6 Hal 'negatif' yang merupakan tanda orang jenius!
Merdeka.com - Kecerdasan adalah hal yang cukup sulit untuk diukur. Tentu nilai di sekolah atau bangku kuliah sama sekali tak merepresentasikan seberapa cerdas seseorang. Bahkan Einstein memiliki nilai yang jelek di sekolah karena cara mengajar yang menurutnya tak cocok.
Jadi kecerdasan tak hanya dimiliki oleh orang yang punya nilai akademik yang sempurna, karena cerdas adalah mampu melakukan dengan baik suatu hal yang sesuai bidang yang dia minati.
Namun berbeda jika menurut sains. Dalam berbagai penelitian ilmiah, banyak sekali ditemukan koneksi antara kecerdasan dengan beberapa aspek tertentu. Aspek tersebut punya hubungan sebab akibat, atau sekedar sebuah kecenderungan dan sebuah hal yang identik. Permasalahannya, tak selalu aspek tersebut merupakan aspek yang positif.
-
Apa ciri khas kecerdasan seseorang? Individu yang memiliki kecerdasan lebih tinggi umumnya lebih terbuka terhadap pengalaman dan ide baru.
-
Siapa yang memiliki kecerdasan tinggi? Sebuah studi pada tahun 2016 yang mengikuti lebih dari 5.000 orang selama sekitar 50 tahun menemukan bahwa anak-anak dengan kecerdasan tinggi terus terbuka terhadap ide-ide baru seiring mereka tumbuh dewasa.
-
Apa tanda orang cerdas menurut psikologi? Dari sudut pandang psikologi, seseorang bisa dianggap cerdas ketika dipandang dari berbagai sudut.
-
Siapa yang bisa mendapatkan skor IQ tinggi? Anggota dari kelompok 'Mensa,' sebuah organisasi untuk orang-orang dengan IQ tinggi, umumnya memiliki skor 132 atau lebih tinggi, yang menempatkan mereka di 2% teratas populasi.
-
Bagaimana cara orang cerdas mencapai kesempurnaan? Perfeksionisme adalah 'versi ketakutan akan kegagalan bagi orang cerdas,' menurut Sethi. Mereka berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal, yang sering kali membuat mereka sulit untuk menyelesaikan tugas atau merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.
-
Siapa yang memiliki IQ tinggi? Mengutip laporan ScienceFocus by BBC, Rabu (7/2), orang yang punya IQ tinggi adalah Terence Tao.
Jadi mungkin saja jika Anda memiliki beberapa aspek ini di hidup Anda, sebenarnya Anda merupakan orang yang cerdas tanpa Anda sendiri menyadarinya karena selama ini Anda hanya dianggap 'negatif' oleh orang di sekitar Anda.
Berikut beberapa tanda bahwa Anda merupakan orang yang cerdas.
Mengidap penyakit mental
Hubungan antara penyakit mental dan kecerdasan sebenarnya cukup kontroversial. Namun berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa dua hal ini cukup berhubungan. Salah satu contohnya adalah bipolarisme, yang menjangkit hanya 2,4 persen dari populasi dunia. Meski hanya sedikit, Vincent Van Gogh, Emily Dickinson, dan banyak sekali seniman yang tentu cerdas, mengalami kondisi ini.
Meskipun tidak ada alasan yang jelas antara hubungan kecerdasan dan bipolarisme, sebuah studi menemukan bahwa sebuah protein spesifik yang ada di otak, yang terkait dengan memori dan rasa ingin tahu, memang terhubung dengan bipolar disorder dan schizophrenia. Penelitian lain menyebutkan bahwa kemampuan seseorang untuk menyelesaikan soal matematika dan kemampuan untuk menerima informasi secara cepat, memperbesar resiko seseorang mengalami mania. Mania adalah aktivitas psikomotor dan tinggi fokus yang dialami seseorang dengan bipolar disorder.
Berkata kotor
Meski berkata kotor sering dikaitkan dengan perilaku yang tidak berkelas dan tidak berpendidikan, sains ternyata membuktikan bahwa berbicara kotor merupakan tanda dari kecerdasan pikiran.
Dari sebuah studi yang dihelat tahun 2016 yang dipublikasikan di jurnal Language Sciences, kata-kata umpatan secara positif dikaitkan dengan kemampuan verbal yang baik. Hal ini berarti seseorang yang menggunakan banyak umpatan dalam gaya bicaranya, bisa jadi memiliki lebih banyak menguasai kosa kata. Penguasaan kosa kata yang banyak juga merupakan salah satu tanda kecerdasan.
Seseorang yang mau mengambil resiko
Jika kita berhadapan dengan orang yang punya pemikiran tertutup, kolot, maupun konservatif, seringkali mengambil resiko adalah perbuatan yang cukup negatif. Namun hal ini ternyata adalah sebuah tanda yang menyiratkan kecerdasan seseorang.
