Danau ini hanya boleh dipakai mancing sekali setahun
Merdeka.com - Tepat di bawah desa Bamba, di bagian utara negara bagian Dogon di Mali, terdapat sebuah danau kecil yang disakralkan. Pasalnya, penduduk setempat hanya diperbolehkan memancing di sini sekali dalam setahun - selama ritual unik yang disebut Antogo.
Danau dianggap suci karena dapat menyimpan banyak ikan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Tetapi, perubahan iklim, desertifikasi, dan seiring berjalannya waktu, kawasan itu secara bertahap menjadi kering, tidak subur dan tidak ramah.
Penduduk setempat kini menghadapi masalah besar seperti kurang tersedianya air. Namun, hingga saat ini danau masih menjadi SDA yang paling berharga bagi penduduk Bamba. Untuk menghemat air, mereka pun hanya mengurasnya sekali setiap tahun - selama perayaan ritual Antogo.
-
Kenapa danau biru dikunjungi oleh pelancong lokal? Menurut Yuli, salah seorang pengelola Pokdarwis Selendang Rinjani, Danau Biru lebih banyak dikunjungi oleh pelancong lokal di akhir pekan.
-
Kenapa ikan Situ Sangiang tidak boleh dipancing? Yang paling terkenal dari mitos dari nenek moyang, yakni pengunjung dilarang memancing atau mengambil ikan di danau tersebut. Ikan-ikan besar seperti nila, emas, lele dan lain-lain di sana merupakan jelmaan dari prajurit Kerajaan Talaga Manggung yang dulu menguasai seluruh wilayah Majalengka.
-
Siapa yang suka memancing? Abu Nawas suka memancing, tapi ia tidak pernah berhasil menangkap ikan.
-
Bagaimana cara warga menangkap ikan? Mereka hanya diperkenankan menangkap ikan menggunakan tangan dan jaring.
-
Kenapa Danau Kakaban ditutup untuk wisatawan? Kondisi Terkini Sejak 28 Desember 2023 hingga saat ini, Danau Kakaban masih ditutup untuk wisatawan. Kebijakan ini menyusul kondisi habitat ubur-ubur tak menyengat yang menurun drastis.
-
Siapa yang sering memancing di Kedung Cowet? Mengutip laman perhutani.co.id, di sepanjang aliran sungai Amazon van Indramayu tersebut akan banyak ditemui orang-orang yang hobi memancing. Mereka datang dari kota-kota sekitar, seperti Cirebon, Subang bahkan sampai Sumedang.
Antogo diselenggarakan pada bulan ke-6 selama musim kemarau, biasanya pada bulan Mei. Tanggal perayaan bisa berubah-ubah setiap tahun karena ditentukan oleh tetua desa. Saat ritual dimulai, laki-laki muda dan dewasa membentuk formasi di sekitar danau. Wanita dilarang ikut berpartisipasi dalam ritual ini karena dianggap tidak suci - karena adanya siklus menstruasi.
Ketika gemerincing lonceng dan suara tembakan terdengar, ratusan orang melompat ke dalam danau. Mereka pun mencoba untuk menangkap ikan sebanyak mungkin dan secepat mungkin. Ikan yang tertangkap disimpan dahulu di dalam tas kulit atau kadang-kadang di gigit sampai mereka dapat menemukan tempat untuk menyimpannya.
Ritual ini hanya berlangsung sekitar 15 menit, dan ketika tembakan diletupkan tidak ada yang boleh menangkap ikan. Semua ikan yang ditangkap kemudian diletakkan bersama-sama dan diserahkan kepada tetua desa, yang akan membagikannya ke desa-desa, sebagaimana dilansir Odditycentral.
Photo: Matteo BertolinoMenariknya, ritual ini sangatlah kontras dengan aspek-aspek lain yang diterapkan dalam budaya Dogon. Orang-orang dari daerah ini memiliki antipati terhadap air, dan mencoba untuk menghindarinya sebisa mungkin. Mereka lebih memilih untuk tinggal di sekitar bebatuan, bukit-bukit dan daerah kering lainnya - jauh dari sungai Niger. Namun saat festival Antogo digelar, semua ketakutan itu dikesampingkan sejenak dan orang-orang tampak asyik melompat ke dalam air untuk menangkap ikan-ikan mereka. Ironi.
Penasaran? Yuk lihat keunikan ritual Antogo di video ini!
(mdk/des)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Danau Tempe merupakan danau terbesar kedua di Pulau Sulawesi.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini juga bertujuan untuk membersihkan endapan yang menumpuk di dasar kolam.
Baca SelengkapnyaTradisi dari Aceh yang sampai sekarang masih dilaksanakan setiap tahunnya oleh para nelayan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil tangkapan ikan.
Baca SelengkapnyaKonon, ikan-ikan di sana bukan hewan asli melainkan jelmaan. Kemudian, terdapat larangan memancing apalagi mengonsumsi ikan dari Situ Sangiang.
Baca SelengkapnyaTradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Baca SelengkapnyaWisatawan yang berenang dianggap membahayakan ekosistem bawah laut.
Baca SelengkapnyaSitu Sedong dibangun pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Konstruksinya dimulai pada 1910 dan selesai pada 1918.
Baca SelengkapnyaMata air itu dijaga kemurniannya oleh warga. Untuk bisa masuk ke sana, pengunjung masih dikenakan biaya masuk seikhlasnya
Baca SelengkapnyaTradisi nyumbun dari Suku Duano Jambi ini mengandung makna mendalam.
Baca SelengkapnyaUniknya kearifan lokal ini terletak pada kegiatan membendung sungai sebelum mengambil ikan. Kemudian, cara memancingnya juga dilakukan beramai-ramai.
Baca Selengkapnya