Kisah Tinder Swindler Wanita dari Florida, Keruk Rp41 Miliar dari Lansia
Merdeka.com - Beberapa waktu lalu, film dokumenter Netflix, Tinder Swindler menjadi bahan pembicaraan di dunia maya. Film itu mendokumentasikan sepak terjang penipu ulung di aplikasi perkencanan, Simon Leviev. Kali ini, ada seorang perempuan asal Amerika Serikat yang dijuluki Tinder Swindler juga. Dialah Peaches Stergo, penipu yang didakwa atas tuduhan fraud.
Menurut laporan People (27/1/2023), FBI menyebut perempuan berusia 36 tahun asal Florida itu diduga telah menipu seorang lansia berusia 87 tahun pada 2017 hingga 2021.
"Terdakwa tanpa perasaan 'memangsa' seorang warga negara usia lanjut hanya untuk mencari teman, menguras tabungan seumur hidupnya," ujar Michael Driscoll, asisten direktur yang bertanggung jawab untuk kantor lapangan FBI di New York ketika mengumumkan dakwaan pada Rabu, 25 Januari 2023.
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Apa saja jenis aplikasi penipuan? Penipuan dapat menyebabkan kerugian finansial, pencurian identitas, dan penyusupan informasi sensitif.
-
Bagaimana pelaku menjalankan modus penipuan ini? Kesaksian Korban Belum lama ini, terungkap modus kejahatan baru yang menyasar para pencari kerja. Diungkap sejumlah korban yang baru saja melakukan interview di salah satu lokasi berkedok perusahaan di Duren Sawit, pelaku membujuk agar sejumlah uang diserahkan. Bukan tanpa alasan, para korban turut dijanjikan segera mendapat pekerjaan impian. Sontak, uang tersebut diminta pelaku.
-
Siapa yang terlibat dalam penipuan ini? Ia dituduh sebagai kaki tangan Barbara, namun tampaknya sangat bersedia untuk bersaksi melawan istrinya itu dengan imbalan hukuman yang lebih ringan.
-
Siapa korban penipuan ini? Namun data universitas itu masih dalam penyidikan sehingga belum bisa disampaikan ke publik.
-
Kenapa aplikasi penipuan berbahaya? Penipuan dapat menyebabkan kerugian finansial, pencurian identitas, dan penyusupan informasi sensitif.
Berawal dari Situs Perkencanan
Menurut dakwaan Departemen Kehakiman, Stergo menggunakan nama samaran, Alice, saat merayu pria yang tidak disebutkan namanya hingga terpaksa mengirimkan hingga 2,8 juta dolar AS atau sekitar Rp41 miliar. Mereka berkenalan di situs perkencanan enam atau tujuh tahun lalu.
"Stergo memberi tahu korban bahwa dia telah menyelesaikan gugatan hukum terkait kecelakaan mobil yang mengakibatkan cedera, tetapi pengacaranya tidak akan mencairkan dana penyelesaian sampai dia menerima sejumlah uang," bunyi keterangan dalam dakwaan tersebut.
Terbujuk dengan cerita tersebut, korban akhirnya bersedia memberikan cek pertamanya kepada Stergo sebesar 25 ribu dolar AS atau sebesar Rp374 juta pada Mei 2017, menurut catatan bank. Sejak itu, Stergo membujuk pria tua itu untuk mengirimkan cek untuknya setiap bulan, bahkan jumlahnya rata-rata mencapai 50 ribu dolar AS atau sekitar Rp749 juta.
Setelah cek disetor, wanita tersebut memberi tahu korban bahwa bank membutuhkan lebih banyak uang atau rekeningnya akan dibekukan dan ia tidak akan dibayar kembali.
Hasil Penipuan Digunakan untuk Membeli Barang-Barang Mewah
Merasa dirugikan oleh Stergo, pria yang jadi korban akhirnya memberi tahu putranya mengenai pengiriman uang bulanan pada Stergo. Sang anak kaget dan menyuruhnya untuk berhenti mengirimkan uang bulanan mulai Oktober 2021.
Menurut surat dakwaan, motivasi 'Alice' dalam menjalankan skema penipuan adalah memperkaya dirinya sendiri. Uang bulanan yang dikirimkan pria korbannya digunakan untuk berfoya-foya.
Stergo memanfaatkan uang itu untuk membeli rumah di kompleks hunian mewah dengan keamanan eksklusif. Ia juga membeli kondominium, perahu, dan beberapa mobil. Dua di antara sederet mobil mewah yang ia beli adalah Corvette dan Suburban.
