Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cara Survive Buat Pelaku Industri Kelapa di Tengah Turunnya Harga Produk Kelapa Dunia

Cara Survive Buat Pelaku Industri Kelapa di Tengah Turunnya Harga Produk Kelapa Dunia ilustrasi pohon kelapa. © Rawpixel

Merdeka.com - Pandemi yang melanda dunia selama dua tahun belakangan memberi dampak besar dalam berbagai lini kehidupan, termasuk industri dan bisnis. Belum selesai dengan pandemi, munculnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang melibatkan negara-negara Eropa hingga Amerika semakin memperkeruh keadaan.

Stabilitas global yang tengah terganggu memberikan pengaruh besar dalam hubungan dan perdagangan internasional. Negara-negara dengan tingkat ekspor tinggi dibanding konsumsi domestik mereka dibuat kalang kabut. Pasalnya, akibat ‘perang’ Rusia-Ukraina ini permintaan pasar terhadap berbagai komoditas turut berpengaruh. Bahkan beberapa di antaranya mengalami penurunan drastis. Seperti yang terjadi dalam industri kelapa misalnya.

Industri kelapa yang sebelumnya sempat susah payah bertahan di tengah pandemi harus kembali dihantam dengan fenomena perang kawasan tersebut. Meski tak berdekatan langsung secara fisik, nyatanya negara-negara pengekspor kelapa dan produk turunannya merasakan dampak besar, khususnya di beberapa negara kawasan Asia Tenggara.

Di Filipina, Kopra pada bulan Maret 2022 berkisar USD 1.221/MT dan turun menjadi sekitar USD 773/MT di bulan Juli 2022. Sementara kelapa parut (desiccated coconut) di Filipina diperdagangkan masih di kisaran USD 2.700/MT di Maret, menjadi hanya sekitar USD 2.000/MT di Juli 2022. Bahkan untuk produk komoditas seperti kelapa kupas (coconut dehusked) yang minim nilai tambah, juga mengalami penurunan harga yang signifikan. Di Filipina dalam perdagangan domestik pada bulan Maret 2022 harganya masih USD 234/MT, sedang pada Juli 2022 menurun signifikan hanya di angka USD 151/MT.

Tak hanya di Asia, negara kawasan Eropa pun mengalami dampak penurunan demand tersebut. Seperti produk minyak kelapa atau coconut oil. Di perdagangan Eropa pada Maret 2022 masih senilai USD 2.243 /MT, namun pada Juli 2022 harganya turun hanya di kisaran USD 1.433 /MT.

Hal serupa ternyata juga terjadi di Indonesia, Thailand, Vietnam dan negara eksportir kelapa lain. Di mana industri kelapa dan produk turunannya ikut terguncang. Indonesia sendiri sebagai salah satu eksportir kelapa terbesar dibuat kelabakan dengan menurunnya demand dari negara importir.

Seperti yang diungkapkan oleh Alit Pirmansah, Market  Statistic Officer International Coconut Community (ICC). Menurut Alit, saat ini pelaku industri kelapa sedang tidak baik-baik saja. Di Indonesia maupun negara anggota ICC lain tengah menghadapi permasalahan yang sama.

“Permasalahan terbesar saat ini adalah menurunnya demand karena adanya ketidakstabilan global. Saat pandemi kemarin pelaku industri kelapa sudah berusaha survive dan masih bisa bertahan. Namun adanya gempuran ekonomi baru yang disebabkan dampak dari perang Rusia-Ukraina ini berbeda. Fenomena tersebut membuat industri kelapa semakin terpuruk,” kata Alit.

Perang Rusia-Ukraina menyebabkan stabilitas negara-negara kawasan Eropa dan Amerika menjadi tak stabil. Perekonomian di negara-negara tersebut juga terganggu. Alhasil, daya beli masyarakat menurun drastis. Hal inilah yang memberikan dampak besar terhadap anjloknya harga kelapa butir maupun olahan.

Alit menjelaskan, dengan kondisi market dunia yang saat ini tengah mengalami penurunan demand, meski harga jual produk diturunkan di bawah harga pasar pun, belum tentu akan laku. Karena penyebab utamanya adalah minimnya permintaan dan kebutuhan terhadap produk tersebut. Sehingga, meski saat ini harga kelapa sudah turun, permintaan impor kelapa dari negara lain tetap rendah.

Untuk menyikapi kondisi demikian, Alit menuturkan, ada beberapa opsi yang bisa dilakukan oleh para pelaku bisnis di industri kelapa. Yakni dengan meningkatkan konsumsi domestik dalam negeri. Hal ini juga bisa terwujud dengan sinergitas antar beberapa lini.

Meningkatnya konsumsi domestik terhadap kelapa dan produk turunannya akan menjadi jalan keluar terbaik. Alit mencontohkan, seperti di India, di mana konsumsi domestik mereka akan kelapa cukup besar. Sehingga adanya penurunan demand dari negara importir tak membuat mereka limbung. Industri kelapa di India yang besar akan tetap bisa terserap dengan baik karena konsumsi domestik yang tinggi.

