Tak takut bedak luntur, sejumlah gadis ikut perang tomat busuk
Merdeka.com - Perang tomat busuk tidak lepas dari kompaknya partisipasi warga, termasuk para gadis dan pemuda desa Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (4/11).
Para gadis bersolek, mengenakan kebaya dan kain batik untuk menari dan menyambut tamu. Sebagian menjaga rumah-rumahan yang memajang aneka produk pertanian dan makanan tradisional.
Para gadis tersenyum ramah ketika ada warga yang meminta foto bareng. Mereka tertawa meski akhirnya dandanan ala mojang priangan itu harus luntur kena lemparan tomat.
-
Bagaimana Bandung berubah dari lautan menjadi daratan? Perubahan daratan kemudian terjadi pada masa Miosen Tengah, berkisar 25 juta tahun silam. Ketika itu, bumi mengalami aktivitas geologi seperti bergeser, menekuk hingga terangkat menjadi sebuah daratan.
-
Kenapa mural di Bandung dibuat dengan tema sayur dan buah? Mereka memilih kombinasi warna yang cerah dalam melukis buah dan sayuran untuk mengajak masyarakat menjalani pola hidup sehat.
-
Apa saja dampak gempa Bandung? Akibat kejadian ini, sejumlah bangunan rumah dan sekolah di wilayah Pangalengan hingga Kabupaten Garut rusak parah bahkan hancur. Berikut potret dampaknya.
-
Kenapa Bandung disebut Kota Kembang? Para peserta kongres pun digambarkan puas dengan seluruh rangkaian acara selama di Bandung. Dari para jutawan gula inilah muncul sebutan De Bloem der Indische Bergsteden alias Bunganya Kota Pegunungan di Hindia Belanda.
-
Bagaimana 'Kota Kembang' menggambarkan Bandung? Gambarkan Bandung sebagai Kota yang Sejuk dan Damai Merujuk bandung.go.id, dalam liriknya disampaikan tentang keindahan Bandung sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali. Ini karena topografinya berada di kawasan dataran tinggi dan dekat dengan perbukitan.
-
Apa nama awal dari Bandung? Dahulu Bandung bernama Tatar Ukur, dengan daerah administratif sampai Garut dan Sukabumi
Para pemuda desa tidak kalah sigapnya, semalaman mereka membuat topeng, tameng, keranjang, memasang spanduk dan umbul-umbul, juga panggung. Namun rasa lelah itu pupus ketika acara perang tomat mendapat antusias dari semua warga.
“Semua warga di sini kompak, termasuk pemuda dan pemudinya. Malah remaja putri khusus menjaga rumah-rumahan berisi sayuran dan makanan tradisional, ada yang mau menari, ibu-ibu dan bapak-bapaknya juga kompak,” kata salah seorang pemuda desa, Eli Setiawan, 28 tahun, saat berbincang dengan Merdeka Bandung.
Eli yang juga petani tomat, mengaku aktif di Karang Taruna. Menurutnya, semua anggota Karang Taruna aktif dalam persiapan ajang tahunan perang tomat. Ia berharap acara perang tomat bisa mengangkat potensi kampung halamannya.
“Di sini kan daerah hortikultura, ciri khasnya sayuran. Saya harap event tahunan perang tomat jadi ciri khas kami dan makin memajukan pertanian,” kata Eli yang sudah menikah dan dikaruniai seorang anak.
Pemuda desa lainnya, Suhenda, menambahkan, tugas para gadis desa yaitu menari sebagai pembuka perang tomat. “Jadi perang tomat dibuka dengan tarian, ada delapan penari perempuan,” kata pria 38 tahun yang juga panitia perang tomat.
Di Kampung Cikareumbi ada sekitar 100 kepala keluarga. Warga yang ingin ikut perang tomat dipersilakan membantu sebisanya. Kaum ibu membuat masakan, kaum bapak menyiapkan sarana dan prasarana.
Sedangkan yang mau ikut perang tomat dipersilakan secara bebas. “Tidak ada menang kalah, yang penting meriah dan terhibur, semua gembira,” katanya.
(mdk/frh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polisi meringkus dua remaja putri yang viral duel menggunakan senjata tajam di salah satu tempat pemakaman umum (TPU) di Palembang.
Baca Selengkapnya