Miris,10 negara ini rekrut anak di bawah umur untuk jadi tentara
Merdeka.com - Di negara-negara berikut anak di bawah umur menenteng senjata untuk bertempur merupakan hal biasa.
Sementara sebagian besar negara sudah jauh meninggalkan masa perang, beberapa negara masih dilanda konflik berkepanjangan. Di negara-negara seperti ini, konflik bersenjata merupakan hal biasa.
Dalam lingkungan seperti itu, tak jarang anak-anak yang masih di bawah umur ikut andil mengangkat senjata. Masa kecil mereka dihabiskan sebagai anggota kelompok militer atau pemberontak.
-
Siapa yang memiliki senjata? Senjata-senjata logam itu terletak di bawah dua rumah awal abad kelima yang kemungkinan besar milik seseorang yang cukup kuat untuk membentuk pasukan.
-
Kenapa mereka harus membawa anak ke mana-mana? Mereka tidak bisa meninggalkan anak bungsunya di rumah lantaran keduanya sama-sama terlibat penuh dalam bisnis tersebut.
-
Dimana kontak senjata terjadi? Rentetan kontak senjata antara TNI-Polri dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua terjadi di Kabupaten Intan Jaya sejak Minggu (21/1) hingga Selasa (23/1).
-
Kapan anak harus waspada terhadap orang asing? Jika anak menemukan orang asing di tempat umum, beri tahu mereka situasi-situasi yang memerlukan perhatian lebih.
-
Siapa yang mengacungkan senjata api? Menurut dia kondisi seketika mencekam, karena dua dari gerombolan itu mengacungkan senjata api.
Negara mana saja yang mengeksploitasi anak-anak sebagai anggota kelompok militer? Berikut ini kami tampilkan 10 di antaranya yang dirangkum dari situs The Richest.
Sudan
Sejak tahun 2003 Sudan diteror oleh serangkaian peristiwa genosida dan tindak pemerkosaan massal akibat perang saudara. Ribuan anak diculik, diperdagangkan, dan dipaksa menjadi anggota militer oleh pemerintah dan kelompok pemberontak.
Usia mereka rata-rata 11 hingga 15 tahun. Meskipun jumlah ini menyusut pada tahun 2014, tindak kekerasan massal di Sudan masih belum berhenti.
Sudan Selatan
Sama seperti Chad, keamanan di Sudan Selatan juga terancam oleh perang sipil. Setidaknya 11.000 anak menjadi bagian dari pasukan militer pemerintah dan kelompok pemberontak. Para tentara biasa berpatroli hingga ke sekolah-sekolah dan memerintahkan anak-anak keluar kelas untuk ikut bertempur.
Isu eksploitasi anak ini membuat Sudan Selatan sempat mendapat teguran dari PBB.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Chad
Perang sipil dan konflik dengan Sudan membawa negara ini ke dalam pertikaian yang tak kunjung selesai. Sekitar 500.000 penduduk terpaksa menghuni kamp-kamp pengungsi akibat persoalan tersebut.
Meskipun konflik di Chad kini sudah mulai reda, namun anak-anak masih dilibatkan dalam kelompok-kelompok militan. Biasanya anak-anak yang berusia 13 tahun ke atas dibawa bertempur. Sementara yang masih berusia 10 tahun berperan sebagai kurir dan pengintai.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Uganda
Lord's Resistance Army (LRA), kelompok garis keras di Uganda telah menculik sekitar 30.000 anak dalam dua dekade terakhir. Mereka menjadi korban pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan. Sisanya dijadikan anggota pasukan militer.
Sebagian anak di bawah umur ini menyaksikan tindak kekejaman di usia dini dan ambil bagian dalam kebrutalan konflik bersenjata sebelum akil baligh.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Republik Afrika Tengah
Seperti empat negara yang berbatasan dengannya, Republik Afrika Tengah dilanda perang sipil yang tak kunjung usai.
Sejumlah 400.000 warga kehilangan tempat tinggal karena perang saudara. Dari jumlah itu, 6.000 anak ikut andil dalam kontak senjata. Jumlah ini dikhawatirkan akan terus meningkat.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Bolivia
Meskipun usia minimal untuk bergabung dengan tentara Bolivia adalah 18 tahun, pada kenyataannya sekitar 40 persen tentara di negara itu belum genap berusia 18 tahun. Sekitar 20 persen bahkan belum mencapai usia 16 tahun.