Dalam sebuah studi tahun 2015 yang dipublikasikan di jurnal PLOS One, seseorang yang terbuka dengan tantangan baru dan tidak takut untuk mengambil resiko cenderung memiliki kecerdasan yang tinggi. Dalam studi ini partisipan diwajibkan untuk melakukan simulasi mengemudi, di mana mereka dapat kesempatan untuk menerobos lampu kuning, atau berhenti untuk sabar menunggu lampu merah.
Dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa partisipan yang mengambil resiko secara cepat, ternyata memiliki lebih banyak 'white matter' pada otak, yang mana merupakan sebuah area yang terkait dengan fungsi kecerdasan kognitif.
Malas
Tentunya kemalasan selalu diasumsikan dengan kebodohan. Namun ternyata sains berkata sebaliknya. Berdasarkan studi yang dilakukan secara berulang sebanyak 60 kali, orang yang 'tak suka berpikir' lebih mudah bosan dan akhirnya mudah melakukan berbagai hal terkait aktivitas fisik, yang akhirnya membuat mereka terlihat rajin. Sebaliknya seseorang yang 'suka berpikir' lebih banyak waktu untuk mempelajari hal baru, dan kurang di aktivitas fisik.
Meski demikian, studi ini juga menyebutkan bahwa kesadaran tentang berbagai konsekuensi tentang kemalasan beraktivitas fisik, membuat banyak orang yang justru 'banyak berpikir' memilih untuk aktif juga secara fisik.
Cemas berlebihan
Kecemasan berlebih, atau sebuah kondisi di mana seseorang terlalu berpikir berlebih secara terus menerus, ternyata merupakan tanda kecerdasan yang tinggi.
Dari sebuah studi tahun 2014 yang dipublikasikan di jurnal Personality and Individual Difference, menemukan bahwa kecerdasan verbal, kemampuan manusia untuk menyelesaikan masalah, berpikir kritis dan penalaran abstrak, ternyata merupakan cara unik dan positif untuk memprediksi adanya kecemasan berlebih.
Menurut studi tersebut, seseorang yang punya kecerdasan verbal, ternyata punya kemampuan untuk mempertimbangkan apa yang terjadi di lalu dan akan terjadi di masa depan dengan detil yang luar biasa. Hal inilah yang menyebabkan kecemasan terjadi.
Tidak percaya Tuhan
Menjadi seorang ateis adalah sebuah pelanggaran nilai-nilai masyarakat, meski hal tersebut tak ada hubungannya dengan perilaku sang ateis kepada sesama manusia. Namun ada 35 penelitian ilmiah yang berkesimpulan bahwa orang yang tidak ber-Tuhan cenderung lebih pintar ketimbang seseorang yang relijius.
Penjelasan yang disampaikan dari sebagian studi tersebut adalah, konsep agama yang dianggap tak rasional oleh masyarakat ateis. Mereka tak menganggap kejadian-kejadian yang terkait agama itu sesuai kaidah ilmiah, tidak terbukti, dan tidak menarik bagi mereka yang bisa menggali lebih banyak tanpa ikatan agama.
Â
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka yang jenius atau cenderung cerdas memiliki permasalahan hidup yang secara khusus biasanya hanya mereka alami sendiri.
Baca SelengkapnyaOrang cerdas dan jenius biasanya memiliki sejumlah tanda tak biasa yang ditunjukkan.
Baca SelengkapnyaMengukur kepintaran seseorang bisa dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini juga termasuk untuk menilai apakah seseorang sebenarnya cukup pintar atau tidak.
Baca SelengkapnyaAnak jenius bisa menunjukkan tanda dan kebiasaan khusus yang bisa tampak mulai usia 5 tahun.
Baca SelengkapnyaTerdapat cara yang bisa dilakukan untuk menilai kepintaran diri kita sendiri.
Baca SelengkapnyaKecerdasan seseorang memiliki beragam dimensi untuk dinilai. Ketahui sejumlah tanda kecerdasan yang mungkin tampak pada seseorang menurut psikologi.
Baca SelengkapnyaSejumlah perilaku bisa tampak pada seseorang yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.
Baca SelengkapnyaKecerdasan pada anak kerap ditunjukkan dengan tingkah yang tak wajar dan dianggap kenakalan.
Baca SelengkapnyaKita cenderung meremehkan diri sendiri & mungkin merasa jauh dari gambaran orang cerdas & pintar. Namun, ada beberapa tanda kecerdasan yang jarang disadari.
Baca SelengkapnyaPada mereka yang pintar atau cerdas, terdapat beberapa tanda yang tampak dan bisa kita kenali.
Baca SelengkapnyaSeseorang yang pintar memiliki titik lemah yang muncul berupa sulit merasa bahagia.
Baca Selengkapnya