Saingi Spanyol, Bandung bakal gelar Perang Tomat setiap tahun
Merdeka.com - Kementerian Pariwisata RI berjanji mendukung penuh acara Perang Tomat di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Untuk perang tomat tahun depan, Kementerian Pariwisata kembali siap mendukung baik pendanaan maupun promosi.
"Komitmen Pak Menteri (Arief Yahya) sangat konsisten. Kita dukung secara spirit dan finansial," kata Kasubid Promosi Wisata Sejarah dan Religi Bidang Wisata Budaya Kementerian Pariwisata RI, Wawan Gunawan, di sela acara perang tomat, Rabu (4/11).
-
Kenapa Perang Tomat diadakan? Perang tomat digelar untuk mengingat perjuangan rakyat yang berperang di zaman dahulu. 'Jadi kegiatan ini untuk mengenang perjuangan rakyat zaman dahulu yang berperang menggunakan senjata. Acara ini juga menjadi satu-satunya di Indonesia,' kata Kepala Desa Serang, Sugito.
-
Siapa yang ikut Perang Tomat? Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.
-
Apa yang dilakukan dalam Perang Tomat? Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain. Perang Tomat merupakan salah satu tradisi unik warga lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Wisata Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.
-
Kapan Perang Tomat diadakan? Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada setiap event Festival Gunung Slamet. Terbaru, tradisi itu diselenggarakan pada hari Minggu, 14 Juli 2024.
-
Bagaimana cara main Perang Tomat? Para peserta perang terbagi ke dalam dua kubu. Mereka saling menyerang dengan melemparkan buah tomat dari genggaman.
-
Siapa yang biasa makan kerupuk di masa perang? Pada zaman peperangan dulu, kerupuk biasa dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang berada di strata sosial dan ekonomi bawah.
Ia menyebutkan, untuk 2016 mendatang Perang Tomat menjadi event tahunan Bidang Wisata Budaya Kementerian Pariwisata RI. Menurut dia sebuah event daerah semakin dilestarikan masyarakatnya akan semakin mendapat dukungan dari pemerintah pusat.
Namun ia tidak bersedia merinci besaran anggaran yang dikucurkan Kementerian Pariwisata untuk Perang Tomat. Namun yang jelas, sambung dia, biaya sarana dan prasarana seperti panggung, sound system, gamelan, penari, hingga spanduk dan umbul-umbul semua didukung pemerintah pusat.
"Kita bantu pembiayaan. Kita dengarkan aspirasi dan keperluan warga, misalnya perlu kaos, aksesoris, panggung dan lain-lain," ujarnya menegaskan.
Menurut dia, dengan dukungan pemerintah pusat masyarakat penyelenggara kegiatan akan mendapat dukungan baik spirit maupun pendanaan. Mereka jadi semangat menggelar perhelatan atau festival.
Bagi pemerintah pusat, dalam hal ini Pesona Indonesia yang merupakan branding wisata Kementerian Pariwisata juga memiliki kesempatan untuk melakukan promosi budaya nusantara.
Tim Pesona Indonesia, kata dia, turut merekam dan mendokumentasikan acara Perang Tomat. Dokumentasi tersebut akan dipromosikan sebagai tujuan wisata dalam skala lokal, nasional, regional hingga mancanegara.
"Jadi yang punya tradisi Perang Tomat itu bukan Spanyol saja, tapi di kita, sekampung ini (Cikareumbi) warganya Perang Tomat," katanya.
Efek dari acara tahunan yang digelar daerah atau kampung, kata dia, berpengaruh besar pada sektor lain. Misalnya produk pertanian menjadi makin terangkat, banyak wisatawan berkunjung, banyak warga jualan, tukang ojek laku, dan seterusnya.
"Ini akan multi-efek, terutama ekonomi. Ke depan diharapkan kunjungan wisatawan meningkat, hotel-hotel jadi penuh, para pedagang laku. Warga juga bisa saja menyediakan ruangan khusus menginap bagi para turis yang ingin menginap, kan nanti turis tersebut bayar ke warga," paparnya.
Namun, kata dia, Kementerian Pariwisata perlu mendapat dukungan terutama dari warga setempat dan kementerian lain. Misalnya partisipasi dan inisiatif warga meningkat, juga perlu ada sinergi dengan Kementerian PU untuk meningkatkan infrastruktur kampung seperti jalan dan penerangan, sinergi dengan Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kebersihan sanitasi warga.
"Jadi setiap daerah harus belajar dari setiap perhelatan yang mereka gelar. Misalnya menyiapkan tim kurator dan tim kreatif. Penataan tata ruang kampung," katanya.
Kementerian Pariwisata, dia melanjutkan, juga siap meningkatkan event lokal sebagai destinasi wisata nasional, bahkan luar negeri. "Kita akan gandengkan dengan perusahaan travel. Makanya infrastruktur harus bagus, jadi perlu sinergi dengan kementerian lain juga," ujarnya.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan berbekal ribuan buah tomat, para peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang ini saling menyerang satu sama lain.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaSelain memohon doa untuk kelancaran pertanian, tradisi ini juga digelar sebagai cara memupuk keguyuban dan persaudaraan petani.
Baca SelengkapnyaTidak hanya berhenti pada tanaman cabai, pihaknya juga mendorong Tim penggerak PKK untuk memproduksi komoditas lainnya.
Baca SelengkapnyaPenduduk Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, menggelar tradisi Ojung di sekitar sumber mata air Sumber Winong setiap Muharam atau Suro.
Baca SelengkapnyaFestival Kebangsaan yang digelar di Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah ada sejak tahun 1743 dan diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaWalau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam
Baca SelengkapnyaPertarungan Toqto adalah bagian dari perayaan dan ritual penting yang berlangsung di distrik Livitaca, di provinsi Chumbivilcas, Cusco.
Baca SelengkapnyaSelain warna-warni bunga, warga juga dihibur oleh beragam kesenian tradisional seperti tari-tarian.
Baca SelengkapnyaKepopuleran olahraga kasti di Sumenep mengalahkan sepak bola dan bulu tangkis.
Baca SelengkapnyaSebuah perayaan tradisi yang dilaksanakan rutin setiap tahun ini melibatkan seluruh petani untuk menyambut datangnya masa bercocok tanam.
Baca Selengkapnya