan Olimpiade Musim Dingin - agenda yang diboikot Presiden AS Joe Biden dan 20-an kepala negara lainnya - Presiden Rusia Vladimir Putin dengan cepat melintasi karpet merah lalu merangkul pundak Presiden China Xi Jinping. Ada pembicaraan yang akrab selama pertemuan tatap muka itu.

Putin membahas keakraban "yang tidak pernah terjadi sebelumnya" antara dua kekuatan itu. Pernyataan bersama kemudian dirilis pada hari yang sama berisi risalah tentang bahaya keunggulan Amerika, termasuk membahas definisi "demokrasi" Washington hingga tata kelola Internet.

Pernyataan bersama itu tidak menyebut Ukraina. Tapi dengan pengerahan pasukan Rusia di perbatasan kedua negara, AS memperingatkan potensi serangan Rusia bisa terjadi kapan saja.

Ini terjadi ketika Barat mengancam akan menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan terhadap Moskow jika menginvasi Ukraina. Putin disebut telah menimbun cadangan mata uang, memangkas anggarannya, dan mengalihkan perhatiannya dari impor AS dan Eropa untuk bersiap menghadapi hukuman Barat, seperti laporan New York Times. Tetapi bahkan Rusia pun membutuhkan kawan.

China adalah pertaruhan terbaik Putin. Dalam bayangan meningkatnya krisis Ukraina, dua negara itu telah menempa hubungan yang lebih erat dalam hal berbagi kepentingan strategis dan musuh bersama. Pernyataan bersama itu menyatakan peta jalan untuk poros otoritarian yang berfungsi sebagai penyeimbang yang lebih kuat bagi Barat yang demokratis, bahkan ketika mereka berusaha memutarbalikkan definisi demokrasi itu sendiri.

"Manifesto Beijing," seperti julukan yang dibuat David Ignatius dari The Washington Post, berusaha untuk menyajikan visi baru tentang dunia multipolar yang bertekad untuk “redistribusi kekuasaan.”

"Kedua pemimpin bahkan mencoba untuk menyesuaikan tema khas Amerika Serikat tentang demokrasi, dengan alasan bahwa itu adalah 'nilai kemanusiaan universal, bukan hak istimewa sejumlah negara tertentu.' Artinya: Demokrasi adalah apa pun yang kami katakan," tulis Ignatius, dikutip dari laman The Washington Post, Selasa (15/2).

Pejabat AS sejak lama resah terkait prospek kuatnya kerjasama China-Rusia. Keakraban Xi-Putin merupakan sebuah mimpi buruk bagi AS.

Salahkan Barat?

Di sebuah forum Dewan Atlantik pekan lalu, mantan penasihat keamanan nasional AS, Stephen Hadley berpendapat bahwa China - yang mengakui pemerintah Ukraina dan menjalin kerjasama perdagangan dengannya - "tidak akan secara formal mendukung" invasi, tapi bagaimanapun juga akan "menyalahkan AS dan menyalahkan Barat karena memprovokasinya dan karena gagal mempertimbangkan kepentingan keamanan sah Rusia.”

Beijing telah membantah laporan yang menyebut Xi Jinping mungkin telah meminta Putin agar jangan menginvasi Ukraina selama Olimpiade Musim Dingin.

"Pihak China menganjurkan penyelesaian perbedaan melalui dialog dan konsultasi," jelas perwakilan diplomatik China di Moskow seperti dilaporkan kantor berita Rusia Tass.

Ada beberapa alasan untuk percaya pada batasan kemitraan China-Rusia, terutama dalam hal sanksi Barat yang berdampak langsung pada perusahaan China yang melanggarnya. Orang China menunjukkan sedikit ketidaksukaan terhadap perilaku otoriter — melakukan bisnis yang mudah dengan rezim yang jahat. Namun secara umum, China tidak menyukai penemuan asing dan memprioritaskan kepentingan ekonomi.

Media China serta pernyataan pemerintah “cenderung menerima framing Rusia” atas masalah Ukraina, tulis pengamat pertahanan Daniel Shats dan penulis keamanan Peter W. Singer di Defense One.

Koran Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memuat artikel yang menampilkan AS dan NATO sebagai "provokator" dalam "perang hibrida" melawan Rusia, menggambarkan Ukraina sebagai pion mereka.

"Tapi sejauh ini, retorika ini belum diterjemahkan ke dalam dukungan substantif untuk tindakan Rusia," tulis mereka.

"Pernyataan pejabat dari pemerintah China telah berulang kali menekankan netralitas dan sikap non intervensi, sikap yang sama yang diambil dalam krisis Krimea pada 2014."

Sikap dalam krisis Krimea itu dinilai demi memprioritaskan akses orang China ke pasar-pasar Barat.

"China mengkritik sanksi Amerika dan Eropa yang dijatuhkan pada pejabat, bank, dan perusahaan Rusia setelah 2014," seperti dilaporkan The Economist bulan lalu.

Harga sepadan

Hangatnya hubungan China-Rusia telah memudahkan Moskow untuk mengerahkan kembali pasukannya dari perbatasan China yang lebih dekat ke Ukraina di Belarusia, menurut Direktur Program Asia German Marshall Fund, Bonnie Glaser. Glaser mengatakan dalam Foreign Policy, saat ini Beijing mungkin bersedia mengeluarkan biaya untuk menghentikan upaya apa pun oleh Barat untuk mengisolasi Rusia, termasuk secara finansial.

