Berawal dari gerobak buku, kini jadi pusat buku terbesar di Bandung
Merdeka.com - Bicara buku di Kota Bandung tidak lepas dari Jalan Palasari, pasar buku tua dan terbesar yang hingga kini masih ramai. Pasar buku ini berdiri gara-gara pembersihan sejumlah kawasan jelang Konferensi Asia Afrika tahun 60-an.
Para pedagang buku Palasari generasi pertama merupakan pindahan dari Jalan Cikapundung, sebuah jalan di sebelah timur Gedung Merdeka. Di masa itu, Jalan Cikapundung ramai dengan kaki lima dan penjual buku, meskipun hingga kini masih ada beberapa penjual buku di Jalan Cikapundung Timur.
Mereka biasa melakukan jualan dengan sistem bongkar muat gerobak. Pagi sampai siang mereka menjajakan buku-buku bekasnya di pinggir Jalan Cikapundung. Sorenya mereka mengemasi kembali buku-buku tersebut ke dalam gerobak.
-
Bagaimana Toko Buku Bandung menarik pengunjung? Caranya adalah dengan membuat kondisi toko buku seramah mungkin bagi pengunjung, termasuk menghadirkan aneka jenis buku dengan harga terjangkau agar semakin banyak menarik para pembaca buku dalam mencari buku favoritnya.
-
Siapa yang mendirikan Toko Buku Bandung? Media sosial diklaim jadi salah satu penyebab utama menurunnya minat baca di Indonesia. Melihat kondisi ini, salah satu warga Kota Bandung bernama Deni Rachman, menaruh perhatian terhadap dunia literasi dengan mendirikan toko buku offline yang nyaman.
-
Kenapa buku-buku ini laris di Indonesia? Berbagai genre dapat dijelajahi, baik melalui toko fisik maupun platform online.Tak hanya itu, dunia literasi Indonesia semakin diperkaya dengan munculnya penulis-penulis baru yang menawarkan karya-karya terbaik mereka.
-
Apa yang dijual di toko buku Dadeng? Ragam bacaan mulai dari majalah, buku sekolah, sampai karya sastra terpajang rapi di sini.
-
Apa itu Pasar Baru? Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
-
Bagaimana cara loper koran menjual koran di Bandung? Dengan memakai sepeda motor yang dipasangi tas khusus di jok belakang, garda depan informasi ini bersiap keliling sepagi mungkin.
Menjelang peringatan KAA, para pedagang buku tersebut harus dibersihkan. Mereka direlokasi ke Palasari yang dekat dengan pasar tradisional. Darius, 70 tahun, salah satu pedagang buku di Palasari generasi pertama, mengatakan situasi Palasari era 60-an masih sangat sepi, jauh dari ramai seperti sekarang.
Secara umum kondisi Kota Bandung masih lengang, masih banyak pohon rindang dan ruang-ruang luas, belum menjadi kota padat seperti sekarang. Pusat keramaian terkumpul di satu titik, yakni Jalan Asia-Afrika yang berdekatan dengan Alun-alun Bandung.
Menanggapi rencana relokasi itu tadinya banyak pedagang buku yang menolak. Tetapi pemda waktu itu menjanjikan akan mempromosikan pasar buku Palasari termasuk mengarahkan sekolah-sekolah agar membeli buku di Palasari.
"Jadi kita pindah ke sini untuk menyambut KAA, kita dibersihkan," tutur Darius, saat berbincang dengan Merdeka Bandung, Jumat (6/11).
Darius sudah puluhan tahun tinggal di Bandung. Pria asal Padang ini memiliki dua kios buku di Palasari, keduanya bernama TB Pelita Jaya. Ia melanjutkan, pertama pindah ke Palasari para pedagang buku ditempatkan di lantai dua pasar, bagian bawahnya pasar tradisional.
Meski pangsa pasar buku masih sepi, para pedagang tetap bertahan. Situasi itu jauh berbeda dengan saat berjualan di pinggir sungai Cikapundung yang strategis karena berada di pusat kota.
Lama-kelamaan Pasar Buku Palasari mulai dikenal, terutama oleh kalangan pecinta buku dan mahasiswa. Tahun 90-an Palasari sudah dikenal sebagai pusat buku terbesar di Bandung. Namun pada tahun ini peristiwa memilukan terjadi, kebakaran melanda. Banyak koleksi buku langka yang tak terselamatkan.
Pasca-kebakaran, Darius dan sesama pedagang buku berusaha bangkit dengan mendirikan kios-kios buku di tempat yang lebih maju dari posisi sebelumnya, yakni tepat di pinggir Jalan Palasari. Mereka menjajakan sisa-sisa buku yang masih bisa diselamatkan.
"Alhamdulillah di sini ramai, sampai sekarang menjadi pasar buku terbesar," kata ayah tujuh anak ini. Sebagian pedagang ada yang pindah ke Pasar Suci, Jalan PHH Mustopa. Tapi kondisinya tidak lebih ramai dari Palasari.
Buku yang dijual di Palasari tidak hanya buku bekas. Malah kini para pedagang buku lebih banyak menawarkan buku baru beragam jenis, mulai bacaan umum, agama hingga buku pelajaran sekolah dasar sampai perguruan tinggi. "Kalau buku bekas, apalagi buku antik, sekarang makin sulit," terang Darius.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Toko buku lawas di gang Jalan Dewi Sartika ini masih terus eksis hingga kini.
Baca SelengkapnyaMenjelang dimulainya tahun ajaran 2023/2024, berbagai perlengkapan sekolah banyak diburu warga.
Baca SelengkapnyaMasuk tahun ajaran baru sekolah, buku tulis mulai banyak diburu orang tua murid.
Baca SelengkapnyaIa ingin berjuang menggiatkan kembali literasi melalui toko buku yang ia dirikan.
Baca SelengkapnyaBazar buku internasional ini telah berlangsung sejak 1 Desember 2023 hingga 7 Januari 2024.
Baca Selengkapnya'Toko Buku' ini menghadirkan koleksi buku-buku berkualitas dari berbagai genre dengan harga terjangkau serta diskon menarik.
Baca SelengkapnyaBazar buku internasional BBW digelar di Surabaya pada 28 Juli hingga 6 Agustus 2023. Jangan lewatkan keseruannya.
Baca SelengkapnyaDari aneka pakaian sampai makanan tradisional bisa dijumpai di Pasar Baru Trade Center. Harganya bisa ditawar dan tak bikin kantong bolong.
Baca SelengkapnyaCikapundung jadi daerah yang tersisa dari masa keemasan koran dan kini masih tetap bertahan di tengah senja kala yang mengancam
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta menyediakan fasilitas mobil perpustakaan keliling untuk anak-anak supaya giat membaca.
Baca SelengkapnyaSalah satu perpustakaan unik di Jawa Timur yang wajib dikunjungi ialah Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya.
Baca SelengkapnyaToko Buku Gunung Agung memberikan promo buy 1 get 3 untuk memikat para pengunjung jelang tutup permanen.
Baca Selengkapnya