Mantan dosen China habiskan 20 tahun untuk hidupkan Lembah Yelang
Merdeka.com - Song Peilun merasa prihatin saat Lembah Yelang yang dulunya merupakan pusat kebudayaan China tergerus oleh kemajuan zaman. Demi mengembalikan kejayaan ke daerah tersebut, Song mendedikasikan 20 tahun hidupnya untuk mendirikan sebuah wonderland di tengah desa terpencil. Berkat upayanya, kini Song dianggap sebagai Bapak Lembah Yelang.
Dilansir Chuansong, berabad-abad lalu Lembah Yelang adalah pusat kegiatan politik. Para arkeolog yakin sejumlah unsur budaya kuno China berakar dari daerah ini. Song sendiri sudah pernah melakukan riset mengenai Yelang dan merasa kagum terhadap kekayaan budayanya. Sayangnya, tak ada satupun peninggalan budaya yang masih tersisa di sana. Modernisasi dan infiltrasi budaya telah melenyapkan seluruh sisa kejayaan Yelang.
-
Apa yang unik dari masyarakat kampung ini? Daerah tersebut dikenal dengan akulturasi masyarakat Dayak dan Tionghoa.
-
Apa yang dibuat di desa pengrajin genteng? Di desa itu, banyak warga yang berprofesi sebagai perajin genteng, bahkan saat usianya telah lanjut
-
Apa yang unik dari desa ini? Dengan penduduk sekitar 4.000 orang, kisah desa ini sama uniknya dengan arsitekturnya.Kisah menakjubkan ini berawal dari penduduk desa yang mengabaikan keamanan karena keyakinan mereka pada Dewa Shani, yang mereka anggap sebagai pelindung desa.
-
Siapa yang membuat genteng di desa? Pak Sulis, salah satu pengrajin genteng di sana, tengah membuat tanah merah seperti adonan kue.
-
Bagaimana penduduk desa purba membangun rumah mereka? “Membangun desa (permukiman) dalam bentuk panggung itu pekerjaan yang kompleks, sangat rumit, sangat sulit, dan penting untuk memahami mengapa orang-orang ini membuat pilihan ini,“ jelas Adrian Anastasi dari Institut Arkeologi Albania (AIA).
-
Siapa yang mendirikan Desa Bahasa? Desa Bahasa didirikan sejak 1968 namun baru diresmikan pada 2007. Pada awalnya, pendirian desa bahasa itu dilakukan untuk mengedukasi warga setempat.
Setelah mengunjungi Crazy Horse, sebuah monumen di puncak gunung South Dakota yang didedikasikan untuk penduduk asli Amerika, Song merasa terinspirasi. Dia berniat melakukan hal yang sama untuk Yelang. Pada tahun 1996, Song berhenti dari pekerjaannya sebagai dosen dan membeli lahan seluas 200.000 meter persegi tengah hutan Guizhou, Lembah Yelang.
Song mengajak penduduk setempat untuk berhenti menambangi batu di sana dan menggunakannya untuk membangun sejumlah struktur unik. Lambat laun, Song dan warga desa sekitar membentuk sebuah komunitas artistik. Komunitas yang solid dengan mimpi kolektif, mewujudkan sebuah desa seni sebagai bentuk penghormatan kepada peradaban kuno yang pernah berkembang subur di daerah tersebut.
Salah satu patung di dalam desa seni Song Peilun. ©2016 CCTV NewsBeberapa sosok penting dalam proyek tersebut sudah meninggal dunia. Song sendiri sempat kehabisan dana. Namun warga setempat bahu-membahu untuk melanjutkan pembangunan.
Song Peilun beridiri di tengah desa seni yang dia bangun. ©2016 CCTV NewsDalam waktu 20 tahun, ambisi Song terwujud. Desa seni yang dia bangun sebagai sebuah monumen penghormatan kini berkembang menjadi salah satu atraksi wisata yang cukup populer. Jika suatu saat bukti jerih payahnya harus menghilang atau terpaksa dirobohkan, Song mengaku tak khawatir. Dia akan menghabiskan 20 tahun lagi untuk membangunnya kembali.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Desa Cibuntu punya banyak potensi wisata. Dapat banyak penghargaan.
Baca SelengkapnyaPerkembangan kota Medan di masa lalu yang kita bisa rasakan dampaknya sekarang tidak lepas dari peran seorang tokoh dari Tionghoa.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan Dusun Butuh menjadi desa wisata tak lepas dari kekompakan warganya
Baca SelengkapnyaPenghargaan ini menjadi wujud pengakuan dan penghargaan atas pencapaian yang telah berhasil dilakukan oleh desa.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, pemiliknya ternyata sosok yang pernah bekerja keras sebagai TKW di Malaysia.
Baca SelengkapnyaJawara asal Bekasi, Haji Kunang memiliki rumah mewah dan tanah seluas 2 hektar untuk dibangun rumah anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaMeski berada di tepi jurang, namun perkampungan tersebut padat penduduk.
Baca SelengkapnyaDi luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.
Baca SelengkapnyaSelain bangunan yang bernilai sejarah tinggi, rumah Ong Boen Tjit juga menjadi saksi bisu perkembangan Kota Palembang dari waktu ke waktu.
Baca SelengkapnyaPohon-pohon mangrove yang tumbuh dengan akar-akarnya yang unik telah menambah keindahan alam yang ada di destinasi ini.
Baca SelengkapnyaNantinya bangunan itu akan dilengkapi sejumlah fasilitas seperti perpustakaan, museum desa, dan gardu pandang
Baca SelengkapnyaSebanyak enam belas gubug produksi pandai besi menjadi pemandangan unik di kampung tersebut.
Baca Selengkapnya