Bagaimana rasa bir dari kotoran gajah?
Merdeka.com - Tahun lalu, sebuah kopi yang terbuat dari kotoran gajah diperkenalkan dan dibanderol dengan harga USD 1.100 (sekitar Rp 10,6 juta). Sekarang, muncul lagi bir yang juga berasal dari bahan serupa. Bagaimana rasanya?
Jika kopi kotoran gajah dilaporkan Huffington Post tidak memiliki cita rasa layaknya tinja, untungnya bir ini juga sama. Rasanya tetap seperti bir pada umumnya.
Penyulingan Sankt Gallen di Jepang adalah pihak yang memproduksi bir dari kotoran gajah. Menurut RocketNews24, Sankt Gallen pertama kali memperkenalkan produknya saat April Mop dan terjual hanya dalam waktu beberapa menit saja.
-
Dari mana asal bahan-bahan masakan Jepang yang segar? Masakan Jepang terkenal dengan penggunaan bahan-bahan segar dan berkualitas tinggi, terutama produk laut seperti ikan, crustasea, dan rumput laut.
-
Apa yang dibuat oleh mahasiswa UGM dari kotoran sapi? Mahasiswa merupakan agen perubahan. Mereka telah menciptakan berbagai inovasi yang memberi dampak perubahan di tengah masyarakat. Terbaru, mereka melakukan inovasi dengan menyulap kotoran sapi menjadi batako untuk bahan bangunan.
-
Di mana jagung bakar banyak ditemukan di Jepang? Ini adalah makanan yang banyak ditemukan di festival atau pasar malam Jepang.
-
Mengapa mahasiswa UGM membuat batako dari kotoran sapi? Dinda Ramadhan mengatakan bahwa program Batako Bawono muncul karena permasalahan di Padukuhan Kulwaru, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang kurang efektif dalam memanfaatkan dan mengelola limbah kotoran sapi.
-
Apa itu Gadon Daging Sapi? Satu lagi pilihan menu sehat yang dapat menginspirasi Anda untuk memasak di rumah dengan cara dikukus adalah gadon daging sapi.
-
Bagaimana belut Jepang diolah? Pengolahan belut Jepang membutuhkan proses yang rumit, seperti membersihkan, memotong, dan memasak dengan saus khusus. Proses ini membutuhkan waktu dan tenaga, yang juga berkontribusi pada harga yang lebih tinggi.
Nama bir dari kotoran gajah tersebut adalah Un, Kono Kuro - gabungan kata 'unko' diartikan sebagai kotoran dalam bahasa Jepang.
Salah seorang kontributor RocketNews24 sempat mencoba bir kotoran gajah dan menyampaikan komentarnya. "Beberapa saat setelah meminumnya, tubuh saya masih bisa merasakan sensasi hangat dari bir."
Sayangnya, Sankt Gallen tidak memproduksi kembali bir dari kotoran gajah ini. Tetapi mengetahui respon positif dari respon masyarakat, bukan tidak mungkin suatu hari nanti akan ada banyak produk makanan yang berasal dari kotoran gajah yang bermunculan.
Un, Kono Kuro (Courtesy of RocketNews24)
Baca juga:Vodka dari fermentasi racun lebah, berani coba?Pria ini doyan makan bangkai hewan yang tertabrak kendaraanSemenology, buku resep bikin minuman dari spermaBalut, janin bebek yang lezat asal FilipinaMencicipi kue lezat berbentuk zombie, berani? (mdk/riz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melihat langsung bagaimana proses produksi kopi luwak di lereng gunung Ijen. Apa yang membuat jenis kopi ini disebut paling mahal di dunia?
Baca SelengkapnyaBir jawa, minuman favorit Sultan yang tidak memabukkan.
Baca SelengkapnyaRestoran ini tuai kritik karena menyajikan menu kantung telur gurita mentah.
Baca SelengkapnyaMakanan Indonesia ini dinilai ekstrem karena terbuat dari bahan yang tak biasa. Apa saja itu?
Baca SelengkapnyaKuliner ini memiliki cita rasa unik dengan memadukan tiga rasa yang berbeda.
Baca SelengkapnyaMilbenkase adalah jenis keju kambing unik yang dipenuhi jutaan tungau keju kecil. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaRestoran di Spanyol baru-baru ini mengeluarkan uang sebanyak Rp 534.028.280 untuk melelang sepotong keju. Yuk, simak fakta lengkap tentang keju termahal ini!
Baca SelengkapnyaMakanan tradisional yang unik dari Sulawesi Selatan ini konon sudah dikonsumsi bangsawan sejak zaman dulu.
Baca SelengkapnyaPulang dari Ciamis tanpa membawa oleh-oleh akan terasa kurang lengkap. Mulai dari camilan gurih hingga makanan khas yang kaya rasa.
Baca SelengkapnyaIkan sidat tengah menjadi komoditas ekspor yang makin diminati.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Kota Solo kurang lengkap jika tak mencicipi kulinernya.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, keberadaan makanan yang satu ini masih lestari. Pasalnya masyarakat masih terus mengonsumsinya hampir setiap hari.
Baca Selengkapnya