Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Miris,10 negara ini rekrut anak di bawah umur untuk jadi tentara

Miris,10 negara ini rekrut anak di bawah umur untuk jadi tentara Militan di bawah umur di Myanmar. ©2015 Merdeka.com/trust.org

Merdeka.com - Di negara-negara berikut anak di bawah umur menenteng senjata untuk bertempur merupakan hal biasa.

Sementara sebagian besar negara sudah jauh meninggalkan masa perang, beberapa negara masih dilanda konflik berkepanjangan. Di negara-negara seperti ini, konflik bersenjata merupakan hal biasa.

Dalam lingkungan seperti itu, tak jarang anak-anak yang masih di bawah umur ikut andil mengangkat senjata. Masa kecil mereka dihabiskan sebagai anggota kelompok militer atau pemberontak.

Negara mana saja yang mengeksploitasi anak-anak sebagai anggota kelompok militer? Berikut ini kami tampilkan 10 di antaranya yang dirangkum dari situs The Richest.

Sudan

Sejak tahun 2003 Sudan diteror oleh serangkaian peristiwa genosida dan tindak pemerkosaan massal akibat perang saudara. Ribuan anak diculik, diperdagangkan, dan dipaksa menjadi anggota militer oleh pemerintah dan kelompok pemberontak.

Usia mereka rata-rata 11 hingga 15 tahun. Meskipun jumlah ini menyusut pada tahun 2014, tindak kekerasan massal di Sudan masih belum berhenti.

Sudan Selatan

Sama seperti Chad, keamanan di Sudan Selatan juga terancam oleh perang sipil. Setidaknya 11.000 anak menjadi bagian dari pasukan militer pemerintah dan kelompok pemberontak. Para tentara biasa berpatroli hingga ke sekolah-sekolah dan memerintahkan anak-anak keluar kelas untuk ikut bertempur.

Isu eksploitasi anak ini membuat Sudan Selatan sempat mendapat teguran dari PBB.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Chad

Perang sipil dan konflik dengan Sudan membawa negara ini ke dalam pertikaian yang tak kunjung selesai. Sekitar 500.000 penduduk terpaksa menghuni kamp-kamp pengungsi akibat persoalan tersebut.

Meskipun konflik di Chad kini sudah mulai reda, namun anak-anak masih dilibatkan dalam kelompok-kelompok militan. Biasanya anak-anak yang berusia 13 tahun ke atas dibawa bertempur. Sementara yang masih berusia 10 tahun berperan sebagai kurir dan pengintai.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Uganda

Lord's Resistance Army (LRA), kelompok garis keras di Uganda telah menculik sekitar 30.000 anak dalam dua dekade terakhir. Mereka menjadi korban pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan. Sisanya dijadikan anggota pasukan militer.

Sebagian anak di bawah umur ini menyaksikan tindak kekejaman di usia dini dan ambil bagian dalam kebrutalan konflik bersenjata sebelum akil baligh.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Republik Afrika Tengah

Seperti empat negara yang berbatasan dengannya, Republik Afrika Tengah dilanda perang sipil yang tak kunjung usai.

Sejumlah 400.000 warga kehilangan tempat tinggal karena perang saudara. Dari jumlah itu, 6.000 anak ikut andil dalam kontak senjata. Jumlah ini dikhawatirkan akan terus meningkat.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Bolivia

Meskipun usia minimal untuk bergabung dengan tentara Bolivia adalah 18 tahun, pada kenyataannya sekitar 40 persen tentara di negara itu belum genap berusia 18 tahun. Sekitar 20 persen bahkan belum mencapai usia 16 tahun.

Kabarnya anak-anak yang berusia 14 tahun sudah direkrut sebagai anggota pasukan militer.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Irak

Sejak masa pemerintahan Saddam Husein, anak-anak telah dieksploitasi untuk ambil bagian dalam kelompok-kelompok militer. Usia mereka rata-rata 12 hingga 17 tahun.

Setelah kehancuran rezim Saddam, berbagai kelompok di negara itu berebut kekuasaan, menciptakan konflik militer tak berkesudahan yang memaksa warga Irak hidup dalam teror. Anak-anak putus sekolah dan menjalani hidup dalam kekerasan.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Somalia

Konflik antar etnis dan kelompok keagamaan selama beberapa dekade telah membuat keamanan negara ini senantiasa berada dalam kondisi tak stabil. Pelanggaran hak asasi besar-besaran berlangsung hampir setiap waktu.

Anak-anak diculik untuk dicuci otak dan dijadikan tentara bayaran. Beberapa di antaranya bahkan masih belum genap berusia 10 tahun.

Sebagian orang tua di Somalia mengirim anak-anak mereka ke luar negeri untuk menjaga keselamatan mereka. Namun para orang tua yang tidak punya  sumber daya cukup untuk melakukan hal ini hanya bisa berdoa demi keamanan putra-putri mereka.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Republik Demokratik Kongo

Meskipun perang saudara di Kongo berakhir sejak tahun 2002, sampai saat ini konflik bersenjata masih berlangsung di sejumlah pos militer. Di antara kelompok yang terlibat kontak senjata, terdapat tentara yang masih di bawah umur.

Pemerintah Kongo telah melepaskan 20.00 anak yang terlibat dalam kelompok-kelompok militan, namun hingga saat ini masih banyak yang terjebak dalam kelompok-kelompok ini.

Topik pilihan: Liburan mistis | Pariwisata Indonesia

Myanmar

Negara ini telah dilanda perang saudara yang melibatkan sejumlah kelompok etnis sejak tahun 1948. Dan dalam perang tak berkesudahan itu anak-anak dilibatkan untuk ikut ambil bagian dalam konflik bersenjata.

Menurut hasil pengamatan Human Rights Watch pada tahun 2011, sejumlah 350.000 tentara di negara itu belum genap berusia 18 tahun. Mereka diculik dan dipaksa menjadi tentara sejak usia dini. Mereka yang mencoba kabur dari kamp militer mendapat hukuman fisik yang sangat berat. Beberapa di antaranya sampai harus kehilangan nyawa.

Itulah 10 negara yang diyakini mengeksploitasi anak-anak untuk dijadikan tentara.

(mdk/tsr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP