Pohon maut ini sempat jadi saksi bisu kebrutalan rezim Khmer Merah
Merdeka.com - Pohon ini merupakan saksi bisu kekejaman yang terjadi pada masa Perang Sipil Kamboja (1970-1975). Di batang pohon ini, ratusan anak dan bayi penduduk sipil yang dituduh berkhianat terhadap rezim pimpinan Pol Pot meregang nyawa. Anak-anak itu menjadi korban keganasan genosida Khmer Merah bahkan sebelum mereka bisa memahami apa yang sedang terjadi di negara itu.Pohon Chankiri merupakan peninggalan bersejarah yang berada di salah satu situs Ladang Pembantaian Khmer Merah. Area yang meliputi Tuol Sleng dan Choeung Ek ini digunakan oleh pasukan Khmer Merah untuk membantai lebih dari satu juta warga sipil.Pada masa itu, Khmer merah melakukan pembantaian besar-besaran. Warga yang dianggap bersalah disiksa sampai terpaksa mengaku, kemudian dibunuh dengan hantaman palu, bambu runcing, atau senjata lainnya. Pasalnya saat itu amunisi adalah barang mahal. Jadi para prajurit harus 'kreatif' dalam melakukan eksekusi. Anak-anak mereka juga ikut dihabisi. Kepala mereka dihantamkan ke Pohon Chankiri keras-keras hingga tewas.
Pohon Chankiri © Hecktictravels.com
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Kapan anak-anak dikorbankan? Tulang-tulang itu berasal dari abad ke-7 dan ke-12, sebagian besar darinya disimpan pada masa kejayaan Chichén Itzá selama 200 tahun, sekitar tahun 800 hingga 1000 M.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
-
Kenapa banyak bayi dan remaja dikuburkan di situs ini? Sekitar 30-40 persen orang yang dimakamnkan di situs ini meninggal ketika masih bayi dan remaja.
Kenapa harus melakukan tindakan sekejam itu kepada anak-anak dan balita yang masih belum mengerti apa pun? Sebab untuk mencabut rumput dari tanah, kita harus mencabut sampai ke akar-akarnya. Tampaknya pendapat itu yang dipercayai oleh Khmer Merah.Menurut James A. Tyner dalam bukunya yang berjudul War, Violence, and Population: Making the Body Count, tindakan ini sengaja dilakukan untuk mencegah tumbuh suburnya benih dendam di antara keluarga korban. Dengan begini aksi pemberontakan dari anak-anak korban di masa depan bisa dicegah.
Pohon Chankiri © twobikersoneworld.com
Mirisnya, para prajurit yang melakukan eksekusi terhadap anak-anak dan para korban juga tak punya banyak pilihan. Menurut artikel Cambodian Shadows yang ditulis oleh Penny Cockerell, mereka harus tertawa keras-keras saat membunuh anak-anak itu. Memperlihatkan simpati sedikit saja akan membuat mereka ikut dicurigai.Saat ditemukan kembali, batang Pohon Chankiri ternoda darah kering, helaian rambut, otak, dan serpihan tulang. Sekarang Pohon Chankiri dan seluruh situs Ladang Pembantaian diabadikan sebagai monumen pengingat atas kebrutalan rezim Khmer Merah pada masa itu.
Pohon Chankiri © Hecktictravels.com
Untuk mengenang anak-anak yang tewas secara mengenaskan itu, sekarang di batang Pohon Chankiri tergantung tali berwarna-warni yang mewakili jiwa anak-anak. Di sampingnya berdiri sebuah papan yang menjelaskan riwayat singkat Pohon Chankiri. Hampir tak ada wisatawan asing yang tak meneteskan air mata saat melihat pohon ini dan mendengarkan kisah kelamnya.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peristiwa kelam ini cukup memberikan luka mendalam bagi masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI di era konflik Aceh.
Baca SelengkapnyaRevolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.
Baca SelengkapnyaViral poster-poster caleg yang terpaku pada pohon membuat sekelompok warga geram. Warga pun melabeli poster itu sebagai 'Tersangka Penusukan Pohon'.
Baca SelengkapnyaTak hanya angker, ini sisi lain Alas Roban yang menarik untuk diketahui.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di kebun kemiri, Desa Sada Ate, Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara.
Baca SelengkapnyaPara pengunjung Mattabulu berteduh karena saat itu hujan deras. Di saat bersamaan, pohon besar di dekat pondok tumbang akibat angin kencang.
Baca SelengkapnyaHasilnya, semua korban tewas akibat benda tumpul, bukan senjata tajam. Luka bekas pukulan itu utamanya paling dominan berada di kepala.
Baca SelengkapnyaSebanyak 2.000 tengkorak dan 1.000 nisa kuburan ditampilkan secara dramatis.
Baca SelengkapnyaSaat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca SelengkapnyaTerletak di kaki Gunung Raung, Alas Roban memiliki ragam ekosistem sekaligus kisah misteri yang menggugah.
Baca SelengkapnyaKorban tak sempat lagi menyelamatkan diri lantaran keburu diserang gajah-gajah tersebut.
Baca Selengkapnya