Soekarno, Bapak Proklamator Indonesia, hidup lagi di Kabupaten Banyumas. Panggilan akrabnya bukan lagi bung, tapi kang, sebutan untuk abang. Layaknya Soekarno, kemanapun pergi, Soekarno versi Banyumas ini berbusana uniform. Setelan jas bergaya militer empat saku, berpeci, berkacama hitam dan menggenggam tongkat komando. Begitulah gaya Kang Karno menyaru Bapak Proklamator. Jika Soekarno memakai uniform sebagai citra panglima tertinggi, Kang Karno bermaksud merawat kebanggaan dari seorang rakyat pada Presiden pertama Indonesia tersebut.
Merawat citra Sang Proklamator
Soekarno
Kang Karno, juga punya aktivitas berkeliling mendekatkan diri kepada masyarakat. Dia punya niat merawat citra Soekarno sebagai penyambung lidah rakyat. Satu hal paling khas, dia mengendarai sepeda onthel.
Kang Karno bernama asli Joko Riyanto. Usianya 50 tahun. Warga Jalan Kranji, Kecamatan Purwokerto Timur ini mulai berbusana ala Soekarno sejak tahun 2012 silam.
Dahulu, sehari-hari Soekarno versi Banyumas pernah bekerja sebagai tukang parkir. Riyanto pertama kali berbusana ala Soekarno berawal dari gelaran parade sepeda tua di suatu gelaran budaya Banyumas.
Riyanto memang menggemari Soekarno. Di kediamannya ia menyimpan sejumlah buku karya Soekarno. Buku-buku itu ia dapatkan dari berburu di toko loak.
Di busananya, Riyanto memasang tanda identitas yakni Doedoe Soekarno. Doedoe merujuk pada bahasa Banyumas yakni dudu yang berarti bukan.
Menyaru Soekarno menjadi berkah tersendiri bagi Riyanto. Kini, ia hampir setiap minggu kerap diundang untuk meramaikan berbagai acara mulai dari sunatan, pernikahan sampai kegiatan instansi. Saban Agustus, dia banjir undangan meramaikan perayaan kemerdekaan Indonesia di berbagai tempat.
Latar belakang keluarga Riyanto militer. Berbusana meniru Soekarno pernah membuat ayahnya khawatir. Alasannya, Soekarno adalah ancaman bagi pemerintahan Orde Baru Soeharto. Meniru Soekarno ditakutkan justru menimbulkan dampak tak baik.
Kenyataan justru sebaliknya, setiap mengenakan busana Soekarno, Riyanto kerap disapa dan diajak bercengkrama oleh banyak orang. Riyanto pun, mendapat kepuasan batin bisa menambah banyak pertemanan di berbagai lingkungan.
Satu hal yang tak lepas dikenakan Riyanto adalah peci hitam. Baginya, peci punya sejarah ditandakan oleh Soekarno sebagai simbol nasionalisme bagi laki-laki Indonesia.
Riyanto atau Kang Karno atau Doedoe Soekarno kerap mengatakan bahwa dirinya adalah milik banyak orang. Berada di manapun tak jarang warga meminta berfoto. Soekarno dari Banyumas ini tak pernah kuasa untuk menolak.
Berikut momen seorang pria bikin gebrakan tak terduga usai buang-buang makanan saat banyak orang kelaparan.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita pekerja Indonesia yang dapat nasihat dari bosnya di Jepang.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok Brigpol Viktor Merani yang berhasil menciptakan peluang ekonomi dengan menanam berbagai jenis tanaman pangan di Papua.
Baca SelengkapnyaNyawa Mirza terancam saat berselisih paham dengan rekan bisnisnya.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah tukang kuli bangunan yang lolos menjadi prajurit TNI AD usai lima kali gagal.
Baca SelengkapnyaRatmi berada di titik terendah saat memulai usaha keripik bayam.
Baca SelengkapnyaUsaha fesyen ini menghasilkan omzet miliaran rupiah per bulan.
Baca SelengkapnyaMike Tyson merupakan petinju kelas dunia dengan kekayaan mencapai triliunan rupiah.
Baca SelengkapnyaDia pernah kecewa terhadap Tuhan karena wawancara kerjanya gagal menjadi pramugari.
Baca SelengkapnyaSalah satu dedikasi monumental Nelsy adalah pendirian 'Rumah Kita', pusat kegiatan di Simalungun yang menjadi tempat anak-anak desa mendapatkan pendidikan.
Baca SelengkapnyaPresiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Maukar terjadi di tengah kondisi politik yang penuh gejolak. Ketika berbagai pemberontakan muncul di daerah-daerah yang menginginkan otonomi daerah.
Baca Selengkapnya