Sejarah di balik nama Jalan Dipati Ukur Bandung
Merdeka.com - Bandung mungkin menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki nama Jalan Dipati Ukur. Jalan ini menghubungkan Dago (Jalan Ir H Djuanda) dengan Pasupati. Nama jalan ini diambil dari Dipati Ukur, tokoh legendaris Bandung yang hidup di masa penjajahan Mataram abad ke-17, ketika kekuatan Belanda masih lemah.
Seniman Yayasan Pusat Kebudayaan, Wigandi Wangsaatmadja mengatakan, kisah Dipati Ukur diceritakan para orangtua secara turun-temurun. Ceritanya banyak versi dan sepotong-sepotong.
“Dari cerita orangtua saya, Dipati Ukur sebenarnya ada dua orang. Dipati Ukur Wangsanata yang tinggal di Tatar Ukur (kini Kota Bandung) dan Dipati Ukur Agung yang tinggal di Kabupaten Bandung,” tutur Wigandi, saat berbincang dengan merdeka Bandung, Selasa (20/10).
-
Kenapa tatarucingan Sunda diwariskan secara turun-temurun? Permainan ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Ada beberapa tatarucingan Sunda, mulai dari plesetan, sosial, seni, dan lainnya.
-
Siapa keturunan Pangeran Diponegoro? Dalam salah satu episode podcast ‘Face to Face’ di kanal YouTube The Leonardo's, Asri Welas mengungkapkan bahwa keturunan tersebut berasal dari Ibunya.
-
Bagaimana Dita Karang diketahui memiliki keturunan bangsawan? Nama lengkapnya adalah Anak Agung Ayu Puspa Aditya Karang, tetapi dia lebih dikenal dengan nama Dita Karang. Ayahnya memiliki keturunan yang dapat ditelusuri hingga Raja Kerajaan Karangasem Bali, atau yang dikenal dengan sebutan Puri Karangasem.
-
Apa warisan yang ditanamkan kepada Duta sejak kecil? Sejak Kecil, Duta Ditanamkan Kebanggaan sebagai Keturunan Pahlawan Nasional, Kisah Kyai Modjo Diceritakan oleh Ayahnya
-
Siapa orang tua Maghara Adipura? Maghara merupakan anak termuda dari Adipura yang saat ini juga mengikuti jejaknya sebagai seorang aktor.
Dipati Ukur Wangsanata merupakan tokoh yang awalnya mengabdi kepada Sultan Agung Mataram. Pada masa itu, Bandung dan sekitarannya berada dalam kekuasaan Kerajaan Mataram. Namun Dipati Ukur Wangsanata kemudian memberontak ingin memisahkan Bandung dari Mataram.
Sepulangnya dari Mataram, Dipati Ukur Wangsanata menikah dengan puteri Dipati Ukur Agung. Dipati Ukur Wangsanata pun meneruskan kekuasaan Dipati Ukur Agung. “Dulu dalam buku sejarah sekolah malah ada dua buku, Dipati Ukur I dan Dipati Ukur II. Karena tokoh Dipati Ukur itu ada dua sebenarnya. Namun pada perkembangan berikutnya kok seolah-olah Dipati Ukur cuman ada satu tokoh,” ungkap mantan Direktur Harian YPK ini.
Pria 82 tahun tersebut mendengar cerita Dipati Ukur dari leluhurnya. Ayah Wigandi, yaitu Wangsaatmadja yang merupakan seorang camat di masa Belanda.
Menurutnya, Dipati Ukur yang dikenal heroik dan pemberontak adalah Dipati Ukur Wangsanata pulang dari Mataram. Di Bandung ia menggalang kekuatan untuk memberontak, agar kerajaan-kerajaan di pasundan tidak tunduk pada Mataram.
Ia pun menjadi sosok yang paling dicari oleh pemerintahan Mataram. Dipati Ukur Wangsanata hidup bergerilya, banyak warga yang menutupi keberadaannya. Hal ini membuat sosok Dipati Ukur Wangsanata penuh misteri, kadang campur dengan mitos.
Kematian Dipati Ukur Wangsanata pun banyak versi. Ada yang menyebut dia tewas dalam hukuman mati di Alun-alun Mataram, tapi ada juga yang menyebutkan bahwa dia sebenarnya tidak berhasil ditangkap, tetapi hidup dalam persembunyiannya.
“Makamnya mungkin ada sembilan versi, ada yang menyebut dimakamkan di Mataram, ada yang menyebut dimakamkan di Majalengka, di Bandung, di Soreang dan lain-lain,” katanya.
Ia menambahkan para sejarawan memiliki tugas besar untuk mengungkap sejarah hidup Dipati Ukur. Meski tokoh sejarah, Dipati Ukur bisa dibilang sosok yang misterius, masih sedikit sejarawan mengulas kehidupannya.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Onje menyimpan potensi wisata dari sejarah hingga alam
Baca SelengkapnyaPenamaan wilayah di Jakarta tidak lepas dari fakta sejarah.
Baca SelengkapnyaTaman ini sering menjadi tempat berkumpul bagi komunitas lokal, pelajar, dan keluarga yang ingin menikmati waktu bersama.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah 2 perempuan Belanda keturunan Indonesia yang jauh datang ke Sukabumi demi cari silsilah keluarganya.
Baca SelengkapnyaDahulu nama Gondangdia konon berasal dari seorang kakek.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu lalu, jalan ini pun sempat viral karena namanya yang sulit diucapkan.
Baca SelengkapnyaDiah Permatasari mengunjungi orang tuanya yang tinggal di Solo. Di sela kesibukannya, Diah mengunjungi sang mama yang kini berusia 76 tahun.
Baca SelengkapnyaSungai Cibanten dulu menjadi tonggak kehidupan sosial masyarakat di Banten
Baca SelengkapnyaBukti jalur kuno itu ditemukan terpisah-pisah. Tugas berat para peneliti untuk menyusun teka-teki yang tersebar di kawasan pegunungan.
Baca SelengkapnyaJaket Bung Karno, Komitmen Pemimpin Daerah Lanjutkan Perjuangan Sejahterakan Masyarakat
Baca Selengkapnya