Tidak hanya itu, wanita umur 36 tahun itu juga melakukan perjalanan mahal, dan tinggal di hotel mewah, seperti Ritz Carlton. Stergo juga menghamburkan uangnya untuk membeli makanan mahal, emas batangan, perhiasan, dan jam tangan Rolex.
Dia juga memborong pakaian desainer mahal seperti Tiffany, Ralph Lauren, Neiman Marcus, Louis Vuitton, dan Hermes. "Korban kehilangan tabungan seumur hidupnya dan terpaksa menyerahkan apartemennya," tulis dakwaan tersebut.
Modus Penipuan yang Marak di Situs Perkencanan
© unsplash.com/René Ranisch
Kisah Alice atau Peaches Stergo menjadi satu di antara sederet kasus penipuan hingga jutaan dolar melalui aplikasi perkencanan.
Selain penipuan bermodus wire transfer yang dijalankan Simon Leviev dan Peaches Stergo, ada juga penipuan bermodus food digging. Kejahatan yang satu ini dilakukan dengan memesan makanan mahal saat kencan pertama.
Melansir laman Times Now News, modus tersebut biasanya dilakoni oleh penipu yang bekerja sama dengan perempuan cantik untuk menarik perhatian pria. Taktiknya adalah kencan pertama diatur dengan cepat, biasanya pihak perempuan mengatakan tertarik untuk berbincang langsung dan mengajak ke suatu tempat.
Nantinya, pihak perempuan akan sengaja memesan menu termahal pada restoran atau bar yang dikunjungi. Untuk urusan bayar, biasanya dia menyuruh pihak laki-laki untuk membayar makanan tersebut.
Setelah kencan pertama, perempuan itu akan menghilang dan kembali dengan pria lainnya untuk melangsungkan 'kencan pertama'. Tipuan ini biasanya disebut dengan food digger.
Tidak jarang, para food digger biasanya mengajak sekelompok teman untuk merasakan makanan mewah dan sengaja untuk memilih tempat yang mahal. Terkadang tidak hanya satu tempat saja tetapi beberapa tempat.
Menanggapi maraknya penipuan di situs perkencanan, Match Group mengumumkan peluncuran kampanye baru yang akan memperkenalkan pesan dalam aplikasi dan pemberitahuan email berisi tips menghindari penipuan online untuk para pengguna. Match Group adalah perusahaan induk aplikasi perkencanan seperti Tinder, Match, Hinge, Meetic, OkCupid, Pairs, PlentyOfFish, OurTime, Azar, dan Hakuna Live.
Kampanye tersebut akan dimulai pada Januari 2023 di lebih dari 15 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, Jepang, India, Jerman, Prancis, Spanyol, dan Italia.
Reporter: Geiska VatikanSumber: Liputan6.com
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi penipuan dengan bujuk rayu, rayuan, yang pada akhirnya korban tertarik dengan iming-iming maupun rayuan,
Baca SelengkapnyaSaat ini, pelaku sudah ditangkap dan ditahan oleh Polda Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaDari hasil pemeriksaan seorang korban membeli lelang arisan sebesar Rp 4,1 juta kemudian ia akan mendapatkan uang Rp 5 juta.
Baca SelengkapnyaKeluarga besar korban pun ikut tertipu dengan aksi pelaku
Baca SelengkapnyaEmpat pelaku yang ditangkap terdiri dari tiga pria berinisial AS, SA, RSKT dan DW.
Baca SelengkapnyaMereka mampu menggaet pelaku melalui aplikasi dating Tinder, Bumble, Okcupid, Tantan dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaPolres Sambas menangkap seorang perempuan berinisial MS yang diduga melakukan penipuan dengan modus menjual lelang arisan.
Baca SelengkapnyaSejak PO Bulan Mei 2022, pembayaran profit mulai tidak lancar dan ketika dikonfirmasi tersangka memberikan berbagai alasan yang tidak jelas.
Baca SelengkapnyaAwalnya korban menerima telepon oleh pelaku yang mengaku sebagai petugas BPJS
Baca SelengkapnyaSeorang wanita ditangkap Polres Ende karena terlibat penipuan arisan online.
Baca SelengkapnyaKeduanya berkenalan melalui aplikasi perjodohan sekitar awal Mei 2024.
Baca SelengkapnyaIa menjelaskan bahwa pengungkapan perkara itu berawal dari penemuan seorang lelaki dalam kondisi terikat lakban pada Sabtu.
Baca Selengkapnya