5 Masalah utama pasangan yang baru punya anak dan solusi dari para terapis
Merdeka.com - Sudah bukan rahasia jika menjadi orangtua baru merupakan pengalaman yang mengubah banyak hal bagi pasangan. Dengan hadirnya tambahan anggota keluarga yang membutuhkan perhatian ekstra, bertambah pula tantangan yang harus dihadapi suami dan istri dalam merawat hubungan.
Menjadi orangtua baru kerap mengubah sifat hubungan pasangan. Stres juga kerap mengintai suami dan istri, sehingga hubungan jadi lebih rawan konflik. Komunikasi pun bisa jadi tidak selancar biasanya, karena sebagian besar perhatian tercurah pada sang buah hati.
Berikut ini para psikolog dan terapis hubungan berbagi tentang masalah-masalah yang kerap dihadapi orangtua baru beserta solusinya kepada The Huffington Post.
-
Apa saja penyebab konflik antara orangtua dan anak? Perbedaan ini bisa timbul dari banyak hal, mulai dari perbedaan generasi hingga perbedaan nilai dan harapan yang dimiliki.
-
Bagaimana anak kedua mengatasi konflik dengan pasangan? Anak kedua umumnya adalah orang yang kurang menyukai konflik. Untuk itu, jika sudah menikah pun mereka cenderung akan menghindari timbulnya konflik dengan pasangan.
-
Apa masalah utama dalam konflik menantu dan mertua? 'Ada banyak alasan terjadinya konflik antara pasangan dan mertua, seperti perbedaan gaya hidup, pengelolaan keuangan, dan harapan yang tidak terpenuhi dari kedua belah pihak,' kata Joshua Koh, konselor profesional dari Singapore Counselling Centre.
-
Kenapa konflik antara orangtua dan anak bisa berdampak negatif? Konflik antara orangtua dan anak adalah hal yang wajar terjadi dalam hubungan keluarga. Berbagai perbedaan pandangan, kebutuhan, dan nilai yang dimiliki masing-masing generasi sering kali menjadi pemicu timbulnya permasalahan. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, konflik ini dapat berkembang menjadi masalah yang berkepanjangan dan berdampak negatif pada hubungan antara orangtua dan anak.
-
Bagaimana mengatasi konflik dalam hubungan? Pasangan yang memiliki hubungan yang sehat akan mau untuk menyelesaikan permasalahan dengan tenang dan saling menghormati.
-
Apa saja dampak pertengkaran orangtua terhadap mental anak? Dilansir dari Parents, penelitian menunjukkan bahwa pertengkaran orangtua, terutama yang terjadi secara terus-menerus, dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental anak, mulai dari depresi, kecemasan, hingga penurunan rasa percaya diri.
"Menjadi orangtua memberi ketegangan pada hubungan kita."
"Dengan jam tidur yang terbatas, perubahan jadwal kerja (serta cuti orangtua yang terbatas), dan tanggung jawab besar untuk merawat bayi yang rentan, banyak pasangan yang menjadi stres dan merasa tidak terkoneksi," kata hanna Donhauser, seorang terapis anak dan keluarga sekaligus pendiri Happy Nest.
"Tetapi penelitian terbaru terus menunjukkan pentingnya keharmonisan hubungan orangtua dalam keluarga. Ketika Anda berinvestasi dalam hubungan Anda, berarti Anda juga berinvestasi dalam keluarga dan kesehatan anak Anda. Menghadiri terapi pasangan selama beberapa tahun pertama setelah anak lahir dapat membantu pasangan merasa terhubung, menavigasi tantangan dengan lebih baik, dan memantapkan fondasi hubungan mereka bersama. "
"Rasanya saya tidak bisa bergairah lagi."
"Tidak perlu memberikan terlalu banyak tekanan pada diri sendiri, seks tidak akan terjadi dengan semua tekanan itu. Ada beberapa hal kondusif yang bisa dilakukan agar bisa berhubungan seks lagi. Pertama tidur. Kita tidak ingin melakukan apa pun saat tidak cukup tidur, apalagi seks."
"Kedua adalah waktu berduaan dengan pasangan Anda. Apakah Anda berdua sempat berkencan di malam hari? Sulit untuk membina hubungan intim ketika Anda berdua dikelilingi popok kotor sepanjang waktu," tutur Mabel Yiu, seorang terapis pernikahan dan keluarga di California.
"Bagaimana kita bisa mempertahankan koneksi terhadap satu sama lain?"
"Sulit untuk pergi kencan makan malam atau ngobrol santai di tempat tidur secara teratur ketika hidup Anda serasa jungkir balik. Anda harus sadar untuk menjadikan hubungan yang kuat dengan pasangan Anda sebagai prioritas, luangkan waktu untuk membangun momen-momen yang mengikat setiap Anda punya waktu dengan fleksibilitas. Misalnya, Anda dapat menggunakan waktu tidur atau waktu makan bayi untuk berbagi kabar. Kirim pesan lucu untuk satu sama lain untuk membuat Anda dan pasangan tetap berhubungan meskipun sedang tidak di rumah..."
