Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Setrika Payudara, Praktik Kekerasan terhadap Perempuan Afrika yang Jarang Disorot

Setrika Payudara, Praktik Kekerasan terhadap Perempuan Afrika yang Jarang Disorot Ilustrasi praktik setrika dada di Kamerun. ©2014 Merdeka.com/www.womensviewsonnews.org

Merdeka.com - "Hanya ada sedikit penelitian yang dilakukan atau perhatian diberikan pada penyetrikaan payudara, praktik berbahaya, terutama dilakukan pada anak perempuan dan perempuan di beberapa bagian Afrika selatan Sahara," jelas praktisi hak-hak asasi manusia, Frikjesus Amahazion, melansir dari laman National Center for Biotechnology Information (8/6/2021).

Amahazion mengungkapkan bahwa dari banyak kekerasan terhadap perempuan, kasus setrika payudara lebih sedikit mendapatkan perhatian. Hal itu berbeda dengan kasus pernikahan anak, mutilasi alat kelamin perempuan, dan lain-lain. Pembahasan itu diungkapnya melalui penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Global Health.

Praktik penyetrikaan payudara dilakukan untuk membuat dada anak perempuan di awal pubertas rata. Para ibu yang memiliki anak gadis di usia remaja menyetrika dada puteri mereka yang sedang tumbuh dengan batu, palu, spatula logam, atau kayu yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan si anak dari 'perhatian yang tak diinginkan' para pria.

Orang lain juga bertanya?

Frikjesus mengatakan, Badan Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan mencantumkan penyetrikaan payudara sebagai salah satu dari 'lima cerita yang kurang dilaporkan terkait dengan kekerasan berbasis gender'. Masih marak terjadi, namun jarang menjadi sorotan.

Praktik Setrika Payudara yang Menyakitkan dan Berbahaya

ilustrasi setrika payudara©Guardian/Inna Lazareva

Praktik setrika payudara umumnya melibatkan pukulan berulang, menekan, menyetrika, menggosok, atau memijat payudara dengan bantuan objek keras atau panas untuk menghentikan pertumbuhan payudara.

Praktik tersebut dapat mencakup penggunaan berbagai benda, seperti batu gerinda yang dipanaskan, wajan besi, sendok, palu, alu atau spatula kayu, sendok, sapu, atau setrika listrik. Benda lain yang sering pula digunakan antara lain buah hitam, tempurung kelapa, kulit pisang raja, dan daun atau tanaman tertentu yang dipercaya berkhasiat obat atau penyembuhan.

Setrika payudara juga dapat berupa membungkus atau mengikat perban dengan ketat. Selain itu, bisa menggunakan kompres elastis, kain, atau ikat pinggang di sekitar dada si perempuan.

Demi Menghindari Birahi Lelaki

Praktik setrika payudara diyakini akan menghindarkan perhatian pria dan pada akhirnya melindungi para perempuan muda dari pelecehan seksual, penyerangan, eksploitasi, dan pemerkosaan atau penyakit menular seksual.

Dada yang menonjol dianggap bisa menimbulkan birahi kaum lelaki. Jadi dengan dada yang rata para wanita akan terhindar dari pelecehan dan tampak lebih terhormat. Para ibu nekad menyetrika dada putri mereka sendiri karena mereka tak ingin putri mereka menarik perhatian kaum pria pada usia dini dan mengalami kehamilan di luar nikah.

Dilakukan oleh Keluarga Sendiri

Penyetrikaan payudara biasanya dilakukan oleh kerabat keluarga perempuan. Mereka adalah ibu, saudara perempuan, bibi, nenek, pengasuh, atau wali perempuan lainnya yang kemungkinan juga menjadi korban tradisi ini di masa muda. Umumnya, praktik ini dijaga sebagai rahasia antara anak perempuan dan ibu mereka atau wali lainnya.

Frikjesus mengatakan, kadang-kadang praktik tersebut dilakukan oleh bidan atau dukun yang dapat memberi mereka penghasilan tetap. Mereka yang dapat melakukan itu mendapatkan status sosial yang lebih tinggi.

Sampai saat ini, data dan studi empiris tentang penyetrikaan payudara sangat langka, sehingga prevalensi umum terkait perkara ini juga terbatas.

Tradisi yang Masih Subur di Sejumlah Negara Afrika

Frikjesus mengungkapkan sejumlah negara yang masih mempraktikkan penyetrikaan payudara, yaitu Burkina Faso, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Chad, Pantai Gading, Guinea-Bissau, Guinea-Conakry, Kenya, Nigeria, Togo, Afrika Selatan, dan Zimbabwe.

Ia menyebut, sebuah studi nasional pada 2005 yang dilakukan di Kamerun memperkirakan bahwa sekitar 25 persen anak perempuan dan perempuan telah menjalani prosedur tersebut. Selain itu, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa menyetrika payudara berkorelasi dengan agama, suku, kekayaan, atau pendidikan formal.

