Direktur Eco Group Limited, Rose Twine saat mendemonstrasikan kompor batuan vulkanik di Kampala, Uganda, 20 April 2017. Eco Group Limited menciptakan kompor yang menggunakan bebatuan vulkanik sebagai bahan bakar. Batuan tersebut dipecah seukuran arang dan kemudian dipanaskan yang mampu bertahan selama berjam-jam.
Uganda ciptakan kompor berbahan batuan vulkanik
Uganda
Kompor batuan vulkanik ini dapat dipanaskan secara berulang-ulang selama 2 tahun dengan bantuan kipas angin. Saat ini sekitar 4.500 warga telah menggunakan kompor ini dengan harapan lebih efisien dan ramah lingkungan karena selama ini penduduk Uganda menggunakan kayu bakar serta minyak tanah untuk memasak.
Mini-grid Distributed Renewable Energy (DRE) dapat menjadi lebih terjangkau dan mudah diterapkan di lokasi-lokasi terpencil.
Baca SelengkapnyaPengelolaan energi di masa depan bagi PGN perlu berkolaborasi dengan civitas academica untuk mengembangkan riset yang inovatif.
Baca SelengkapnyaSaat ini PLN telah menapaki tahap penting dalam mendukung transisi energi tanah air menuju swasembada energi.
Baca SelengkapnyaSelain dikenal karena tindakan kejam mereka, tujuh diktator berikut juga memiliki kebiasaan makan yang aneh.
Baca SelengkapnyaKemudahan PT PLN dalam memberikan izin penggunaan PLTS Atap memberikan angin segar dalam transisi energi bersih untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.
Baca SelengkapnyaLangkah ini sekaligus membantu pemerintah untuk terus mendorong pemanfaatan energi surya secara masif.
Baca SelengkapnyaPrabowo menekankan pentingnya swasembada energi di tengah ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaJika tak juga dieksekusi, Bahlil mengancam akan menyerahkan hal tersebut kepada pihak swasta.
Baca SelengkapnyaPemerintah target mencapai bauran EBT 23 persen di 2025.
Baca SelengkapnyaRendahnya realisasi bauran EBT ini tak lepas dari belum tercapainya target investasi di sektor energi hijau.
Baca SelengkapnyaCheptegei menderita luka bakar di tiga perempat tubuhnya. Polisi telah mengidentifikasi pelaku yang tak lain adalah kekasihnya.
Baca SelengkapnyaUntuk penerapannya, Eniya melihat peluang di kawasan Indonesia Timur. Sebab, beberapa wilayah di sana masih belum punya sistem jaringan memadai.
Baca Selengkapnya