Selain itu, ia melanjutkan, opsi lain yang bisa diterapkan adalah meningkatkan nilai tambah produk kelapa tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan saran supaya jangan hanya menjual kelapa butiran saja. Keseluruhan kelapa sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai jual tinggi, baik itu air, daging, batok kelapa hingga sabut kelapa.

“Kemampuan mengolah keseluruhan kelapa ini penting di masa seperti sekarang ini. Sebab kalau hanya mengandalkan penjualan kelapa butiran saja saya rasa akan kesulitan. Lesunya permintaan konsumen justru akan membuat para petani semakin sulit,” papar Alit.

Alit menjelaskan, fluktuasi nilai jual suatu produk di pasar global sebenarnya adalah hal yang biasa terjadi. Sebelumnya, dalam krisis global semua produk juga terdampak, namun memang kondisi pandemi yang dibarengi adanya perang yang memanas menambah keruh suasana.

“Kalau lihat ke belakang sebelum perang sebenarnya pertumbuhan industri kelapa ini bagus. Pandangan 5 tahun ke depan pertumbuhannya positif. Namun karena situasi tak terduga ini cukup terasa di berbagai kalangan. Harapannya setelah perang ini usai industri kelapa akan bisa bangkit lagi. Dan saya optimistis akan hal itu,” pungkasnya.

(mdk/tsr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Masa Depan Industri Kelapa Sawit di Tengah Ketidakpastian Global
Masa Depan Industri Kelapa Sawit di Tengah Ketidakpastian Global

Ketidakpastian global memberikan pengaruh terhadap industri sawit di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Pengusaha Kecewa Kinerja Industri Sawit Menurun Tahun Ini
Pengusaha Kecewa Kinerja Industri Sawit Menurun Tahun Ini

Kinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Satu Negara Maju di Eropa Anak Sekolah Sudah Tak Sarapan karena Kekurangan Pangan
Jokowi: Satu Negara Maju di Eropa Anak Sekolah Sudah Tak Sarapan karena Kekurangan Pangan

Jokowi memaparkan, 77 juta ton stok gandum yang berhenti di Ukraina karena perang.

Baca Selengkapnya
Curhat Pengusaha Minuman Ringan Makin Terpuruk: Kondisi Industri Ini Sangat Menyedihkan
Curhat Pengusaha Minuman Ringan Makin Terpuruk: Kondisi Industri Ini Sangat Menyedihkan

Selama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Produksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya
Produksi Kelapa Sawit Indonesia Diprediksi Turun di 2024, Ini Faktor Penyebabnya

Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.

Baca Selengkapnya
Melihat Kehidupan Para Perajin Tahu di Dusun Kanoman Boyolali, Makin Tercekik Harga Kedelai yang Mahal
Melihat Kehidupan Para Perajin Tahu di Dusun Kanoman Boyolali, Makin Tercekik Harga Kedelai yang Mahal

Industri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.

Baca Selengkapnya
Lewat Cara Ini, Indonesia Bisa Dongkrak Nilai Ekspor Kelapa 10 Kali Lipat
Lewat Cara Ini, Indonesia Bisa Dongkrak Nilai Ekspor Kelapa 10 Kali Lipat

Perubahan iklim berdampak degradasi lahan, hingga berkurangnya minat petani masuk ke sektor industri pengolahan kelapa.

Baca Selengkapnya
Di Depan Relawan, Jokowi Ungkap Dua Faktor Utama Masalah Pangan hingga Harga Beras Naik
Di Depan Relawan, Jokowi Ungkap Dua Faktor Utama Masalah Pangan hingga Harga Beras Naik

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan masalah pangan dalam negeri masih terjadi.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Momen Jokowi Disoraki Petani, Ceritakan Sulitnya Bahan Pupuk dari Rusia Akibat Perang
VIDEO: Momen Jokowi Disoraki Petani, Ceritakan Sulitnya Bahan Pupuk dari Rusia Akibat Perang

Presiden Jokowi menjelaskan penyebab sulitnya pupuk di depan para petani, di Banyumas, Jawa Tengah

Baca Selengkapnya
Harga Gula Dunia Merangkak Naik, Begini Kondisi Stok Gula dalam Negeri
Harga Gula Dunia Merangkak Naik, Begini Kondisi Stok Gula dalam Negeri

Harga gula dunia terus mengalami peningkatan yang disebabkan beberapa faktor.

Baca Selengkapnya
Gara-Gara Pandemi, Banyak Alat Pengeboran Migas Rusak, Langka dan Mahal
Gara-Gara Pandemi, Banyak Alat Pengeboran Migas Rusak, Langka dan Mahal

SKK Migas menyebut sejumlah alat pengeboran (rig) di industri sektor hulu minyak dan gas (migas) banyak yang tidak laik pakai.

Baca Selengkapnya