Mohammed Dadir (12) bekerja sebagai mekanik magang untuk membantu majikannya di sebuah bengkel di Jalur Gaza, Palestina, pada 17 Maret 2016. Dadir, yang ayahnya berprofesi sebagai penjual susu, melakukan pekerjaan ini untuk meringankan beban ekonomi keluarga.
Kisah bocah-bocah di Jalur Gaza banting tulang demi hidupi keluarga
Palestina
Mahmoud Yazji (16) bekerja sebagai mekanik magang untuk di sebuah bengkel di Jalur Gaza, Palestina. Sama seperti Dadar, Yazji melakukan pekerjaan ini untuk meringankan beban ekonomi keluarga.
Mahand Salama (13) menyewakan mobil mainan bagi anak-anak di Pelabuhan Kota Gaza, Palestina. Salama bersama dua saudaranya adalah pencari nafkah utama keluarga mereka lantaran sang ayah pengangguran. Meski sibuk banting tulang, Salama tak meninggalkan sekolahnya. Dia bercita-cita menjadi dokter.
Mohammad al-Asi (16) memperbaiki jaring ikan di Pelabuhan Kota Gaza, Palestina. Asi, yang bekerja membantu ayahnya mendapatkan upah sekitar Rp 170 ribu per minggu. Anak yang berhenti sekolah dua tahun yang lalu itu berharap bisa menjadi nelayan di masa depan.
Sabri Atallah (17 bekerja di sebuah bengkel tembikar di Kota Gaza, Jalur Gaza, Palestina. Atallah biasa menerima upah sekitar Rp 85 ribu per hari. Atallah bermimpi suatu saat nanti bisa menjadi insinyur desain.
Mohammad al-Bana (10) menjual permen di sebuah pasar di Kota Gaza, Jalur gaza, Palestina. Bana, yang ayahnya adalah pengangguran, menghasilkan sekitar Rp 32 ribu per hari. Bocah malang itu berharap bisa melanjutkan sekolahnya dan menjadi insinyur di masa depan.
Abed al-Kareem Yassin (16) bekerja di lokasi konstruksi di sebuah rumah di Kota Gaza, Jalur Gaza, Palestina. Yassin, yang ayahnya adalah menganggur, mendapatkan sekitar Rp 135 ribu per hari. Dia dan kedua saudaranya adalah pencari nafkah utama bagi keluarga. Yassin yang berhenti sekolah bercita-cita menadi seorang montir.
Haitham Khzaiq (16), yang berhenti sekolah enam bulan lalu, menjual jajanan di Pelabuhan Kota Gaza< Jalur Gaza, Palestina. Khzaiq, yang ayahnya pengangguran, adalah satu-satunya pencari nafkah bagi keluarganya. Ia berharap suatu saat bisa menjadi insinyur arsitek.
Mahmoud al-Sindawi (15) menjual balon dan bola di Pelabuhan Kota Gaza, Jalur Gaza, Palestina. Sindawi rela banting tulang demi menghidupi keluarganya lantaran sang ayah tidak bekerja.
Ahmed Baker (16) menjual minuman panas di sebuah gerobak di Pelabuhan Kota Gaza, Jalur Gaza, Palestina. Baker yang menjadi tulang punggung keluarganya ini berharap suatu saat bisa menjadi dokter.
Tak hanya di Gaza, ternyata Israel juta menghancurkan masjid saat melakukan penyerangan ke Lebanon.
Baca SelengkapnyaJenis bakteri ini belum pernah ditemukan dalam dunia kedokteran.
Baca SelengkapnyaIni merupakan angka kematian tertinggi di antara semua unit infanteri.
Baca SelengkapnyaNetanyahu dituduh melakukan kejahatan perang di Gaza dengan metode kelaparan, sengaja membuat warga Palestina di Jalur Gaza kelaparan.
Baca SelengkapnyaBenjamin Netanyahu dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaBantuan tersebut dikumpulkan lewat program CSR Tempo Scan 100% Indonesia yakni "Kembalikan Senyum Bayi dan Anak Palestina".
Baca SelengkapnyaNetanyahu dituduh melakukan kejahatan perang di Gaza dengan metode kelaparan, sengaja membuat warga Palestina kelaparan dengan melarang masuknya bantuan.
Baca SelengkapnyaKendati jenis senjata ini tidak digunakan secara massal di Gaza, tapi dampaknya sangat mematikan.
Baca SelengkapnyaDi tengah Hari Anak Sedunia, ribuan anak di Jalur Gaza telah kehilangan haknya dan hidup jauh dari kesejahteraan. Mereka menjadi korban perang Israel dan Hamas.
Baca SelengkapnyaPendiri Wikileaks buka suara perihal penggunaan senjata AI dalam genosida Israel ke Palestina.
Baca SelengkapnyaSelain memberikan bantuan militer kepada Israel sekitar USD3 miliar setiap tahunnya, AS juga merupakan sekutu terbesar Israel di PBB.
Baca SelengkapnyaAnak-anak yang hidup di daerah konflik tidak dapat merasakan kebahagiaan perayaan Hari Anak Sedunia 2024.
Baca Selengkapnya