5 Tanda Pasangan Rawan Lakukan KDRT yang Bisa Diamati sejak Awal Hubungan
Merdeka.com - Penyanyi dangdut dan influencer, Lesti Kejora diketahui baru melaporkan suaminya ke pihak yang berwajib dengan tuduhan KDRT. Dugaan kekerasan ini tentunya mengagetkan banyak orang.
Bagi publik, Lesti dan suaminya, Rizky Billar tampak seperti pasangan harmonis yang selalu mesra. Cukup mengejutkan ketika Billar ditengarai melakukan tindak kekerasan, walaupun sejauh ini kebenarannya belum bisa dipastikan.
Apakah hubungan yang berpotensi mengarah ke KDRT bisa dideteksi sejak awal? Berikut ini penjelasan dari para psikolog. Simak juga lima 'tanda bahaya' yang perlu diwaspadai sejak awal hubungan.
-
Apa tanda bahaya Red Flag di hubungan? "Dalam hubungan, tanda bahaya red flags adalah tanda bahwa orang tersebut mungkin tidak dapat memiliki hubungan yang sehat dan melanjutkan perjalanan bersama akan berbahaya secara emosional,"
-
Kapan red flag terjadi dalam hubungan? Contoh perilaku yang dapat dianggap sebagai red flag meliputi narsisme, di mana seseorang menunjukkan perilaku egois dan mengutamakan diri sendiri tanpa memperhatikan perasaan orang lain, serta agresivitas, yang dapat muncul sebagai kemarahan yang tidak bisa dikendalikan atau perilaku kasar.
-
Apa arti 'red flag' dalam hubungan asmara? Red flag adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu hal yang mencurigakan atau berbahaya. Dan, red flag dapat digunakan dalam banyak konteks mulai dari pekerjaan, politik, bisnis, dan yang paling umum adalah dalam hubungan asmara.
-
Apa tanda paling jelas hubungan toxic? Salah satu tanda yang paling jelas dari hubungan beracun adalah adanya kontrol yang berlebihan.
-
Apa arti red flag dalam hubungan? Arti red flag sederhananya adalah sebuah tanda peringatan tentang sifat dan sikap buruk yang ada dalam hubungan atau diri seseorang.
-
Apa saja tanda gangguan kesehatan mental? Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala yang bisa menjadi indikasi bahwa kita perlu memeriksakan kesehatan mental kita: Perubahan suasana hati yang ekstrem atau tidak stabil. Misalnya, merasa sangat sedih, marah, cemas, takut, atau bahagia tanpa alasan yang jelas. Perubahan perilaku yang signifikan atau tidak biasa. Misalnya, menjadi penyendiri, agresif, impulsif, atau tidak peduli dengan orang lain. Perubahan pola tidur atau nafsu makan yang drastis. Misalnya, sulit tidur atau tidur terlalu banyak; tidak nafsu makan atau makan terlalu banyak. Perubahan kinerja atau produktivitas di sekolah atau tempat kerja. Misalnya, sulit berkonsentrasi, sering lupa, kurang motivasi, atau sering absen. Perubahan minat atau kesenangan terhadap aktivitas yang biasa dilakukan. Misalnya, tidak lagi menikmati hobi, olahraga, atau bersosialisasi dengan teman. Perasaan tidak berharga, bersalah, putus asa, atau ingin bunuh diri. Mengalami halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada) atau delusi (percaya pada sesuatu yang tidak nyata). Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan secara berlebihan untuk mengatasi masalah. Mengalami gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Misalnya, sakit kepala, nyeri dada, mual, atau sesak napas.
Pelaku KDRT Tak Langsung Menunjukkan Perangai Aslinya di Awal Hubungan
© pexels.com/Alex Green
Saat kekerasan dalam hubungan pacaran atau pernikahan terjadi, tanda-tandanya cukup mudah dikenali. Apalagi jika kekerasan tersebut meninggalkan bekas yang kasat mata seperti memar dan bilur di kulit. Namun, mendeteksi seseorang yang berpotensi menjadi pelaku KDRT tidak semudah bayangan. Kenyataannya, tak ada orang yang melakukan pendekatan dengan mengatakan, "Aku punya temperamen buruk, manipulatif, dan tak segan 'main tangan' kepada pasanganku."
