Meneropong pendidikan anak-anak Indonesia yang "tak kenal Indonesia"
Merdeka.com - Kinabalu, sebuah kota yang berada di tepi wilayah perbatasan wilayah Indonesia dan Malaysia ternyata menyimpan cerita menarik tentang pendidikan anak-anak Indonesia yang tinggal di wilayah tersebut. Berada di wilayah yang cukup terpencil, anak-anak Indonesia yang berada di sana, sebagian besar merupakan anak-anak dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di perusahaan kelapa sawit milik Malaysia. Merantau ke negeri seberang tak hanya menyajikan cerita tentang para TKI namun juga anak-anak mereka yang ikut tinggal bersama mereka.
Anak-anak Indonesia di Kinabalu ©Weny Nilasari
-
Dimana anak-anak bisa belajar? Aktivitas seperti berjalan-jalan di alam, memasak bersama, atau mengunjungi taman atau kebun binatang memberi anak-anak kesempatan untuk bertanya dan belajar.
-
Dimana anak Komeng bersekolah? Keduanya lulus dari International Islamic School (IISS).
-
Di mana seorang anak berdomisili? Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1 tahun 1974).
-
Di mana pekerja Indonesia bekerja? Haygrove, sebuah perkebunan di Hereford yang memasok buah beri ke supermarket Inggris, memberikan surat peringatan kepada pria tersebut dan empat pekerja Indonesia lainnya tentang kecepatan mereka memetik buah sebelum memecat mereka lima dan enam pekan setelah mereka mulai bekerja.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Bagaimana anak-anak belajar di Kampung Saungkuriang? 'Akhir KKN ini, kami menerima kunjungan empat sekolah SD di Kecamatan Cipondoh, untuk merasakan langsung pesona Kampung Saungkuriang. Dengan kegiatan memberi makan hewan, membuat ekoprint, dan beberapa kerajinan dari barang bekas. Serta membuat aquaponik di mana anak-anak dapat menanam sekaligus memelihara ikan,' paparnya.
Weni Nilasari, salah seorang guru yang turut berperan dalam membina pendidikan anak-anak Indonesia di negeri Jiran berbagi cerita kepada merdeka.com tentang kisah pendidikan anak-anak Indonesia yang tinggal di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Weni bercerita bahwa anak-anak Indonesia di Kinabalu, memperoleh fasilitas pendidikan dasar 9 tahun. Membuat anak-anak tersebut tertarik untuk belajar di sekolah, memang bukan perkara yang mudah. Dengan fasilitas seadanya, Weni dan kawan-kawan berusaha untuk membuka mata anak-anak Indonesia yang bahkan belum mengenal Indonesia.
Anak-anak Indonesia yang ada di Kinabalu ditawarkan untuk mengenyam pendidikan sejak Tingkat Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Pertama. Tadika, sebutan yang diberikan untuk jenjang Taman Kanak-Kanak di Malaysia di peruntukkan bagi anak-anak yang berusia 5 tahun ke atas. Selain Tadika, anak-anak tersebut juga disediakan pendidikan dasar untuk jenjang Darjah (sebutan untuk tingkatan Sekolah Dasar) dan Tingkatan (sebutan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama).
Pendidikan Tadika dan Darjah (jika digabungkan disebut dengan Humana) merupakan program pendidikan yang disponsori oleh UNICEF. Para pengajarnya terdiri gabungan guru-guru Indonesia-Malaysia. Sedangkan Tingkatan merupakan program pendidikan yang disponsori oleh pemerintah Indonesia melalui Community Learning Center (CLC). Para pengajar CLC adalah guru-guru yang didatangkan dari Indonesia, termasuk Weni.
Baik Humana maupun CLC terdiri dari anak-anak TKI yang bekerja di perusahaan kelapa sawit di Malaysia. Di wilayah Sabah saat ini, terdapat sekitar memiliki 27.000 anak-anak Indonesia yang tersebar di berbagai perusahaan, termasuk perusahaan yang ada wilayah Kinabalu.