"Dalam konteks strategis yang lebih luas di mana Beijing memandang dirinya dalam permusuhan yang semakin alot dengan Amerika Serikat, memperkuat hubungan dengan Rusia saat ini sepadan harganya dengan beberapa pemimpin Eropa yang tidak bahagia dan biaya ekonomi potensial yang sederhana di Ukraina," tulisnya.

Dalam laporan Bloomberg pekan lalu yang mengutip tiga pejabat senior, pemerintah Biden semakin yakin China sedang melihat respons AS terhadap Ukraina untuk menguji sejauh mana AS akan bereaksi terhadap agresi China di Taiwan.

"Ini akan membantu Xi memutuskan apakah dan bagaimana dia harus melakukan reunifikasi militer dan kekuatan dengan Taiwan,” tulis Gunjan Singh, seorang profesor di Universitas Global OP Jindal India.

Akademisi China membantah karakterisasi itu. China pasti akan menyaksikan reaksi Barat terhadap agresi Rusia di Ukraina dengan cermat. Tetapi para ahli China mengatakan Beijing memahami bahwa pertikaian atas Taiwan akan jauh lebih parah. (mdk/pan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Makin Mesra, Putin-Xi Jinping Janjikan 'Era Baru' dan Kompak Kutuk Amerika Serikat
FOTO: Makin Mesra, Putin-Xi Jinping Janjikan 'Era Baru' dan Kompak Kutuk Amerika Serikat

Putin dan Xi Jinping kompak mengutuk rival mereka Amerika Serikat sebagai penabur kekacauan di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
FOTO: Senyum Merekah Putin dan Xi Jinping Perlihatkan Persahabatan Mendalam di Beijing
FOTO: Senyum Merekah Putin dan Xi Jinping Perlihatkan Persahabatan Mendalam di Beijing

Putin dan Xi Jinping saling memberikan pujian satu sama lain dalam pertemuan tersebut.

Baca Selengkapnya
Prabowo ke Presiden Xi Jinping: China Salah Satu Mitra Kunci Dalam Perdamaian dan Stabilitas Kawasan
Prabowo ke Presiden Xi Jinping: China Salah Satu Mitra Kunci Dalam Perdamaian dan Stabilitas Kawasan

Saat pertemuan dengan Presiden China, Menhan Prabowo menyampaikan salam hangat dari Presiden RI Joko Widodo dan apresiasinya atas sambutan yang hangat.

Baca Selengkapnya
China Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia
China Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia

China Salip AS, Jadi Negara dengan Kekuatan Diplomatik Nomor 1 di Dunia

Baca Selengkapnya
Bukan Bahasa Inggris, Putin Ungkap Cucunya Jago Bahasa Ini
Bukan Bahasa Inggris, Putin Ungkap Cucunya Jago Bahasa Ini

Namun demikian, Putin mengingatkan pentingnya belajar Bahasa Inggris.

Baca Selengkapnya
Bertemu Xi Jinping, Prabowo Puji China sebagai Negara Kuat dan Peradaban Besar
Bertemu Xi Jinping, Prabowo Puji China sebagai Negara Kuat dan Peradaban Besar

Kunjungan Prabowo ke China bertemu timpalannya, Xi Jinping, disambut dengan upacara kenegaraan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Tekankan soal 'Trust' saat pertemuan dengan China, Begini Respon PM Li Qiang
Jokowi Tekankan soal 'Trust' saat pertemuan dengan China, Begini Respon PM Li Qiang

Hal tersebut diungkapkan Jokowi dalam pertemuan ASEAN-China Summit yang dihadiri Perdana Menteri China, PM Li Qiang.

Baca Selengkapnya
Diam-Diam, BRICS Siap Dominasi Keuangan Dunia dan Tekan Posisi Dolar Amerika
Diam-Diam, BRICS Siap Dominasi Keuangan Dunia dan Tekan Posisi Dolar Amerika

Pertemuan BRICS di kota Kazan, Rusia, adalah yang pertama sejak blok tersebut menambahkan lima anggota baru.

Baca Selengkapnya
FOTO: Mesra Bertemu di Pyongyang, Begini Gaya Putin dan Kim Jong Un Ketika Salaman, Senyum Semringah Merekah di Atas Karpet Merah
FOTO: Mesra Bertemu di Pyongyang, Begini Gaya Putin dan Kim Jong Un Ketika Salaman, Senyum Semringah Merekah di Atas Karpet Merah

Ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Korut dalam 24 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
Luhut Jamin, Dibawah Prabowo-Gibran Hubungan Indonesia China Makin Mesra Lewat Kerja Sama Ini
Luhut Jamin, Dibawah Prabowo-Gibran Hubungan Indonesia China Makin Mesra Lewat Kerja Sama Ini

Menko Luhut sebut hubungan Indonesia dan China makin harmonis dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya
Kunjungi Korut Setelah 24 Tahun, Putin Bertukar Hadiah dengan Kim Jong-un, Ada Karya Seni Sampai Limusin Mewah
Kunjungi Korut Setelah 24 Tahun, Putin Bertukar Hadiah dengan Kim Jong-un, Ada Karya Seni Sampai Limusin Mewah

Pertemuan Kim-Putin terjadi pada saat kedua negara menghadapi isolasi internasional.

Baca Selengkapnya
Putin Ungkap Alasan Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024
Putin Ungkap Alasan Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024

Putin Sebut Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024, Alasannya Tak Terduga

Baca Selengkapnya