Hubungan dengan perempuan atau pria yang tak segan melakukan kekerasan pada pasangan biasanya tidak langsung diwarnai konflik terus-menerus di awal. Seringnya, seseorang menjumpai satu atau dua perilaku pasangannya yang tidak sesuai dengan hati nurani, namun menganggap hal tersebut bukan masalah besar dan lalu memutuskan untuk mengabaikannya.
"Kami menyebutnya 'pink flag'," kata Judy Ho, Ph.D., neuropsikolog klinis dan penulis buku Stop Self-Sabotage: Six Steps to Unlock Your True Motivation kepada Good Housekeeping.
"Tanda-tandanya lebih samar dan bisa jadi awalnya tampak tak berbahaya, tapi itu adalah cara pelaku kekerasan untuk mengisolasi dan menumbuhkan rasa takut agar orang tersebut [pasangannya] merasa tidak punya tempat untuk mencari pertolongan."
Lalu, bagaimana cara mengenali seseorang yang punya potensi untuk menjadi pasangan abusive? Bisakah kita mengetahui 'gejalanya' sejak dini sehingga kita bisa menghindari hubungan yang diwarnai KDRT? Berikut ini penjelasan dari para psikolog.
1. Kerap Menunjukkan Perilaku yang Bertolak Belakang
Menurut psikolog klinis, Jaime Zuckerman, Psy.D, menunjukkan perilaku yang sangat berbeda saat berada di depan publik dan saat berdua saja dengan pasangan merupakan salah satu 'pink flag' yang perlu diwaspadai.
"Mereka biasanya tampil memikat di sekitar orang lain untuk membuat orang berpikir kalau mereka adalah orang yang sangat baik, namun lain ceritanya kalau di belakang."
Selain menunjukkan sikap tanpa cela kepada orang-orang sekitar, mereka juga berusaha tampil sebagai pria atau perempuan sempurna untuk meyakinkan pasangan. "Pada hubungan yang meningkat ke kekerasan fisik, awalnya sering terasa seperti romansa seindah dongeng," jelas Dr. Ho.
Perilaku yang bertolak belakang juga bisa berwujud love bombing setelah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan kepada pasangan. Mereka akan bersikap luar biasa manis, romantis, atau malah meminta maaf sambil meneteskan air mata. Namun, perbuatan tidak menyenangkannya bakal terjadi kembali dan siklus yang sama akan terus berulang.
2. Gaslighting
Manipulasi adalah 'senjata' andalan pelaku KDRT untuk membuat pasangannya tak berdaya. Perilaku ini biasanya sudah menampakkan diri sejak awal hubungan, meskipun belum intens.
Salah satu bentuk manipulasi yang kerap dilakukan sejak awal hubungan adalah gaslighting. Gaslighting adalah ciri-ciri umum dalam hubungan tak sehat di mana pelakunya memutarbalikkan fakta—saat mereka berbuat salah—untuk membuat pihak lain merasa bersalah.
"Pelaku kekerasan sering menyalahkan Anda untuk hal-hal yang tidak berjalan sesuai keinginannya atau menyalahkan Anda untuk perilaku kasar mereka sendiri," lanjut Dr. Ho.
3. Cemburu Berlebihan
Jika seseorang sudah mulai terlalu sering mengecek keberadaan pasangannya, memastikan dengan siapa saja pasangannya berbicara atau berkirim pesan—apalagi jika sampai mengatur siapa saya yang bisa menjadi teman pasangan, maka ini merupakan sinyal negatif.
Perilaku-perilaku yang menunjukkan sikap cemburu berlebihan ini juga termasuk tanda awal yang perlu diwaspadai. Biasanya, mereka akan berkata kalau cemburu adalah 'bukti cinta' atau bentuk 'kebucinan'.
"Ini adalah upaya untuk mengontrol lingkup pengaruh di sekeliling Anda dan cara Anda memandang diri sendiri," kata Dr. Ho.