Penting untuk diketahui, anak-anak ini tinggal bersama kedua orang tua mereka di area perumahan pekerja yang berada di dalam area ladang (sebutan mereka untuk perusahaan). Mereka tidak bersekolah di dalam satu gedung secara bersama-sama layaknya sekolah pada umumnya. Tetapi, para guru yang nantinya akan mendatangi ladang mereka dan mengajarkan materi pelajaran. Weni mengungkapkan bahwa saat ini mereka memiliki sekitar 78 murid yang tersebar di beberapa perusahaan.
Untuk mengajar, Weni dan kawan-kawannya difasilitasi dengan kendaraan berupa sepeda motor. Jarak tempuh untuk mengajar pun tidak dekat, paling tidak mereka harus melalui sekitar 6 jam perjalanan. Weni mengakui bahwa tempat tinggalnya terbilang jauh lebih dekat dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. "Tempat tinggal saya mengajar masih dibilang tidak terlalu sulit. Kebetulan saya tinggalnya di dekat jalan raya, sekitar 6 jam perjalanan untuk mengajar", ungkap Weni. Jarak tempat tinggal teman Weni yang lain, bisa mencapai jarak 24 km dari tempat mengajar, yang ditempuh dengan menggunakan bus umum. Jarak tempuh itu belum termasuk jarak yang harus mereka tempuh untuk keluar ladang dengan luas hektaran.
Weni bercerita bahwa dirinya pernah mengajar anak-anak Humana dan kini aktif mengajar anak-anak di Tingkatan (SMP). Anak-anak yang belajar di Tingkatan adalah anak-anak yang sudah berhasil lulus dalam ujian paket A. Anak-anak tersebut bisa mendapatkan ijazah setelah menuntaskan pendidikan Tingkatan melalui ujian Nasional dengan standar kurikulum pendidikan Indonesia.
Mengajar anak-anak Indonesia ini tak semudah yang dibayangkan. Ini karena mereka telah terbiasa dengan budaya melayu secara kasat mata terlihat jelas melalui bahasa yang mereka gunakan. Menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari membuat para pengajar, termasuk Weni mengalami kesulitan untuk memberikan materi pelajaran kepada anak-anak tersebut. Mereka bahkan belum mengenal Indonesia dan tak paham jika diajak berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. "Anak Indonesia yang tak mengenal Indonesia", mungkin itulah sebutan yang sesuai untuk menggambarkan mereka saat ini.
(mdk/SRA)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ditanya soal negara Eropa, jawaban mereka begitu memprihatinkan.
Baca SelengkapnyaAbetnego mengungkapkan saat ini ada sekitar 21.000 anak PMI di kota Kinabalu, Malaysia
Baca SelengkapnyaIntip potret sekolah di pedalaman hutan Papua, ternyata ada yang bertaraf internasional.
Baca SelengkapnyaSetiap hari mereka menyeberang sungai itu tanpa didampingi orang tua
Baca SelengkapnyaSejumlah mahasiswa yang menjalani KKN di Desa Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Jember berinovasi menciptakan permainan atau game yang mengasah kepekaan.
Baca SelengkapnyaUniversitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan 8 universitas ternama di Malaysia lainnya membuka Pusat Kegiatan Pendidikan Tinggi yang berlokasi di PIK2.
Baca SelengkapnyaHari Anak Nasional tahun ini mengambil tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju".
Baca SelengkapnyaKebahagiaan bagi Iman Surahman bukan saat dirinya memiliki banyak uang, tetapi saat bisa melihat senyum keceriaan di wajah anak-anak telantar
Baca SelengkapnyaPara anak seleb Tanah Air ini memilih menyekolahkan anaknya ke pesantren. Berikut ulasan selengkapnya.
Baca SelengkapnyaPNM menuangkan kepedulian dengan menghadirkan Ruang Pintar di berbagai pelosok daerah Indonesia.
Baca SelengkapnyaDengan soal cerdas cermat 17 Agustus tingkat SD, acara lomba akan lebih seru dan menghibur.
Baca SelengkapnyaPISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.
Baca Selengkapnya