Perajin menenun sarung di sebuah industri rumahan di Lawang, Malang, Jawa Timur, pada 27 April 2021. Industri kerajinan sarung dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Malang kini semakin jarang dijumpai. Dari puluhan yang pernah ada, sekarang tersisa segelintir saja. Salah satunya milik Segaf Assegaf di Jalan Dr. Soetomo, Lawang.

Industri kerajinan sarung dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Malang kini semakin jarang dijumpai. Dari puluhan yang pernah ada, sekarang tersisa segelintir saja. Salah satunya milik Segaf Assegaf di Jalan Dr. Soetomo, Lawang.

Segaf mengaku, sampai saat ini sarung tenun yang dibuat dengan metode konvensional ini masih terus diminati. Terlebih ketika memasuki bulan suci Ramadan. Sayangnya, tingginya minat pasar terhadap sarung tersebut berbanding terbalik dengan jumlah penenun.

Kini Segaf hanya memiliki 7 penenun. Padahal, dahulu usahanya itu pernah mempekerjakan hingga 60 penenun. Keterbatasan jumlah penenun membuat Segaf tak bisa mengerjakan semua pesanannya. Selain itu, jumlah produksinya juga tak menentu, mengingat usia penenun yang tak lagi muda.

Industri kerajinan sarung tenun tradisional milik Segaf perlahan menghadapi senjakala. Regenerasi penenun yang sulit terwujud menjadi salah satu penyebabnya.

Aktivitas perajin di sebuah industri sarung tenun milik Segaf.

Tumpukan benang yang menjadi pola sarung tenun.

Perajin menggulung benang yang menjadi pola tenun.

Perajin memasukkan gulungan benang pada sekoci.

Aktivitas perajin saat menenun sarung.

Aktivitas perajin saat menenun sarung.

Segaf Assegaf menunjukkan salah satu sarung tenun produksinya.