4. Meminta untuk Berbagi Segalanya, termasuk Hal-Hal yang Harus Jadi Privasi
Ingin berbagi banyak hal dengan pasangan adalah hal yang wajar dalam sebuah hubungan. Bahkan memiliki rekening bersama pun bisa menjadi hal positif untuk rencana masa depan bersama. Tapi bersikeras untuk berbagi hal-hal yang bersifat pribadi seperti akses ke smartphone, email, dan media sosial adalah suatu bentuk kendali terhadap pasangan. Ini bisa menjadi cara untuk melanggar privasi dan merenggut kebebasan pasangan.
"Mereka mungkin beralasan demi 'kemudahan' atau alasan finansial, tapi sebenarnya ini adalah bentuk kontrol," kata Dr. Ho.
Berbagi akses terhadap media sosial, email, dan smartphone bisa menjadi cara pelaku KDRT untuk memonitor pasangan setiap waktu. Hal seperti ini juga bisa berwujud perilaku mengontrol keuangan pasangan di awal hubungan, lho.
5. Menjauhkan Pasangan dari Orang-Orang di Sekitarnya
Korban hubungan abusive kerap merasa jauh dari teman-teman atau keluarga sejak berhubungan dengan pasangann mereka. Bisa jadi pasangan sering menjelek-jelekkan sahabat atau orangtua mereka dan menyarankan untuk mengurangi interaksi dengan orang-orang tersebut. Ini adalah upaya mengisolasi pasangan dari lingkungan terdekat. Tujuannya adalah mendominasi hidup pasangan sepenuhnya.
"Mereka mungkin berkata hal-hal seperti, 'Kalau sayang aku, kamu nggak bakal temenan sama dia,' atau berusaha meyakinkan Anda kalau orang-orang terdekat Anda tidak menginginkan yang terbaik untuk Anda sehingga Anda merasa pasangan adalah satu-satunya yang peduli dan mendukung Anda," tambah Dr. Ho.
Itulah lima 'pink flags' di awal hubungan yang menunjukkan pasangan punya potensi untuk melakukan KDRT. Jangan dikesampingkan begitu saja dan pertimbangkan dengan bijak langkah apa yang harus Anda ambil selanjutnya.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Memahami red flag dapat membantu mengidentifikasi potensi perilaku kasar atau dinamika yang tidak sehat.
Baca SelengkapnyaDi tengah maraknya kasus selingkuh, maka perlu waspada, agar pasangan tak sampai melakukannya.
Baca Selengkapnya"Red Flag" bisa menjadi penanda alasan untuk berhenti.
Baca SelengkapnyaMenurut Robert Weiss PhD dari situs Psychology Today, tanda-tanda pasangan selingkuh biasanya terlihat dari jadwal kerja hingga kelakuan teman-teman disekitarny
Baca SelengkapnyaKepala BKKBN mengungkap angka perceraian di Indonesia meningkat.
Baca SelengkapnyaKDRT bukan sebatas kekerasan fisik saja, tetapi juga mencakup kekerasan emosional, seksual, hingga finansial.
Baca SelengkapnyaBerikut penyebab KDRT yang sering menjadi pemicunya.
Baca SelengkapnyaCinta memang mendebarkan, namun tak jarang disertai oleh ketakutan yang mengintai, yaitu rasa takut pasangan berselingkuh.
Baca SelengkapnyaKabar mengejutkan datang dari rumah tangga pesepakbola Pratama Arhan dan selebgram Azizah Salsha.
Baca SelengkapnyaSejak tahun 2015 hingga saat ini, perceraian terus meningkat pesat akibat semakin banyak orang-orang toksik.
Baca SelengkapnyaWaspadai lima perilaku pria yang dapat menjadi tanda bahaya dalam hubungan, yang menunjukkan bahwa cintanya mungkin tidak tulus.
Baca SelengkapnyaJauhkan diri Anda dari hubungan yang toxic dengan cara mengenali tanda-tandanya.
Baca Selengkapnya