Tempat kerja fleksibel timbulkan efek berbeda bagi pria dan wanita
Merdeka.com - Jadwal pekerjaan yang santai dan dapat diatur sendiri merupakan dambaan bagi semua pekerja. Salah satu cara untuk mendapat hal tersebut adalah dengan menjadi freelance atau memilih tempat kerja yang tidak terlalu ketat. Tetapi ternyata fleksibilitas yang ditawarkan ini ternyata justru dapat menghambat karir seorang pria. Namun pada wanita hal ini justru malah membuat mereka lebih sukses dalam pekerjaannya.
Dilansir dari The Telegraph, sebuah survei yang dilakukan oleh sebuah perusahaan konsultasi manajemen bernama Bain & Company terhadap lebih dari seribu karyawan di Australia mencoba melihat efektivitas dari sebuah tempat kerja yang fleksibel. Definisi terhadap tempat itu sendiri mengacu pada kendali yang dimiliki karyawan dalam menentukan kapan, di mana, dan bagaimana dia bekerja. Hal itu melingkupi pekerjaan paruh waktu, bekerja dari rumah, serta menentukan sendiri jam kerja di kantor.
Pada survei tersebut diketahui bahwa kondisi kerja yang fleksibel tersebut membuat wanita merasa mendapat dukungan dan lebih percaya diri dalam meniti karir. Berdasar hasil laporan, tingkat percaya diri dan komitmen pada pria yang bekerja secara fleksibel lebih rendah dibanding mereka yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang santai tersebut tidak cocok bagi pria.
-
Bagaimana kesetaraan gender di dunia kerja? Kebijakan fleksibilitas jam kerja, pengurangan waktu kerja yang disebabkan oleh tanggung jawab keluarga, cuti hamil, cuti ibu, atau cuti ayah adalah langkah-langkah penting dalam menerapkan kesetaraan.
-
Kenapa kesetaraan gender penting di dunia kerja? Hal ini memberikan kesempatan bagi baik pria maupun wanita untuk membagi waktu antara tanggung jawab karier dan keluarga dengan adil.
-
Siapa yang menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi? Milenial sering dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang tinggi, namun penting bagi mereka untuk mengatur waktu dengan bijaksana antara pekerjaan dan keluarga.
-
Bagaimana zona nyaman menghambat pengembangan karier? Zona nyaman sering kali membuat kita terjebak dalam keadaan stagnan atau tidak bergerak maju menuju tujuan yang lebih besar.
-
Siapa yang kesulitan mendapatkan pekerjaan? Indira adalah bagian dari kelompok generasi terbesar di Indonesia, Generasi Z, yang mencakup lebih dari 74 juta orang, atau 27,9 persen dari populasi Indonesia, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012.
-
Siapa yang kesulitan cari kerja? Dan Colflesh, seorang warga Amerika Serikat mengeluh dia sangat kesusahan mendapat pekerjaan meski sudah bergelar sarjana.
Salah satu partisipan pria dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa ketika dia bekerja secara fleksibel dan menentukan sendiri cara kerja, terdapat pandangan yang menghakiminya dalam melakukan hal tersebut. Walaupun hal itu cukup menyenangkan, tetapi pandangan yang muncul dari orang lain terhadap diri dapat membuatnya menjadi tertekan dalam bekerja.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sistem Ini memungkinkan kurangnya tunjangan dan perlindungan kerja. Hal ini tentu berbeda dengan pekerja tetap yang punya akses dana pensiun.
Baca Selengkapnya75 persen responden melaporkan merasakan pengaruh AI dalam pekerjaan mereka.
Baca SelengkapnyaDi level manajer, hanya 8 persen yang terlibat aktif di dunia kerja.
Baca Selengkapnya40 Persen dari Gen Z lebih memilih menganggur dari pada bekerja di pekerjaan yang tidak mereka sukai.
Baca SelengkapnyaSejumlah pekerjaan terutama kondisi bekerja bagi pekerja kantoran bisa tingkatkan risiko penyakit jantung.
Baca SelengkapnyaAda juga karyawan yang memutuskan untuk mengundurkan diri setelah bertahun-tahun bekerja karena perubahan prioritas hidup.
Baca SelengkapnyaManajer proyek bertanggung jawab untuk merencanakan, mengatur, dan mengelola penyelesaian proyek.
Baca Selengkapnya