Selanjutnya, Frikjesus berharap perhatian yang lebih besar terhadap penyetrikaan payudara sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran dan melindungi hak dan kepentingan anak perempuan dan perempuan dengan lebih baik. Ia menyarankan kesetaraan gender harus dipromosikan dan norma, nilai, keyakinan, dan sikap patriarki yang mengakar kuat yang mendasari menyetrika payudara harus ditentang dengan tegas.

Sumber: Liputan6.com/Merdeka.com

(mdk/tsr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dewan Pers Ingatkan Media Hati-Hati Beritakan Kasus Kekerasan Seksual
Dewan Pers Ingatkan Media Hati-Hati Beritakan Kasus Kekerasan Seksual

Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, mengatakan, angka kekerasan seksual di masyarakat cukup tinggi berdasarkan hasil penelitian.

Baca Selengkapnya
UNICEF Ungkap 1 dari 8 Perempuan di Seluruh Dunia Pernah Alami Kekerasan Seksual Saat Masih di Bawah Umur
UNICEF Ungkap 1 dari 8 Perempuan di Seluruh Dunia Pernah Alami Kekerasan Seksual Saat Masih di Bawah Umur

Perempuan juga mengalami bentuk kekerasan non-kontak seperti pelecehan daring atau verbal.

Baca Selengkapnya
6 Februari Peringati Hari Anti-Sunat Wanita Sedunia, Ini Sejarahnya
6 Februari Peringati Hari Anti-Sunat Wanita Sedunia, Ini Sejarahnya

Peringatan ini menjadi bagian dari upaya PBB untuk menghapuskan pemotongan kelamin perempuan.

Baca Selengkapnya
Data Komnas Perempuan: Setiap Jam, 3 Wanita Indonesia jadi Korban KDRT di Rumahnya Sendiri
Data Komnas Perempuan: Setiap Jam, 3 Wanita Indonesia jadi Korban KDRT di Rumahnya Sendiri

Setidaknya tiga perempuan di Indonesia yang menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di setiap jamnya.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Penyebab Perempuan dan Anak Rentan Jadi Korban Perdagangan Orang
Ternyata Ini Penyebab Perempuan dan Anak Rentan Jadi Korban Perdagangan Orang

Kementerian PPPA mengungkap penyebab perempuan dan anak rentan menjadi korban perdagangan orang di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Stafsus Presiden Gelar Dialog Bahas Kekerasan Berbasis Gender Online, Kasus Tinggi Karena Korban Tak Lapor
Stafsus Presiden Gelar Dialog Bahas Kekerasan Berbasis Gender Online, Kasus Tinggi Karena Korban Tak Lapor

Sebab, termasuk enggan terjerat sebagai pelaku di UU ITE dan UU Pornografi.

Baca Selengkapnya
Marak Kasus KDRT, Rieke 'Oneng' Gemas Sudah Dibantu 'Eh Malah Balikan Lagi Sama Lakinya'
Marak Kasus KDRT, Rieke 'Oneng' Gemas Sudah Dibantu 'Eh Malah Balikan Lagi Sama Lakinya'

Politisi Rieke DIah Pitaloka bahas soal korban KDRT yang memutuskan kembali ke pasangannya.

Baca Selengkapnya
Kisah Pemijat Difabel Netra yang Rawan Pelecehan hingga Penipuan, Berharap Kehadiran Negara
Kisah Pemijat Difabel Netra yang Rawan Pelecehan hingga Penipuan, Berharap Kehadiran Negara

Para pemijat difabel netra berada dalam kondisi rentan, mulai dari pelecehan seksual sampai penipuan.

Baca Selengkapnya
10 Penyebab KDRT yang Sering Jadi Pemicu, Kenali Pula Jenis-Jenis Tindakannya
10 Penyebab KDRT yang Sering Jadi Pemicu, Kenali Pula Jenis-Jenis Tindakannya

Berikut penyebab KDRT yang sering menjadi pemicunya.

Baca Selengkapnya
Memprihatinkan, KemenPPPA Catat Pidana Asusila dan Kekerasan Seksual Anak di Jawa Sangat Tinggi
Memprihatinkan, KemenPPPA Catat Pidana Asusila dan Kekerasan Seksual Anak di Jawa Sangat Tinggi

Tindak kejahatan seksual dengan anak sebagai korban adalah yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
Komnas Perempuan: Tidak Ada Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Kekerasan Seksual
Komnas Perempuan: Tidak Ada Keadilan Restoratif Bagi Pelaku Kekerasan Seksual

Ini mempertimbangkan kerugian dan dampak negatif yang dialami korban dan tidak jarang bersifat permanen.

Baca Selengkapnya
FOTO: Aksi Kamisan ke-808, Aktivis Soroti Kekerasan Terhadap Perempuan
FOTO: Aksi Kamisan ke-808, Aktivis Soroti Kekerasan Terhadap Perempuan

Aktivis menyoroti pola-pola kekerasan terhadap perempuan yang tak kunjung disikapi secara serius oleh negara.

Baca Selengkapnya