Kabarnya anak-anak yang berusia 14 tahun sudah direkrut sebagai anggota pasukan militer.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Irak
Sejak masa pemerintahan Saddam Husein, anak-anak telah dieksploitasi untuk ambil bagian dalam kelompok-kelompok militer. Usia mereka rata-rata 12 hingga 17 tahun.
Setelah kehancuran rezim Saddam, berbagai kelompok di negara itu berebut kekuasaan, menciptakan konflik militer tak berkesudahan yang memaksa warga Irak hidup dalam teror. Anak-anak putus sekolah dan menjalani hidup dalam kekerasan.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Somalia
Konflik antar etnis dan kelompok keagamaan selama beberapa dekade telah membuat keamanan negara ini senantiasa berada dalam kondisi tak stabil. Pelanggaran hak asasi besar-besaran berlangsung hampir setiap waktu.
Anak-anak diculik untuk dicuci otak dan dijadikan tentara bayaran. Beberapa di antaranya bahkan masih belum genap berusia 10 tahun.
Sebagian orang tua di Somalia mengirim anak-anak mereka ke luar negeri untuk menjaga keselamatan mereka. Namun para orang tua yang tidak punya  sumber daya cukup untuk melakukan hal ini hanya bisa berdoa demi keamanan putra-putri mereka.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Republik Demokratik Kongo
Meskipun perang saudara di Kongo berakhir sejak tahun 2002, sampai saat ini konflik bersenjata masih berlangsung di sejumlah pos militer. Di antara kelompok yang terlibat kontak senjata, terdapat tentara yang masih di bawah umur.
Pemerintah Kongo telah melepaskan 20.00 anak yang terlibat dalam kelompok-kelompok militan, namun hingga saat ini masih banyak yang terjebak dalam kelompok-kelompok ini.
Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia
Myanmar
Negara ini telah dilanda perang saudara yang melibatkan sejumlah kelompok etnis sejak tahun 1948. Dan dalam perang tak berkesudahan itu anak-anak dilibatkan untuk ikut ambil bagian dalam konflik bersenjata.
Menurut hasil pengamatan Human Rights Watch pada tahun 2011, sejumlah 350.000 tentara di negara itu belum genap berusia 18 tahun. Mereka diculik dan dipaksa menjadi tentara sejak usia dini. Mereka yang mencoba kabur dari kamp militer mendapat hukuman fisik yang sangat berat. Beberapa di antaranya sampai harus kehilangan nyawa.
Itulah 10 negara yang diyakini mengeksploitasi anak-anak untuk dijadikan tentara.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Militer Israel merahasiakan identitas tentaranya yang mati bunuh diri.
Baca SelengkapnyaTingkah laku tentara Israel di media sosial kembali membuat geram jagat dunia maya.
Baca SelengkapnyaSebagian besar korban ditembak di kepala dan torso, dengan peluru tajam.
Baca SelengkapnyaPolisi juga mendapati beberapa pelaku di antaranya positif narkotika melalui tes urine yang dilakukan.
Baca SelengkapnyaBocah laki-laki berusia 10 tahun ditangkap polisi karena pegang bendera Palestina.
Baca Selengkapnya11 Remaja yang rata-rata masih di bawah umur diamankan saat keliling.
Baca SelengkapnyaKurikulumnya meliputi pencopetan, penjambretan di tempat ramai, menghindari polisi, dan menahan pukulan.
Baca SelengkapnyaPelaku dan barang bukti sajam dibawa ke Mako Polsek Pinang untuk proses hukum lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaKasus pengeroyokan bermula dari kesalahpahaman terkait keanggotaan korban dalam Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), salah satu perguruan silat.
Baca SelengkapnyaTak melakukan suatu hal yang berarti, sejumlah anak tersebut ditangkap hingga ditembak.
Baca SelengkapnyaRonny menuturkan, dari tangan para tersangka tersebut penyidik berhasil mengamankan tujuh kendaraan.
Baca Selengkapnya