Sejumlah wanita Suku Kajang tengah menyunggi ember berisi air bersih yang diambil dari sebuah sungai di Desa Amatoa, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Suku Kajang adalah penduduk asli pedalaman Sulawesi yang menolak kehidupan modern dan mempertahankan kehidupan yang telah dilakukan selama berabad-abad. Potret kehidupan suku pedalaman ini diambil pada Agustus 2013 lalu.
Menengok kehidupan tradisional Suku Kajang di pedalaman Sulawesi
Budaya Indonesia
Sejumlah wanita Suku Kajang hanya mengenakan kain sarung untuk menutupi tubuhnya saat hendak mengambil air. Masyarakat Suku Kajang menganggap modernitas hanya mempengaruhi mereka untuk menyimpang dari aturan adat dan ajaran leluhur.
Suku Kajang ini terbagi dua kelompok, yakni Kajang Dalam dan Kajang Luar. Meskipun terbagi menjadi dua kelompok, masyarakat Suku Kajang selalu menjaga keseimbangan hidup dengan alam dan para leluhur sehingga tak ada perbedaan di antara dua kelompok tersebut.
Seorang pria Suku Kajang menggunakan golok saat memotong bambu yang akan digunakan untuk mengangkat kayu gelondong. Masyarakat Suku Kajang biasa menyebut kawasan Bulukumba sebagai Tanah Toa karena merupakan tanah warisan leluhur mereka.
Sejumlah pria Suku Kajang membawa bambu yang akan dipakai untuk mengangkat kayu gelondong.
Sejumlah pria Suku Kajang bergotong-royong mengangkat kayu gelondong yang akan digunakan sebagai bahan bangunan sebuah rumah.
Sejumlah pria Suku Kajang saat mengangkat kayu gelondong menggunakan bambu. Untuk membangun sebuah rumah, masyarakat Suku Kajang hanya boleh menggunakan kayu dan tidak diperkenankan membangun rumah dengan bahan batu bata ataupun tanah. Karena menurut leluhur mereka, hanya orang mati yang diapit oleh tanah.
Sejumlah pria Suku Kajang membuat atap rumah yang berbahan daun kelapa. Rumah yang dibangun masyarakat Suku Kajang selalu seragam dan menunjukkan kesederhanaan. Karena mereka percaya, keseragaman akan menghilangkan rasa iri di antara masyarakat Suku Kajang.
Sejumlah wanita saat membuat kerajinan berupa kain tenun khas Suku Kajang.
Seorang wanita tengah sibuk menenun kain saat terlihat dari balik benang.
Masyarakat Suku Kajang saat beraktivitas.
Seorang wanita terlihat di balik jendela sebuah rumah yang terbuat dari kayu.
Dari pohon Natal hingga hidangan khas, temukan tradisi Natal unik dari berbagai negara yang penuh warna dan keajaiban! Penasaran? Baca selengkapnya!
Baca SelengkapnyaFilosofi nasi tumpeng yang lekat dengan sejarah Indonesia di masa lampau.
Baca SelengkapnyaCarok merupakan tradisi yang berasal dari masyarakat Madura, yang memiliki akar sejarah dan budaya yang dalam.
Baca SelengkapnyaWayang beber mungkin tidak sepopuler wayang kulit, tetapi sebenarnya ia merupakan pendahulu dari seni pertunjukan wayang kulit yang kita kenal sekarang.
Baca SelengkapnyaSaat ada sambal seruit, seluruh anggota sanak saudara yang jauh akan langsung datang untuk makan bersama.
Baca SelengkapnyaSaat ada sambal seruit, seluruh anggota sanak saudara yang jauh akan langsung datang untuk makan bersama.
Baca SelengkapnyaAir ini dikenal sakral karena mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan mendatangkan jodoh.
Baca SelengkapnyaTanggal 2 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Batik Nasional sebagai salah satu momen bersejarah dan penting untuk dilakukan.
Baca SelengkapnyaKeduanya merupakan kawan dari tetangga pemilik hajatan yang kebetulan sedang berlibur di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAcara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaWarga Kabupaten Lombok Utara ini baru merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dua hari setelah hari kelahiran Rasulullah.
Baca SelengkapnyaRumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Baca Selengkapnya