"Pastikan untuk sesekali bercumbu dan melakukan kontak fisik saat Anda berdua berada di ruangan yang sama. Jangan mengabaikan keintiman Anda hanya demi si bayi, tidak peduli seberapa kuat hormon Anda, karena Anda layak dan perlu memiliki keintiman secara dewasa juga," kata Kari Carroll, seorang terapis pernikahan dan keluarga di Portland, Oregon.
"Kami tidak tahu bagaimana harus membagi tanggung jawab."
"Orangtua baru sering membahas cara membagi tugas di rumah mengingat beban yang meningkat secara signifikan sementara waktu luang yang tersisa juga menurun secara signifikan. Ini adalah kondisi yang tidak ideal, dapat menciptakan banyak konflik dan ketegangan di antara orangtua baru."
"Banyak pasangan yang mulai menemukan keseimbangan lagi setelah beberapa bulan. Jika hal itu tidak terjadi, duduk dan diskusikan hal-hal apa saja yang harus diperbaiki. Apa yang paling masuk akal? Misalnya, jika salah satu orangtua tinggal di rumah dengan bayinya, maka secara alami banyak beban pekerjaan rumah tangga akan jatuh pada orang ini. Tetapi jika keduanya bekerja di luar rumah, diskusikan pembagian yang adil. Nyatakan ini tanpa menyalahkan dan mengkritik, karena kemungkinan besar Anda berdua sama-sama tidak siap dengan hal ini," tutur Marni Feuerman, seorang terapis pernikahan berlisensi dan konselor pasangan di Boca Raton, Florida.
"Mengapa pasangan saya tidak mau membantu saya mengurus si bayi?"
"Seringkali, saya mendengar dari klien bahwa pasangan ingin mempertahankan hobi mereka atau tetap bekerja setelah bayi lahir, terutama pria yang berada dalam hubungan heteroseksual, dan mereka kerap mengabaikan bagian mereka dalam merawat bayi. Meskipun benar bahwa wanita secara tradisional memiliki peran membesarkan anak-anak, banyak wanita juga bekerja dan merundingkan kembali tugas-tugas di dalam inti keluarga baru mereka."
"Mengambil kelas pengasuhan dan berbicara dengan orang tua lain, dokter, dan pasangan Anda dapat menjadi cara yang baik untuk mempelajari keterampilan mengurus anak ini."
Yang jelas ayah dan ibu sama-sama memiliki peran dalam mengasuh dan merawat anak. Kedua orangtua akan harus mengorbankan satu atau dua hal dari rutinitas mereka sebelum ada anak dan porsi pengorbanan ini harus setara. Tidak bisa dibebankan kepada satu orang saja.
Demikian masalah-masalah yang kerap dihadapi oleh orangtua baru. Semoga solusi yang disampaikan bisa membantu Anda dalam menghadapi tantangan yang dihadapi saat ini.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terjadinya pertengkaran orangtua terutama yang ditunjukkan di depan anak bisa sangat berpengaruh terhadap kondisi mental mereka.
Baca SelengkapnyaMItos pernikahan antara anak pertama dapat membawa banyak konflik.
Baca SelengkapnyaHubungan orang tua dan anak dapat menjadi renggang dan menjauh karena beberapa alasan.
Baca SelengkapnyaTerjadinya pertengkaran antara orangtua bisa sangat mempengaruhi kondisi mental anak.
Baca SelengkapnyaPeran keluarga sangat vital dalam menjaga kestabilan kondisi mental anak-anak.
Baca SelengkapnyaPenting untuk menjalin hubungan yang baik dengan mertua.
Baca SelengkapnyaMommy issue disebabkan perilaku dan hubungan buruk ibu pada anak.
Baca SelengkapnyaAnak kedua memiliki kepribadian unik yang bisa mereka tunjukkan ketika sedang menjalani hubungan romantis.
Baca SelengkapnyaPasangan pernikahan anak kedua memiliki beberapa potensi konflik.
Baca SelengkapnyaKondisi stres yang dialami oleh anak dan remaja cenderung disebabkan oleh sejumlah hal yang perlu diektahui orangtua.
Baca SelengkapnyaStres pada anak bukan hanya merupakan masalah kecil yang dapat diabaikan, tetapi merupakan tanda bahwa anak sedang menghadapi tekanan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaRumah adalah fondasi yang kokoh, tempat di mana anak belajar, tumbuh, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Namun, sayangnya, tidak semua seperti itu.
Baca Selengkapnya