Demi bayi-bayi prematur, kakek ini belajar merajut di usia 86 tahun
Merdeka.com - Bagi Ed Moseley, tak ada istilah terlalu tua untuk belajar sesuatu. Terutama jika hal tersebut dilakukan untuk anak-anak yang lahir prematur.
Ketika Dogwood Forest Assisted Living meminta bantuan warga Georgia untuk membuatkan topi bagi bayi-bayi yang lahir prematur, kakek 86 tahun ini langsung mengajukan diri. Padahal Ed sama sekali tak bisa merajut. "Saya tidak pernah merajut seumur hidup saya," tutur Ed kepada The Inside Edition.
Ed minta diajari cara merajut kepada putrinya. Rupanya pensiunan insinyur ini lumayan cepat belajar, meskipun awalnya dia memerlukan waktu 3 jam untuk membuat sebuah topi. Setelah terbiasa, Ed bisa menyelesaikan satu topi dalam waktu satu setengah jam. "Sekarang saya bisa menonton TV dan merajut pada saat yang sama," katanya.
-
Siapa yang bantu bayi belajar pakai baju? Ketika mereka mencapai usia 2 tahun, banyak anak sudah bisa mengenakan baju atau celana dengan bantuan orang tua.
-
Siapa yang membantu bayi prematur gemuk? Pemantauan ketat dari tenaga medis, seperti dokter anak dan ahli gizi, yang akan membantu memastikan bahwa bayi prematur mendapatkan asupan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
-
Siapa yang melahirkan bayi? Hari ini, Rabu (31/7), Tengku Dewi Putri telah melahirkan bayi kedua berjenis kelamin perempuan di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan.
-
Siapa yang mentahnik bayi? Diriwayatkan dari Aisyah radiallahu anha bahwa Nabi sering didatangi para orang tua yang membawa bayinya untuk dimintakan berkah dan di tahnik.
-
Siapa yang merawat bayi-bayi di yayasan? Dengan dibantu lima orang pengasuh, mereka sabar merawat bayi tersebut, layaknya anak atau keluarga sendiri.Salah satu pengasuh, Essy Trisia Ngongo sudah lima bulan merawat bayi tersebut dan secara bergiliran merawat bayi-bayi itu Perempuan dari Sumba, Nusa Tenggara Timur, itu memang suka dengan anak-anak.
-
Siapa yang bisa belajar crochet? Crocheting dapat dilakukan oleh siapa saja, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman.
Ed berencana membuat 30 topi setiap bulan sampai National Preemie Awareness Day. Saat itu, topi yang berhasil dibuat akan diserahkan ke Northside Hospital. Para tetangga pun turun tangan, ikut merajut dan mengumpulkan hasil karya mereka di rumah Ed. "Kami mulai memenuhi sofa saya dengan topi, dan kemudian tiba-tiba, topi-topi mulai datang dari berbagai tempat."
Dalam beberapa minggu, 300 topi berhasil dikumpulkan dan didonasikan ke rumah sakit tepat waktu.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia belajar membuat inkubator ini berbekal video youtube yang ia tonton.
Baca SelengkapnyaPasutri kakek nenek berjualan kandang tetap semangat walau mendapat penghasilan yang terhitung miris.
Baca SelengkapnyaLaki-laki yang tidak diketahui namanya itu terlihat piawai melempar topi dan meletakkannya di kepala.
Baca SelengkapnyaSudah banyak pelajaran hidup yang ia peroleh sejak memakai topi antiknya.
Baca SelengkapnyaSaat menemani ayahnya berobat, si pria ini mengaku terharu ketika bertemu dengan seorang kakek-kakek ini.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang baru 13 tahun, Adit harus merawat kedua orang tuanya yang menderita stroke.
Baca SelengkapnyaKakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaDi masa tuanya, ia masih harus bekerja untuk mengisi perut keluarganya.
Baca SelengkapnyaViral kisah haru perjuangan lansia berusia 80 tahun bersama anaknya ODGJ. Ia berjualan dengan membawa sang anak.
Baca SelengkapnyaBaru lulus sekolah pada usia senja, nenek 116 tahun tampak masih segar bugar.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini di usianya yang senja, ia masih gigih untuk mengasah kemampuannya melengkingkan suara dalam melantunkan beluk.
Baca Selengkapnya