Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Di balik filosofi perang tomat busuk

Di balik filosofi perang tomat busuk Perang tomat. ©2015 Merdeka.com/ Iman Herdiana

Merdeka.com - Perang tomat mengandung simbol yang sarat dengan kearifan lokal. Tomat yang dipakai perang tomat adalah tomat busuk yang tidak dapat dijual apalagi dimakan. Pelemparan tomat busuk sebagai simbol dari dibuangnya kebusukan yang ada dalam diri manusia.

“Tomat busuk artinya berkaitan membuang melempar sifat busuk yang ada dalam diri kita atau di masyarakat, itu mesti dibuang,” kata penggagas perang tomat, Mas Nanu Muda atau yang akrab disapa Abah Nanu, di sela perang tomat di Kampung Cikareumbi, RT03/RW 03, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (4/11).

Dosen tari tradisional Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini menegaskan, acara perang tomat bukan bentuk kemubaziran. Sebab tomat yang dipakai adalah tomat yang tidak layak makan alias busuk.

“Daripada dibiarkan di kebun atau di tempat sampah lebih baik menjadi sebuah event yang bermanfaat. Jadi maaf jika ada yang mengira acara ini membuang-buang tomat yang bermanfaat, tapi kita memakai tomat busuk sebagai simbol dari membuang sifat busuk yang ada di dalam diri kita,” jelasnya.

Simbol lain dari ritual perang tomat adalah adanya pasukan khusus yang mengenakan topeng dari bambu. Topeng ini juga sebagai simbol bahwa manusia harus melepas kepalsuan, manusia harus menunjukkan hati yang bersih tanpa harus mengenakan topeng.

“Dalam perang tomat itu yang dilempar adalah topeng, topeng itu sifat buruk, muka-muka palsu diri. Yang mukanya seperti topeng itu mesti dibuang mesti dilempar,” katanya.

Dengan kata lain, dalam hidup bermasyarakat dan bernegara tidak boleh memakai topeng kepalsuan. Manusia harus menunjukkan hati yang sebenarnya. Topeng itu harus dilempar dengan tomat busuk. “Lemparanya seperti lempar jumroh, bedanya di sini dengan tomat busuk,” tambahnya.

Ia menuturkan, acara perang tomat dimulai sejak 2012 yang terinspirasi dari Festival Cihideung, yakni festival tahunan tentang ritual ruatan bumi yang juga di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Dalam Festival Cihideung ada warga dari Cikareumbi yang ikut. Warga tersebut berharap ada budaya serupa di daerahnya. Kampung Cikareumbi sendiri merupakan sentral sayuran termasuk tomat. Jika harga sedang anjlok, tomat-tomat sering dibiarkan membusuk di pohonnya.

(mdk/frh)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bagaimana Sih Sebenarnya Cara Membedakan Buah dan Sayur?
Bagaimana Sih Sebenarnya Cara Membedakan Buah dan Sayur?

Beberapa sayur dan buah sering tertukar di antara keduanya. Lalu sebenarnya bagaimana cara membedakan buah dan sayur?

Baca Selengkapnya
10 Jenis Tomat dengan Berbagai Bentuk, Ukuran, dan Rasa yang Berbeda, Mana Favoritmu?
10 Jenis Tomat dengan Berbagai Bentuk, Ukuran, dan Rasa yang Berbeda, Mana Favoritmu?

Mulai dari tomat sayur hingga kumato, setiap jenis tomat memberikan kontribusi yang bagus bagi kesehatan tubuh. Ini dia 10 jenis tomat yang ada di sekitar kita.

Baca Selengkapnya
120 Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia & Artinya, Para Pelajar Harus Tahu
120 Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia & Artinya, Para Pelajar Harus Tahu

Berikut kumpulan contoh peribahasa Bahasa Indonesia dan artinya.

Baca Selengkapnya