Masaichi Kawasaki berlutut di depan sebuah altar yang dihiasi gambar Perawan Maria sambil melantunkan 'orasho', nyanyian lagu gereja yang diwariskan selama berabad-abad di rumahnya di Pulau Ikitsuki, Nagasaki, Jepang, pada 5 November 2019. Kawasaki merupakan salah satu dari sejumlah kecil "Kakure Kirishitan" atau "Kristen Tersembunyi" di Jepang, keturunan orang-orang yang memelihara iman mereka secara rahasia selama berabad-abad terjadinya penganiayaan.

Umat 'Kristen Tersembunyi' menjadi perhatian menjelang kedatangan Paus Fransiskus ke Jepang pada 23-26 November 2019.

Penganut keyakinan tersebut kini berada di ambang kepunahan ketika kaum muda meninggalkan daerah-daerah pedesaan.

Kepercayaan unik ini memadukan praktik Buddha, Kristen, dan Shinto, serta nyanyian ritualnya menggabungkan bahasa Latin, Portugis, dan Jepang.

Tahun lalu, 12 lokasi terkait Kristen yang tersembunyi ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Salah satunya Pulau Nakaenoshima, tempat umat Katolik Jepang mati syahid selama pelarangan agama Kristen.

Shigenori Murakami, 69, ketua generasi ketujuh dari kelompok 'Kristen Tersembunyi', menunjukkan gulungan 'orasho' dari abad ke-18. Murakami menghabiskan tiga tahun mempelajari 'orasho'.

Murakami berdoa di depan sebuah altar yang dihiasi dengan patung Perawan Maria dan foto-foto saudara yang meninggal, di rumahnya.

Peserta berdoa di Kuil Karematsu selama kebaktian ekumenis di Nagasaki.

Kondisi pemakaman umat Kristen Tersembunyi di di Pulau Ikitsuki, Prefektur Nagasaki, Jepang, pada 6 November 2019.

Sebuah salib menghiasi puncak monumen di mana Gaspar Nishi, seorang pejabat lokal dan Katolik Jepang, dieksekusi bersama istri dan putranya pada 1609.